26 - "Kenapa Lepas Jilbab?"

By feranlestari - January 26, 2020

Hari ini sungguh menakjubkan. Really! Dan aku ingin mengakhirinya dengan indah juga, dengan menuangkan yang kupikirkan.

Jadi, temanku pernah mengangkat isu "lepas jilbab", tapi nggak aku waro bener-bener hehe. Kemudian magrib tadi aku takjub sendiri lihat di twitter ada yang bahas. Apakah emang isu ini lagi hot ya? Kemudian aku jadi googling sendiri tentang isu ini. Hanya sedikit sih, mencoba memahami.

Hasil googling minimku, para wanita ini tidak menemukan alasan 'logis' kenapa mereka harus berjilbab. Tambah lagi, di Indonesia, wanita itu kasian. Aslinya deh. Semua hal diomongin, dijulidin! Ya walaupun cowok juga, tapi frekuensinya berbeda. Gimana ya, mau dibilang udah jadi qadar Allah, ya bener sih. Tapi tapi ...

Aku pernah berpikir "dulu gimana rasanya ya keluar rumah nggak pake kerudung?". Aku juga banyak mempertanyakan hal-hal aneh tentang banyak hal, termasuk agama, bahkan dengan kondisi aku ngaji sejak cabe rawit, yang mana itu adalah sejak sekitar umur 5 tahun = kira kira 20 tahun yang lalu.

Dulu, lihat orang boncengan aja aku julid (apalagi awal-awal baligh). Well, menegur itu perlu, supaya nggak ndayus, tapi cara menegurnya juga nggak kalah penting kan ya.

Saat ini, ada juga temanku yang lepas jilbab. Ada juga yang yah, aku tahu lah peraturan apa aja yang mereka (dan aku) langgar. Manusia tempatnya salah dan dosa kan? 'Tinggal' gimana kita kembali pada Allah.

Kalo ngomongin dosa, siapa manusia di dunia ini yang nggak punya dosa? Kullu ibni adam khoththo un. Dan memang sudah tugas kita saling mengingatkan. Tapi, cara ngingetinnya juga hati-hati ya Mas, Mbak, Pak, Bu, Dek.

Pernah mikir nggak sih, kenapa kita sebagai negara yang penduduk muslimnya terbanyak, tapi isu-isu agama Islam digoreng terus-terusan?

Menurutku karena kita hanya modal ilmu, tapi pengamalannya masih jauh. Sampe pernah ada nasehat, "Jangan sampai ilmunya udah sampe Mekkah, tapi amalannya masih di Sayati".

Betul Nabi itu memerangi orang kafir Quraisy. Tapi Nabi juga suri tauladan. Jangan sampai kita mencak-mencak mengkritisi orang lain, tapi tidak bisa memberi contoh yang baik. Tidak memberi solusi atau jawaban yang tepat.

Nabi tidak seperti itu. Nabi memerangi, tapi Nabi juga adalah sebaik-baiknya manusia yang berbuat baik pada sesamanya.

Manusia itu filsuf. Sangat naluriah kita bertanya akan segala hal. Meskipun betul ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan ilmu eksakta, seperti kasus Isra' Mi'raj. Tapi tidak semua hal tidak memiliki penjabaran secara nalar. Hal yang tidak masuk secara nalar pun, kalau dijabarkan dengan baik, insya Allah, Allah paring hati orang tersebut diberi kelapangan.

Jangan hanya menghakimi, tapi juga harus ada ketika mereka bertanya. Berpikirlah, dan beri mereka jawaban yang tepat. Bantu dia 'menemukan' Allah, doakan dia. Aku pernah mengutarakan, "Islam di Indonesia ini, kita saklek dalam aturan, tapi tidak saklek mengikuti sunnah Nabi untuk berbudi yang baik".

Jadilah muslim tempat bertanya yang baik untuk semua orang yang bertanya tentang Islam dan Allah. Jadilah gambaran Islam sesungguhnya yang membuat orang lain melihat indahnya Islam. Ikuti Quran dan Hadits, bukan hanya ilmunya, tapi juga amalannya.

Jadilah perantara orang lain menemukan Allah. Jangan jadi perantara orang lain menjauh dari Allah.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments