Yahaha, melihat-lihat lagi note facebook, terus 'menemukan kembali' note gaje yang saya bikin di angkot dan saya post di fb tanggal 3 Maret 2011. Cuma lucu aja gitu, kok bisa bikin puisi kayak begini wkwkwk
Apa yang salah denganku?
Adakah gaya luar yang mempengaruhiku?
Membuatku memiliki percepatan negatif
Hingga akhirnya kemampuanku pun berlimit
Otak liarku harusnya tak berhingga bukan?
Ya, harusnya otak liarku ini tak berhingga
Tak berujung
Aku benci ini semua
Aku rindu engkau,,
Hai otak superku
Aku sungguh sungguh tak butuh derivatif
Aku hanya butuh engkau,,
Hai integral kawan tercintaku
Yang aku butuhkan
Hai engkau tekanan pascalku,,
Karena aku,,
Sungguh ingin memancar
Ke segala arah
Sama besar
*dengan sedikiiiiit pengubahan tanda baca
Apa yang salah denganku?
Adakah gaya luar yang mempengaruhiku?
Membuatku memiliki percepatan negatif
Hingga akhirnya kemampuanku pun berlimit
Otak liarku harusnya tak berhingga bukan?
Ya, harusnya otak liarku ini tak berhingga
Tak berujung
Aku benci ini semua
Aku rindu engkau,,
Hai otak superku
Aku sungguh sungguh tak butuh derivatif
Aku hanya butuh engkau,,
Hai integral kawan tercintaku
Yang aku butuhkan
Hai engkau tekanan pascalku,,
Karena aku,,
Sungguh ingin memancar
Ke segala arah
Sama besar
*dengan sedikiiiiit pengubahan tanda baca
"Nilai UN SD dipakai untuk melanjutkan
SMP, UN SMP untuk ke SMA, mengapa SMA
tidak? Idenya kan itu," kata Nuh kepada
Kompas.com di Gedung Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Gedung
Kemdikbud), Jakarta, Jumat (30/12/2011)
Saya kaget. Jujur. Toh selama ini, saya sama sekali tidak bergantung pada nilai UN. Beneran. Masuk SMP, ada testing. Masuk SMA, ikut SERU3. Dan saya bangga, soalnya yaaaah, you know, banyak konspirasi di UN. Kontroversial pisan.
Saya aneh sama pemerintah. Mungkin pemikiran saya rada kolot. Saya akui. Tapi ini berdasar pengalaman saya dulu waktu SMP. Anak bandel yang jarang sekolah aja bisa dapet nilai NEM 38,xx. Kalo jadi syarat buat masuk PTN, gampang dong. Nggak usah sekolah, masuk aja pas UN, nilai NEM gede, masuk PTN favorit. Ckckck
Menurut saya, rencana menjadikan nilai UN sebagai patokan masuk PTN itu terlalu dini. Bukankah kita tahu, bagaimana bobroknya penyelenggaraan ujian nasional tersebut? Betapa banyaknya konspirasi di dalamnya? Betapa banyaknya ketidaktelitian pengawas yang memang disengaja itu?
Saya mengerti, perihal pemerintah yang tidak mungkin tidak meluluskan setengah pelajar Indonesia. Makanya soal UN terbilang cukup 'mudah' dibanding soal seleksi. Makanya banyak bocoran. Oke, apa jadinya jika setengah dari sekian juta pelajar tidak lulus? I see. Saya paham.
Tapi, tidakkah pemerintah justru memperhatikan bagian ini? Bahkan kami para siswa sudah teramat sangat memahaminya. Saya yakin pemerintah tahu, hanya saja pura-pura buta dan tidak ingin melihat realita.
Yah, pemerintah sih tidak diuntungkan, tidak dirugikan. Tapi bagi siswa yang belajar sungguh-sungguh, ini merugikan sekali. Mana mau disamakan sama anak bandel? Anak tukang bikin onar? Tapi dianggap sama hanya karena nilai UNnya sama atau bahkan si tukang bikin onar lebih gede nilainya. Kalo berdasar UN, siapa yang bakal masuk sekolah favorit? Ya si tukang bikin onar kan?
Menurut saya, seharusnya pemerintah jangan terburu-buru menetapkan UN sebagai prasyarat masuk PTN. Cobalah dulu perbaiki kualitas UN. Murid saja meragukan kredibilitas UN, bagaimana pihak universitas?
Perbaiki dulu mutu UN. Setelah memang bagus, barulah tetapkan UN sebagai prasyarat masuk PTN. Bagaimana caranya? Cobalah, yang jadi pengawas UN itu dari PTN, bukan dari sekolah. Dari PTN juga bukan mahasiswanya, tapi petinggi-petingginya.
Selain itu, cobalah, sebelum masuk itu, diperiksa dulu satu per satu peserta ujiannya. Cek, kalau-kalau ada contekan. Juga hp dikumpulkan depan kelas. Nggak boleh disilent. Harus normal. Bunyi juga gapapa. Daripada siswa pada nyontek lewat hp kan?
Yah, semoga saja Bapak Nuh dan bawahan-bawahannya lebih mengerti kami, para siswa. Lebih memahami kondisi yang terjadi di lapangan. Dan memikirkan kembali konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul bila kebijakan ini tetap dijalankan. Semoga.
SMP, UN SMP untuk ke SMA, mengapa SMA
tidak? Idenya kan itu," kata Nuh kepada
Kompas.com di Gedung Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Gedung
Kemdikbud), Jakarta, Jumat (30/12/2011)
Saya kaget. Jujur. Toh selama ini, saya sama sekali tidak bergantung pada nilai UN. Beneran. Masuk SMP, ada testing. Masuk SMA, ikut SERU3. Dan saya bangga, soalnya yaaaah, you know, banyak konspirasi di UN. Kontroversial pisan.
Saya aneh sama pemerintah. Mungkin pemikiran saya rada kolot. Saya akui. Tapi ini berdasar pengalaman saya dulu waktu SMP. Anak bandel yang jarang sekolah aja bisa dapet nilai NEM 38,xx. Kalo jadi syarat buat masuk PTN, gampang dong. Nggak usah sekolah, masuk aja pas UN, nilai NEM gede, masuk PTN favorit. Ckckck
Menurut saya, rencana menjadikan nilai UN sebagai patokan masuk PTN itu terlalu dini. Bukankah kita tahu, bagaimana bobroknya penyelenggaraan ujian nasional tersebut? Betapa banyaknya konspirasi di dalamnya? Betapa banyaknya ketidaktelitian pengawas yang memang disengaja itu?
Saya mengerti, perihal pemerintah yang tidak mungkin tidak meluluskan setengah pelajar Indonesia. Makanya soal UN terbilang cukup 'mudah' dibanding soal seleksi. Makanya banyak bocoran. Oke, apa jadinya jika setengah dari sekian juta pelajar tidak lulus? I see. Saya paham.
Tapi, tidakkah pemerintah justru memperhatikan bagian ini? Bahkan kami para siswa sudah teramat sangat memahaminya. Saya yakin pemerintah tahu, hanya saja pura-pura buta dan tidak ingin melihat realita.
Yah, pemerintah sih tidak diuntungkan, tidak dirugikan. Tapi bagi siswa yang belajar sungguh-sungguh, ini merugikan sekali. Mana mau disamakan sama anak bandel? Anak tukang bikin onar? Tapi dianggap sama hanya karena nilai UNnya sama atau bahkan si tukang bikin onar lebih gede nilainya. Kalo berdasar UN, siapa yang bakal masuk sekolah favorit? Ya si tukang bikin onar kan?
Menurut saya, seharusnya pemerintah jangan terburu-buru menetapkan UN sebagai prasyarat masuk PTN. Cobalah dulu perbaiki kualitas UN. Murid saja meragukan kredibilitas UN, bagaimana pihak universitas?
Perbaiki dulu mutu UN. Setelah memang bagus, barulah tetapkan UN sebagai prasyarat masuk PTN. Bagaimana caranya? Cobalah, yang jadi pengawas UN itu dari PTN, bukan dari sekolah. Dari PTN juga bukan mahasiswanya, tapi petinggi-petingginya.
Selain itu, cobalah, sebelum masuk itu, diperiksa dulu satu per satu peserta ujiannya. Cek, kalau-kalau ada contekan. Juga hp dikumpulkan depan kelas. Nggak boleh disilent. Harus normal. Bunyi juga gapapa. Daripada siswa pada nyontek lewat hp kan?
Yah, semoga saja Bapak Nuh dan bawahan-bawahannya lebih mengerti kami, para siswa. Lebih memahami kondisi yang terjadi di lapangan. Dan memikirkan kembali konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul bila kebijakan ini tetap dijalankan. Semoga.
Cogito ergo sum
Saya berpikir, maka saya sungguh-sungguh ada
Renè Descartes
Pelan-pelan, kuluruskan benang perasaan
Kemudian, kuselaraskan hati dan jiwa
Awalnya, kubentuk bulatan hati
Lama-lama, kurajut kehidupan
Tak terasa, kusulam mimpi-mimpi
Sungguh, aku larut dalam harmoni
Sungguh misteri, bagaimana jadinya ini?
Akankah rajutan ini rapi?
Sama tinggikah?
Apakah berlubang?
Atau justru berlebih?
Yang kupikirkan hanya satu,
Setiap baris yang kurajut
Setiap mimpi yang kusulam
Haruslah terbaik yang kumampu
Setidaknya, haruslah lebih baik
dari baris sebelumnya
dari mimpi-mimpi terdahulu
Terkadang, berpaling pada warna berkawan
Bukankah lebih indah?
Bukankah lebih padu?
Hmm, asyik, terlarut aku dibawanya
Kubawa teman bergabung bersama
Merajut dengan benang berbeda
Lebih asyik, lebih larut
Tapi hati bertanya-tanya
Sepanjang apa mampu kurajut?
Kemudian, kuselaraskan hati dan jiwa
Awalnya, kubentuk bulatan hati
Lama-lama, kurajut kehidupan
Tak terasa, kusulam mimpi-mimpi
Sungguh, aku larut dalam harmoni
Sungguh misteri, bagaimana jadinya ini?
Akankah rajutan ini rapi?
Sama tinggikah?
Apakah berlubang?
Atau justru berlebih?
Yang kupikirkan hanya satu,
Setiap baris yang kurajut
Setiap mimpi yang kusulam
Haruslah terbaik yang kumampu
Setidaknya, haruslah lebih baik
dari baris sebelumnya
dari mimpi-mimpi terdahulu
Terkadang, berpaling pada warna berkawan
Bukankah lebih indah?
Bukankah lebih padu?
Hmm, asyik, terlarut aku dibawanya
Kubawa teman bergabung bersama
Merajut dengan benang berbeda
Lebih asyik, lebih larut
Tapi hati bertanya-tanya
Sepanjang apa mampu kurajut?
Senandung indah,
Nyanyian sederhana,
Melodi yang bergoyang nan elok
Mengalun dengan gemulai
Hmm, enak nian di telinga ini
Menikmati tak sekedar mendengar
Mirip, tapi tak sama
Terus mengalun bergetar
Layaknya burung beterbangan di angkasa
Lahir dari jemari-jemari lihai
Lihatlah, betapa mengagumkannya
Candu dibuatnya aku
Sampai-sampai aku bermimpi
Adakah aku mampu mengalun?
Dengan jemariku?
Merdunya,
Meski aku tak mengerti
Walau aku tak sanggup mencerna
Tapi aku tahu, aku tersedot
Masuk ke lubang ini
Lubang penuh deretan angka
Lubang penuh bulatan berbendera
Padahal, adakah aku mengerti?
Kuakui, aku bukanlah ahlinya
Tak ada mampuku sama sekali
Tapi, bolehkah aku bercerita?
Betapa indahnya melodi itu?
Betapa menikmatinya aku?
Betapa aku berpikir
Bisakah kuhasilkan yang sama?
Jemariku, aku tahu, kita tak bisa
Otakku, aku tahu, kita sudah terlalu lelah
Egoku terlalu tinggi, kita sama-sama tahu
Biarkan kulepas satu mimpi
Tapi, kuminta, ayolah
Kita nikmati melodi ini bersama
Larut dalam dendangan senandung
Mendengarkan senandung bercerita
Nyanyian sederhana,
Melodi yang bergoyang nan elok
Mengalun dengan gemulai
Hmm, enak nian di telinga ini
Menikmati tak sekedar mendengar
Mirip, tapi tak sama
Terus mengalun bergetar
Layaknya burung beterbangan di angkasa
Lahir dari jemari-jemari lihai
Lihatlah, betapa mengagumkannya
Candu dibuatnya aku
Sampai-sampai aku bermimpi
Adakah aku mampu mengalun?
Dengan jemariku?
Merdunya,
Meski aku tak mengerti
Walau aku tak sanggup mencerna
Tapi aku tahu, aku tersedot
Masuk ke lubang ini
Lubang penuh deretan angka
Lubang penuh bulatan berbendera
Padahal, adakah aku mengerti?
Kuakui, aku bukanlah ahlinya
Tak ada mampuku sama sekali
Tapi, bolehkah aku bercerita?
Betapa indahnya melodi itu?
Betapa menikmatinya aku?
Betapa aku berpikir
Bisakah kuhasilkan yang sama?
Jemariku, aku tahu, kita tak bisa
Otakku, aku tahu, kita sudah terlalu lelah
Egoku terlalu tinggi, kita sama-sama tahu
Biarkan kulepas satu mimpi
Tapi, kuminta, ayolah
Kita nikmati melodi ini bersama
Larut dalam dendangan senandung
Mendengarkan senandung bercerita
Munafik kamu Fer, bilang nggak pengen padahal hati langsung nyantol pas liat. Munafik, tapi hati ini masih merah. Masih berusaha buat aku tambal. Walaupun ini udah hasil tambalan, kok terus-terusan bolong ya? Kenapa? Gara-gara nggak dirawat? Ataukah tambalannya yang nggak bener? Yang pasti, rasanya sakit, disini
Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup, kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir itu saja. Membolak-balik koin yang sama
Dee - Rimba Amniotik
Pagi hari, menunggu sarapan, teringat saudara-saudaraku di Aceh. Bagaimana kini keadaannya? Bagaimana kini kehidupannya? For me, remembering December is not about christmas or a new year but remembering December is about tsunami 7 years ago. December 26th 2004.
Dulu, kelas 5 SD, kejadian tsunami, terus ada kuis kalo gasalah. Saya inget, ada pertanyaan, kira-kira : apa penyebab tsunami? Dulu saya jawab, kira-kira : karena ada gempa bumi di lautan. Oke, the fact, I don't understand about tsunami at all.
Tapi, yang paling saya inget, waktu itu ada video amatiran tsunami di tv, dan, subhanallah, dahsyat, saya yakin, nggak ada satupun yang bisa menghindar, Bill Gates sekalipun yang katanya orang terkaya di dunia.
Yang paling saya inget, waktu itu langsung digalakkan pembangunan jor-joran, sama pemeliharaan terhadap anak-anak korban tsunami Aceh. Mereka ditempatin di asrama. Saya pikir, bagaimana sekarang?
Bagaimana sekarang? Apakah sudah sembuh dari traumanya? Apakah sudah bisa hidup secara utuh seperti awal sebelum tsunami?
Sungguh, hari ini, saya mengenang Aceh. Sebenarnya saya nggak pantas bilang sedih. Sesedih apapun saya, saya nggak tahu dan nggak merasakan apa yang mereka rasakan.
Tapi saya berharap, semoga para korban tsunami bisa hidup lebih baik lagi. Bisa lebih melihat ke depan, memikirkan masa depan dan mengenang masa lalu. Mari kita hidup bersama, bahagia bersama. Semangat Kawanku :)
Dulu, kelas 5 SD, kejadian tsunami, terus ada kuis kalo gasalah. Saya inget, ada pertanyaan, kira-kira : apa penyebab tsunami? Dulu saya jawab, kira-kira : karena ada gempa bumi di lautan. Oke, the fact, I don't understand about tsunami at all.
Tapi, yang paling saya inget, waktu itu ada video amatiran tsunami di tv, dan, subhanallah, dahsyat, saya yakin, nggak ada satupun yang bisa menghindar, Bill Gates sekalipun yang katanya orang terkaya di dunia.
Yang paling saya inget, waktu itu langsung digalakkan pembangunan jor-joran, sama pemeliharaan terhadap anak-anak korban tsunami Aceh. Mereka ditempatin di asrama. Saya pikir, bagaimana sekarang?
Bagaimana sekarang? Apakah sudah sembuh dari traumanya? Apakah sudah bisa hidup secara utuh seperti awal sebelum tsunami?
Sungguh, hari ini, saya mengenang Aceh. Sebenarnya saya nggak pantas bilang sedih. Sesedih apapun saya, saya nggak tahu dan nggak merasakan apa yang mereka rasakan.
Tapi saya berharap, semoga para korban tsunami bisa hidup lebih baik lagi. Bisa lebih melihat ke depan, memikirkan masa depan dan mengenang masa lalu. Mari kita hidup bersama, bahagia bersama. Semangat Kawanku :)
Pasang, surut, pasang, surut
Indah? Mungkin iya, mungkin juga tidak
Nyatanya justru mengerikan
Tulang belulang yang kini entah dimana
Darah daging yang kini tak tahu
dimana sang perantara kelahirannya
Apakah cukup indah?
Semua bisa melupa, semua bisa menua
Tapi hati takkan sama
sampai kapan berakhir?
Mungkin juga semua ini tanpa akhir
Siapa tahu? Hati sudah terlanjur merana
Meski berusaha melupa
Meski mencoba pergi
Bukankah kenangan tetaplah kenyataan?
Tapi, bisakah jadi kenangan indah?
Ragu, semua ini terlalu menyakitkan
Bagaimana kau rasa?
Pasang, surut, pasang, surut
Lalu, byur, dia memuncak, lalu lisis
Tiba-tiba segalanya hancur seketika
Bisakah kau bayangkan?
Meski tujuh tahun berlalu
Kejadiannya masih membekas
di setiap sel-sel saraf
Masih terekam jelas
Masih bisa kureka ulang
Bisakah kau mengerti?
Meski tujuh tahun berlalu
Rasanya seperti kemarin
Kawan, tujuh tahun sudah
Jangan ragu, jangan bimbang
Kami ada disini, untukmu
Karena kita adalah satu
Satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa
Satu hati, satu jiwa
*didedikasikan untuk mengenang 7 tahun pasca tsunami Aceh 26 Desember 2004
Indah? Mungkin iya, mungkin juga tidak
Nyatanya justru mengerikan
Tulang belulang yang kini entah dimana
Darah daging yang kini tak tahu
dimana sang perantara kelahirannya
Apakah cukup indah?
Semua bisa melupa, semua bisa menua
Tapi hati takkan sama
sampai kapan berakhir?
Mungkin juga semua ini tanpa akhir
Siapa tahu? Hati sudah terlanjur merana
Meski berusaha melupa
Meski mencoba pergi
Bukankah kenangan tetaplah kenyataan?
Tapi, bisakah jadi kenangan indah?
Ragu, semua ini terlalu menyakitkan
Bagaimana kau rasa?
Pasang, surut, pasang, surut
Lalu, byur, dia memuncak, lalu lisis
Tiba-tiba segalanya hancur seketika
Bisakah kau bayangkan?
Meski tujuh tahun berlalu
Kejadiannya masih membekas
di setiap sel-sel saraf
Masih terekam jelas
Masih bisa kureka ulang
Bisakah kau mengerti?
Meski tujuh tahun berlalu
Rasanya seperti kemarin
Kawan, tujuh tahun sudah
Jangan ragu, jangan bimbang
Kami ada disini, untukmu
Karena kita adalah satu
Satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa
Satu hati, satu jiwa
*didedikasikan untuk mengenang 7 tahun pasca tsunami Aceh 26 Desember 2004
Lupa, khilaf, sungguh
Benar-benar tak tahu diri
Syukur alhamdulillah
Syukur alhamdulillah
Alhamdulillah
Allah masih sayang
Alhamdulillah
Sepanjang jantung berdegup
Selama nafas memburu
Kali pertama, nafasku tercekat, sesak
Apakah aku salah? Tapi tidak
Kulihat kembali si pengeksekusi
Tetap saja kulihat, semuanya sama seperti pertama kulihat
14. Empat belas. E M P A T B E L A S
Jantungku terus berdegup kencang
Apa kata orangtuaku?
Kurasakan wajah ini panas
Menahan malu
Sungguh, jika ini terjadi 2 tahun yang lalu
Mungkin akan berbeda
Tapi nyatanya, ini terjadi sekarang
Lelah. Aku ingin pergi
Malu. Lelah. Sesak. Semuanya satu rasa
Setelah 24 jam lebih berlalu
Akhirnya, hatiku kembali berfungsi normal
Lagi-lagi Allah selalu ada untukku
Allah selalu sayang padaku
Bukankah sudah cukup bukti?
Semua ini, peringatan dari Allah bukan?
Atas kesombonganku
Atas ketidaktahudirianku
Atas ambisi-ambisiku
Atas kesalahan-kesalahanku
Ini peringatan Allah
Untukku, untuk hamba yang ingin Dia tunjukkan jalan yang terbaik
Aku berharap. Amin.
Benar-benar tak tahu diri
Syukur alhamdulillah
Syukur alhamdulillah
Alhamdulillah
Allah masih sayang
Alhamdulillah
Sepanjang jantung berdegup
Selama nafas memburu
Kali pertama, nafasku tercekat, sesak
Apakah aku salah? Tapi tidak
Kulihat kembali si pengeksekusi
Tetap saja kulihat, semuanya sama seperti pertama kulihat
14. Empat belas. E M P A T B E L A S
Jantungku terus berdegup kencang
Apa kata orangtuaku?
Kurasakan wajah ini panas
Menahan malu
Sungguh, jika ini terjadi 2 tahun yang lalu
Mungkin akan berbeda
Tapi nyatanya, ini terjadi sekarang
Lelah. Aku ingin pergi
Malu. Lelah. Sesak. Semuanya satu rasa
Setelah 24 jam lebih berlalu
Akhirnya, hatiku kembali berfungsi normal
Lagi-lagi Allah selalu ada untukku
Allah selalu sayang padaku
Bukankah sudah cukup bukti?
Semua ini, peringatan dari Allah bukan?
Atas kesombonganku
Atas ketidaktahudirianku
Atas ambisi-ambisiku
Atas kesalahan-kesalahanku
Ini peringatan Allah
Untukku, untuk hamba yang ingin Dia tunjukkan jalan yang terbaik
Aku berharap. Amin.
Iri, padanya
Iri, padamu
Iri, pada mereka
Ada apa denganku? Molla
Terlalu ambigu untuk dijelaskan
Berdetak liar di dadaku
Tapi tak terduga barang kenapa
Terlalu indah untuk kulihat
Terlalu indah untuk kudengar
Kumohon, aku tak sanggup
Ini salah, tak semestinya begini
Tapi detakan itu, kian menjadi
Kumohon, seret aku, pergi dari sini
Aku tak mau begini
Hidup seperti ini, terlalu sulit
Kalimat-kalimat indah itu, terlalu indah
Rangkaian kata-katanya menusuk tajam
Dalam setiap celah di jiwaku
Makin dalam, semakin dalam
Berani mimpi tak berani menatap
Inginku, tapi yang terjadi justru kontradiksi
Inginku, bahagia, tapi justru, tercabik-cabik
Begini sulit ya?
Begini sulit merangkai huruf
Begini sulit menerjemahkan hati
Begini sulit berbagi cita
Begini sulit mengalun melodi
Begini sulit mengungkap jiwa
Regards,
Iri, padamu
Iri, pada mereka
Ada apa denganku? Molla
Terlalu ambigu untuk dijelaskan
Berdetak liar di dadaku
Tapi tak terduga barang kenapa
Terlalu indah untuk kulihat
Terlalu indah untuk kudengar
Kumohon, aku tak sanggup
Ini salah, tak semestinya begini
Tapi detakan itu, kian menjadi
Kumohon, seret aku, pergi dari sini
Aku tak mau begini
Hidup seperti ini, terlalu sulit
Kalimat-kalimat indah itu, terlalu indah
Rangkaian kata-katanya menusuk tajam
Dalam setiap celah di jiwaku
Makin dalam, semakin dalam
Berani mimpi tak berani menatap
Inginku, tapi yang terjadi justru kontradiksi
Inginku, bahagia, tapi justru, tercabik-cabik
Begini sulit ya?
Begini sulit merangkai huruf
Begini sulit menerjemahkan hati
Begini sulit berbagi cita
Begini sulit mengalun melodi
Begini sulit mengungkap jiwa
Regards,
"Saya tidak bisa meninggalkan olahraga ini. Setelah mempertimbangkan dari sekian banyak pilihan, saya memutuskan bahwa bulutangkis akan selalu menjadi bagian terbesar dari hidup saya. Mulai sekarang, yang ada di pikiran saya adalah masalah kepelatihan. Saya sudah bekerjasama dengan pemain muda dan saya bisa memberikan banyak hal kepada mereka, khususnya dalam mempersiapkan mental mereka. Saya sudah menempuh perjalanan yang panjang sebagai pemain dan pilihan menjadi pelatih tentu saja akan memberikan lebih banyak waktu buat saya untuk bersama dengan kedua anak saya. Denmark memiliki program pengembangan bulutangkis yang cukup bagus, tapi tidak memiliki dukungan dana yang cukup. Tim Cina terkadang bisa mengirimkan 5 sampai 6 pelatih ke suatu turnamen. Bandingkan dengan Denmark yang sudah cukup beruntung bahkan dengan hanya menyertakan 1 pelatih. Mungkin saya bisa melakukan perubahan. Dengan penanganan yang tepat, kami bisa melakukan hal yang lebih baik dengan mengirimkan lebih banyak pemain ke turnamen internasional, khususnya di sektor tunggal putra. Proses pembelajaran seorang pemain tidak akan pernah berakhir. Saya harus lebih kuat dan lebih cepat supaya tidak tertinggal jauh dari pemain seperti Lin Dan, Chen Long, dan Lee Chong Wei. Usia saya boleh semakin bertambah, tetapi impian saya masih tetap sama :
meraih medali pada ajang Olimpiade terakhir yang
akan saya ikuti." Peter Gade(35) - Denmark
So sweet banget nggak sih, meski nyelekit karena Taufik kagak disebut. And yeah, me too. I can't skip this amazing sport from my mind. It's too worth. It's too beautiful. It's too amazing to be forgotten. I'll always love playing and watching the players play the game in that green court. Playing that amazing game. Tasteful game! Badminton is always tasteful. Special taste!
Regards,
meraih medali pada ajang Olimpiade terakhir yang
akan saya ikuti." Peter Gade(35) - Denmark
So sweet banget nggak sih, meski nyelekit karena Taufik kagak disebut. And yeah, me too. I can't skip this amazing sport from my mind. It's too worth. It's too beautiful. It's too amazing to be forgotten. I'll always love playing and watching the players play the game in that green court. Playing that amazing game. Tasteful game! Badminton is always tasteful. Special taste!
Regards,
Jerengjeng, keren ya judulnya hahaha XD
Inget Hasna Nabila Khansa nih. Oke, akan saya bagi cerita menarik ini :p
Sebuah benda dilempar miring ke atas dengan laju awal 10 m/s dan dapat mencapai ketinggian maksimum 20 m. Hitunglah usaha yang dilakukan oleh gaya berat benda ini sejak dilempar sampai jatuh lagi ke tanah!
Jawabannya : NOL BESAR! Karena nggak ada perpindahannya, alias balik lagi ke posisi semula.
tapi pas sama filosofi hidup gitu. Kalo kita melakukan usaha yang nggak sesuai tujuan, apa yang kita lakuin nggak sesuai sama komitmen awal kita, berarti nilai usaha kita nol besar.
Fisika itu kejam, udah ngiter beribu-ribu kali, kalau balik ke tempat awal, perpindahannya nol, nggak pindah. Kalau gitu, usahanya nol. Tapi, bukankah hidup itu lebih kejam? Lebih sulit? Hidup itu sulit Kawan!
Jadi, fisika sulit, hidup itu sulit! Jadi fisika itu hidup :p
Inget Hasna Nabila Khansa nih. Oke, akan saya bagi cerita menarik ini :p
Sebuah benda dilempar miring ke atas dengan laju awal 10 m/s dan dapat mencapai ketinggian maksimum 20 m. Hitunglah usaha yang dilakukan oleh gaya berat benda ini sejak dilempar sampai jatuh lagi ke tanah!
Jawabannya : NOL BESAR! Karena nggak ada perpindahannya, alias balik lagi ke posisi semula.
tapi pas sama filosofi hidup gitu. Kalo kita melakukan usaha yang nggak sesuai tujuan, apa yang kita lakuin nggak sesuai sama komitmen awal kita, berarti nilai usaha kita nol besar.
Fisika itu kejam, udah ngiter beribu-ribu kali, kalau balik ke tempat awal, perpindahannya nol, nggak pindah. Kalau gitu, usahanya nol. Tapi, bukankah hidup itu lebih kejam? Lebih sulit? Hidup itu sulit Kawan!
Jadi, fisika sulit, hidup itu sulit! Jadi fisika itu hidup :p
Mau main keroyokan?
Ayok aku ladenin
Emang sehebat apasih kamu?
Mau perang?
Ayok aku jabanin
Emang sekeren apasih kamu?
Aku nggak takut ya, catet tuh
Kamu sendiri kan yang bilang aku hebat?
Kamu yang bilang aku disayang?
Kamu yang bilang kan aku istimewa?
Terserah sih apa katamu
Tapi yang pasti itu semua bukti
Kalau kamu iri dan sirik sama aku
Iri sirik itu tanda tak mampu lho
Dan catet ya, aku bakal buktiin
Kamu bilang aku beruntung
Oke, aku bakal liatin ke kamu
Aku bisa kok tanpa kamu
Kamu tuh ya, layaknya kapasitor
Tapi nggak dikasih tegangan
Nggak punya muatan, nggak berharga!
Oh ya, aku mau bilang
Betapa cupunya kamu
Karena cuma bisa ngajak keroyokan
Betapa loser-nya kamu
Karena nggak berani one by one, man to man
Regards,
Ayok aku ladenin
Emang sehebat apasih kamu?
Mau perang?
Ayok aku jabanin
Emang sekeren apasih kamu?
Aku nggak takut ya, catet tuh
Kamu sendiri kan yang bilang aku hebat?
Kamu yang bilang aku disayang?
Kamu yang bilang kan aku istimewa?
Terserah sih apa katamu
Tapi yang pasti itu semua bukti
Kalau kamu iri dan sirik sama aku
Iri sirik itu tanda tak mampu lho
Dan catet ya, aku bakal buktiin
Kamu bilang aku beruntung
Oke, aku bakal liatin ke kamu
Aku bisa kok tanpa kamu
Kamu tuh ya, layaknya kapasitor
Tapi nggak dikasih tegangan
Nggak punya muatan, nggak berharga!
Oh ya, aku mau bilang
Betapa cupunya kamu
Karena cuma bisa ngajak keroyokan
Betapa loser-nya kamu
Karena nggak berani one by one, man to man
Regards,
Sepertinya pebulutangkisan Indonesia itu layaknya kehidupan politik Indonesia. Merosot tajam. Dari baik jadi buruk. Tidak untuk perorangan mungkin, tetapi secara keseluruhan merosot tajam.
Siapa yang bisa disalahkan? Saya pun tak tahu.
Pemain? Bukankah mereka bejibaku di lapangan? Bukankah mereka jatuh bangun di lapangan? Bukankah mereka bersusah payah di lapangan hijau?
Pelatih? Bukankah mereka melatih dengan kemampuannya? Dengan segala pengalaman mereka? Dengan kesabaran mereka? Dengan segala keahlian mereka?
Bingung. Semuanya seperti roda putar, tak berujung. Sudah seperti lingkaran setan, dan kita tak dapat menemukan titik permasalahannya. Terlalu kompleks.
Tapi, menurut saya pribadi, sebenarnya permasalahannya adalah dalam hal regenerasi pemain. Regenerasi pemain di Indonesia menurut saya terbilang cukup lambat.
Entah faktornya adalah kurangnya bibit-bibit muda yang berminat dalam bulutangkis atau kurangnya perhatian PBSI dan pemerintah dalam hal regenerasi.
Tetapi, menurut saya, dengan kondisi pemain-pemain senior yang terbilang mentok dengan prestasinya, seharusnya pemerintah gesit dalam menggalakkan regenerasi. Istilahnya, bibit lama dipertahankan sambil dipupuk, bibit muda langsung dikembangkan.
Supaya, ketika pemain senior sudah tak mampu lagi berkiprah secara sempurna, pemain muda sudah mampu tampil maksimal. Pemain lapis 2 dan 3 seharusnya sering-sering dikirim dalam turnamen internasional serta dibina secara intensif, supaya skillnya terus menerus diasah.
Yah, hanya itu yang bisa saya pikirkan hahaha. Atas salah-salahnya, saya minta maaf. Sekian
Siapa yang bisa disalahkan? Saya pun tak tahu.
Pemain? Bukankah mereka bejibaku di lapangan? Bukankah mereka jatuh bangun di lapangan? Bukankah mereka bersusah payah di lapangan hijau?
Pelatih? Bukankah mereka melatih dengan kemampuannya? Dengan segala pengalaman mereka? Dengan kesabaran mereka? Dengan segala keahlian mereka?
Bingung. Semuanya seperti roda putar, tak berujung. Sudah seperti lingkaran setan, dan kita tak dapat menemukan titik permasalahannya. Terlalu kompleks.
Tapi, menurut saya pribadi, sebenarnya permasalahannya adalah dalam hal regenerasi pemain. Regenerasi pemain di Indonesia menurut saya terbilang cukup lambat.
Entah faktornya adalah kurangnya bibit-bibit muda yang berminat dalam bulutangkis atau kurangnya perhatian PBSI dan pemerintah dalam hal regenerasi.
Tetapi, menurut saya, dengan kondisi pemain-pemain senior yang terbilang mentok dengan prestasinya, seharusnya pemerintah gesit dalam menggalakkan regenerasi. Istilahnya, bibit lama dipertahankan sambil dipupuk, bibit muda langsung dikembangkan.
Supaya, ketika pemain senior sudah tak mampu lagi berkiprah secara sempurna, pemain muda sudah mampu tampil maksimal. Pemain lapis 2 dan 3 seharusnya sering-sering dikirim dalam turnamen internasional serta dibina secara intensif, supaya skillnya terus menerus diasah.
Yah, hanya itu yang bisa saya pikirkan hahaha. Atas salah-salahnya, saya minta maaf. Sekian
Menyedihkan, pebulutangkisan Indonesia.
Final Super Series 2011
Tahu? Indonesia gagal total. Tak ada satupun wakil yang maju ke semifinal. Tahun ini Indonesia hanya mampu mengikutsertakan 4 wakil. Masing-masing adalah Bona/Ahsan, Tontowi/Lilyana, Taufik, dan Simon.
Setiap sektor dibagi 2 tim, masing-masing 4 'pemain'. Masing-masing tim, juara dan runner up masuk ke semifinal super series. Yah, pokoknya gitu.
Setiap pemain otomatis menjalani 3 pertandingan untuk mengumpulkan poim untuk masuk ke semifinal. Untuk masuk ke semifinal, berarti maksimal kalah sekali atau nggak pernah kalah. Kalau udah 2 kali kalah, berarti tersingkir.
Ganda putra 'muda' kita, Ahsan/Bona menempati urutan ke-3 dalam groupnya, dengan 1 kemenangan & 2 kali kekalahan, dan otomatis tersingkir.
Ganda campuran 'muda' kita, menempati urutan ke-3 *sepertinya* dengan 1 kemenangan & 2 kali kekalahan dan otomatis tersingkir.
Dua tunggal putra 'muda' dan senior kita, juga tersingkir. Keduanya dengan 3 kali kekalahan tanpa kemenangan sekalipun dan otomatis tersingkir.
Miris? Sangat. Macan kini berubah menjadi kucing kecil. Dan kini, sepertinya Anan dan Shota sudah menunjukkan taringnya. Negara Matahari Terbit kini meloloskan wakil di setiap sektor di semifinal. Indonesia? Gagal total.
Berikut hasil pertandingannya
Lee Chong Wei - Simon 21-10 21-15
Sho Sasaki - Simon 21-19 23-21
Peter Gade - Simon 21-13 21-9
Chen Xu/Jin Ma - Tontowi/Liliyana 17-21 21-7 22-20
Robert/Gabriella - Tontowi/Lilyana 10-21 12-21
Zhang/zhao - Tontowi/Lilyana 21-19 18-21 21-14
Lin Dan - Taufik 21-12 21-19
Chen Long - Taufik 21-13 21-7
Kenichi Tao - Taufik 19-21 21-19 21-7
Jae Sung/Yong Dae - Ahsan/Bona 23-21 21-16
Boe/Mogensen - Ahsan/Bona 21-16 18-21 21-19
Koo/Tan - Ahsan/Bona 21-19
19-21 14-21
Final Super Series 2011
Tahu? Indonesia gagal total. Tak ada satupun wakil yang maju ke semifinal. Tahun ini Indonesia hanya mampu mengikutsertakan 4 wakil. Masing-masing adalah Bona/Ahsan, Tontowi/Lilyana, Taufik, dan Simon.
Setiap sektor dibagi 2 tim, masing-masing 4 'pemain'. Masing-masing tim, juara dan runner up masuk ke semifinal super series. Yah, pokoknya gitu.
Setiap pemain otomatis menjalani 3 pertandingan untuk mengumpulkan poim untuk masuk ke semifinal. Untuk masuk ke semifinal, berarti maksimal kalah sekali atau nggak pernah kalah. Kalau udah 2 kali kalah, berarti tersingkir.
Ganda putra 'muda' kita, Ahsan/Bona menempati urutan ke-3 dalam groupnya, dengan 1 kemenangan & 2 kali kekalahan, dan otomatis tersingkir.
Ganda campuran 'muda' kita, menempati urutan ke-3 *sepertinya* dengan 1 kemenangan & 2 kali kekalahan dan otomatis tersingkir.
Dua tunggal putra 'muda' dan senior kita, juga tersingkir. Keduanya dengan 3 kali kekalahan tanpa kemenangan sekalipun dan otomatis tersingkir.
Miris? Sangat. Macan kini berubah menjadi kucing kecil. Dan kini, sepertinya Anan dan Shota sudah menunjukkan taringnya. Negara Matahari Terbit kini meloloskan wakil di setiap sektor di semifinal. Indonesia? Gagal total.
Berikut hasil pertandingannya
Lee Chong Wei - Simon 21-10 21-15
Sho Sasaki - Simon 21-19 23-21
Peter Gade - Simon 21-13 21-9
Chen Xu/Jin Ma - Tontowi/Liliyana 17-21 21-7 22-20
Robert/Gabriella - Tontowi/Lilyana 10-21 12-21
Zhang/zhao - Tontowi/Lilyana 21-19 18-21 21-14
Lin Dan - Taufik 21-12 21-19
Chen Long - Taufik 21-13 21-7
Kenichi Tao - Taufik 19-21 21-19 21-7
Jae Sung/Yong Dae - Ahsan/Bona 23-21 21-16
Boe/Mogensen - Ahsan/Bona 21-16 18-21 21-19
Koo/Tan - Ahsan/Bona 21-19
19-21 14-21
Hatiku panas. Harusnya sejuk
Hatiku gelisah. Harusnya tenang
Riaknya kini tak beraturan
Aku merana sendiri
Disini. Di tempat ini. Sendiri
Otakku mulai tak bisa diajak kompromi
Aneh. Bukankah otak ini yang bekerja bersamaku
Memecahkan problem-problem fisika? Bisa
Tapi mengontrol jiwa? Tak sanggup. Ironis
Sepertinya sesuatu dalam jiwa ini mulai berontak
Kamu,
Apakah sadar akan adanya aku?
Apakah sadar dimana tempatku?
Apakah sadar akan helaan napasku?
Aku tak tahu siapa dirimu
Tapi justru terpesona olehmu
Miris.
Aku yang ingin kau lihat
Tapi, bukankah tiada benang merah antara kita?
Bagaimana bisa aku mengharap?
Bagaimana hati ini terlalu lancang?
Bagaimana asa ini terlalu tinggi melayang?
Hahaha. Lucu sekali
Aku disini gelisah. Aku disini sibuk
Aku disini lelah. Aku disini mengagumi
Aku disini bahagia sekaligus menderita
Karenamu.
Tapi kau justru berlepas dariku
Ironis.
Regards,
Hatiku gelisah. Harusnya tenang
Riaknya kini tak beraturan
Aku merana sendiri
Disini. Di tempat ini. Sendiri
Otakku mulai tak bisa diajak kompromi
Aneh. Bukankah otak ini yang bekerja bersamaku
Memecahkan problem-problem fisika? Bisa
Tapi mengontrol jiwa? Tak sanggup. Ironis
Sepertinya sesuatu dalam jiwa ini mulai berontak
Kamu,
Apakah sadar akan adanya aku?
Apakah sadar dimana tempatku?
Apakah sadar akan helaan napasku?
Aku tak tahu siapa dirimu
Tapi justru terpesona olehmu
Miris.
Aku yang ingin kau lihat
Tapi, bukankah tiada benang merah antara kita?
Bagaimana bisa aku mengharap?
Bagaimana hati ini terlalu lancang?
Bagaimana asa ini terlalu tinggi melayang?
Hahaha. Lucu sekali
Aku disini gelisah. Aku disini sibuk
Aku disini lelah. Aku disini mengagumi
Aku disini bahagia sekaligus menderita
Karenamu.
Tapi kau justru berlepas dariku
Ironis.
Regards,
Kenapa begitu sesak
Aku mungkin tak selalu baik
Tapi apakah seburuk itu?
Apakah aku sehina itu? Sebejat itu?
Sampai-sampai aku tak lolos kualifikasi?
Bahkan selama ini aku selalu masuk final!
Semifinal bahkan membuatku terheran-heran
Kini, tak kusangka, bahkan babak utama pun aku tak sanggup
Sebejat itukah? Sejelek itukah aku dimatamu?
Benarkah tak ada kesalahan?
Benarkah tak ada kekeliruan?
Aku sungguh berharap, hanya kesalahan teknis
Aku mohon, semuanya terlalu menyedihkan
Aku bahkan selalu lolos, apakah itu tak cukup?
Apakah tak cukup membuktikan bahwa aku baik?
Aku mohon, beri aku penjelasan
Aku mohon, beri aku kesempatan
Disini terlalu sesak. Di hatiku
Aku mohon, pikirkan baik-baik
Aku tak peduli bila lainnya hancur
Aku tak peduli bila lainnya harus mengulang
Aku sungguh tak peduli, bukankah biasa?
Tapi aku mohon, untuk kali ini. Hanya ini
Aku mohon, tunjukkan dimana kesalahanku
Karena aku merasa benar. Kumohon
Aku sungguh merasa bisa
Tapi segalanya justru gagal dan mesti mengulang
Aku mohon, perlihatkan kesalahanku
Aku mungkin tak selalu baik
Tapi apakah seburuk itu?
Apakah aku sehina itu? Sebejat itu?
Sampai-sampai aku tak lolos kualifikasi?
Bahkan selama ini aku selalu masuk final!
Semifinal bahkan membuatku terheran-heran
Kini, tak kusangka, bahkan babak utama pun aku tak sanggup
Sebejat itukah? Sejelek itukah aku dimatamu?
Benarkah tak ada kesalahan?
Benarkah tak ada kekeliruan?
Aku sungguh berharap, hanya kesalahan teknis
Aku mohon, semuanya terlalu menyedihkan
Aku bahkan selalu lolos, apakah itu tak cukup?
Apakah tak cukup membuktikan bahwa aku baik?
Aku mohon, beri aku penjelasan
Aku mohon, beri aku kesempatan
Disini terlalu sesak. Di hatiku
Aku mohon, pikirkan baik-baik
Aku tak peduli bila lainnya hancur
Aku tak peduli bila lainnya harus mengulang
Aku sungguh tak peduli, bukankah biasa?
Tapi aku mohon, untuk kali ini. Hanya ini
Aku mohon, tunjukkan dimana kesalahanku
Karena aku merasa benar. Kumohon
Aku sungguh merasa bisa
Tapi segalanya justru gagal dan mesti mengulang
Aku mohon, perlihatkan kesalahanku
Siang ini, sepulang dari futsal angkatan. Angkot Kalapa Buah batu.
XX : eh, eh, kamu anak sma3 ya?
FL : iya *senyum dikit*
XX : oh, kelas berapa?
FL : kelas 3 *udah males*
XX : oh, eh, nggak jadi deh
FL : -______- *bete tingkat dewa*
Udah manggilnya nggak ada sopan-sopannya lagi. Pake hey hey-an. Punten kek, apa gitu yang lebih enak didenger >.< dikiranya anak kelas 1 ya? Atau kelas 2? Gayanya udah ngejago gitu pas nanya-nanya.
Wajah saya emang imut. Saya tahu. Badan saya kecil. Saya tahu. Awet muda? Saya tahu. HA HA HA HA HA!
Regards,
XX : eh, eh, kamu anak sma3 ya?
FL : iya *senyum dikit*
XX : oh, kelas berapa?
FL : kelas 3 *udah males*
XX : oh, eh, nggak jadi deh
FL : -______- *bete tingkat dewa*
Udah manggilnya nggak ada sopan-sopannya lagi. Pake hey hey-an. Punten kek, apa gitu yang lebih enak didenger >.< dikiranya anak kelas 1 ya? Atau kelas 2? Gayanya udah ngejago gitu pas nanya-nanya.
Wajah saya emang imut. Saya tahu. Badan saya kecil. Saya tahu. Awet muda? Saya tahu. HA HA HA HA HA!
Regards,
Pengen.main.badminton. Butuh pelampiasan. Pengen rehat, tapi sama aja kabur. Masih ada ujian di depan. Pengen istirahat dulu. Pengen menyalurkan 'kecapean'. Dan, pengen main. Siapapun partnernya. Mau anak kelas 1 yang nyebelin atau bukan. Mau cewek atau cowok. Mau dibantai atau ngebantai *kayaknya sih dibantai*. Mau satu sesi atau berlanjut terus. Mau disuruh lari 12 menit dulu. Yang pasti, pengen main.
Butuh raket. Butuh shuttlecock. Butuh net. Butuh partner. Separah apapun saya. Hanya ingin main. Biarkan saya main badminton!
Regards,
Butuh raket. Butuh shuttlecock. Butuh net. Butuh partner. Separah apapun saya. Hanya ingin main. Biarkan saya main badminton!
Regards,
Kayaknya ini pas deh, buat yang patah hati. Biarin aja sih patah hati mah, masih banyak hati-hati lain dan orang-orang yang sayang dan cinta sama kamu kan? Keep smile :p biarin mereka pergi, kalo perlu, usir semuanya yang bikin kamu sakit, minimal, mulai lagi dari awal :)
(oh. oh geurae)
(geurae. nado saranghae)
saranghae hamyeonseo neon geuwi ibeul
matchugo
imi neoui simjangeun geuwi soneul neukkigo
ibmatchugo, sokigo isseo (that’s right) jeonhwareul keunhodo neoui moseubi boigo
nega ‘anya anya’ haedo gyeolguken neo ingeol
naega saranghan neoya Oh baby. tell me Why you act so strange
But tonight, I don’t need a damn explain
hajiman iminan modu algo iseosseo nan
neowa hamkke itneun go nyeoseokdo
philyo obseo jebal jom sarajyeo
dwaesseo nameun haengbok gatgo kkeojyeoboryeo modu da bye bye~ sarangdo
modu da bye bye~ ujeongdo
Feels like I’m ready (hey~!)
No love I’m done with (ho~)
keutnabeorin sarangirago haedo malhal pilyo
obtjanha modu da bye bye chueokdo
modu da bye bye seulpeumdo
Feels like I’m ready (hey~!)
No love I’m done with (ho~)
keutnabeorin sairago malhae (keutnageoya baby) hapil naui geunyeoege neon ibeul matchugo
chinguwi yeojain geol almyeonseo dagawatgo
kamchugo sokigo isseo
uyeonhi majuchin ne siseon phihaji anhgo
nega ‘anya anya’ haedo gyeoguken no ingeol
neol mideosotdeon naya Oh baby. tell me Why you act so strange
But tonight, I don’t need a damn explain
hajiman iminan modu algo iseosseo nan
neowa hamkke itneun go nyeoseokdo
philyo obseo jebal jom sarajyeo
dwaesseo nameun haengbok gatgo kkeojyeoboryeo modu da bye bye~ sarangdo
modu da bye bye~ ujeongdo
Feels like I’m ready (hey~!)
No love I’m done with (ho~)
keutnabeorin sarangirago haedo malhal pilyo modu da bye bye chueokdo
modu da bye bye seulpeumdo
Feels like I’m ready (hey~!)
No love I’m done with (ho~)
keutnabeorin sairago malhae (keutnageoya)
[English Translation]
Yes, I love you too You say you love me but you kiss him
Your heart is already feeling his touch (you hide and
deceive)
Even when you hang up, I see you
You deny and deny but it ends up being you
(I used to love you) * Oh baby tell me why you act so strange
but tonight I don’t need a damn explain
But I already knew everything
I don’t even need that guy who’s with you
either
Please go away- it’s fine Take the remaining happiness and piss off ** Bye bye to everything
Bye bye to love and everything else even friendship
Feels like I’m ready no love I’m done with
Say that it’s an ended love,
There’s no need for other words
Bye bye to everything, Bye bye to memories, bye bye to sadness
Feels like I’m ready no love I’m done with
Say that it’s an ended love, it’s over baby You kissed my girl
You approached her even when you knew she was
your friend’s girl (you hide and deceive)
You don’t even avoid our coincidentally met eyes
You deny and deny but it ends up being you
(I used to trust you) * repeat ** repeat Bye to everything
Bye to everything Bye bye to everything,
Bye bye to memories, bye bye to sadness
Feels like I’m ready no love I’m done with
Say that it’s an ended love, it’s over ** repeat
Regards,
(oh. oh geurae)
(geurae. nado saranghae)
saranghae hamyeonseo neon geuwi ibeul
matchugo
imi neoui simjangeun geuwi soneul neukkigo
ibmatchugo, sokigo isseo (that’s right) jeonhwareul keunhodo neoui moseubi boigo
nega ‘anya anya’ haedo gyeolguken neo ingeol
naega saranghan neoya Oh baby. tell me Why you act so strange
But tonight, I don’t need a damn explain
hajiman iminan modu algo iseosseo nan
neowa hamkke itneun go nyeoseokdo
philyo obseo jebal jom sarajyeo
dwaesseo nameun haengbok gatgo kkeojyeoboryeo modu da bye bye~ sarangdo
modu da bye bye~ ujeongdo
Feels like I’m ready (hey~!)
No love I’m done with (ho~)
keutnabeorin sarangirago haedo malhal pilyo
obtjanha modu da bye bye chueokdo
modu da bye bye seulpeumdo
Feels like I’m ready (hey~!)
No love I’m done with (ho~)
keutnabeorin sairago malhae (keutnageoya baby) hapil naui geunyeoege neon ibeul matchugo
chinguwi yeojain geol almyeonseo dagawatgo
kamchugo sokigo isseo
uyeonhi majuchin ne siseon phihaji anhgo
nega ‘anya anya’ haedo gyeoguken no ingeol
neol mideosotdeon naya Oh baby. tell me Why you act so strange
But tonight, I don’t need a damn explain
hajiman iminan modu algo iseosseo nan
neowa hamkke itneun go nyeoseokdo
philyo obseo jebal jom sarajyeo
dwaesseo nameun haengbok gatgo kkeojyeoboryeo modu da bye bye~ sarangdo
modu da bye bye~ ujeongdo
Feels like I’m ready (hey~!)
No love I’m done with (ho~)
keutnabeorin sarangirago haedo malhal pilyo modu da bye bye chueokdo
modu da bye bye seulpeumdo
Feels like I’m ready (hey~!)
No love I’m done with (ho~)
keutnabeorin sairago malhae (keutnageoya)
[English Translation]
Yes, I love you too You say you love me but you kiss him
Your heart is already feeling his touch (you hide and
deceive)
Even when you hang up, I see you
You deny and deny but it ends up being you
(I used to love you) * Oh baby tell me why you act so strange
but tonight I don’t need a damn explain
But I already knew everything
I don’t even need that guy who’s with you
either
Please go away- it’s fine Take the remaining happiness and piss off ** Bye bye to everything
Bye bye to love and everything else even friendship
Feels like I’m ready no love I’m done with
Say that it’s an ended love,
There’s no need for other words
Bye bye to everything, Bye bye to memories, bye bye to sadness
Feels like I’m ready no love I’m done with
Say that it’s an ended love, it’s over baby You kissed my girl
You approached her even when you knew she was
your friend’s girl (you hide and deceive)
You don’t even avoid our coincidentally met eyes
You deny and deny but it ends up being you
(I used to trust you) * repeat ** repeat Bye to everything
Bye to everything Bye bye to everything,
Bye bye to memories, bye bye to sadness
Feels like I’m ready no love I’m done with
Say that it’s an ended love, it’s over ** repeat
Regards,
Ah kamu mah jiga orang yg ga beriman aja. Hidup tuh ga selalu enak dan ga selalu sesuai yg kita mau. Emang sih kadang2 berpikir, kok kayanya cuma hidup gue aja yg ga enak, hidup gue aja yg ga sesuai, kayanya hidup orang lain tuh enak2 aja. Tp kehidupan ini kaya roda, trs berputar. Kalau skrg kita merasa ada di bawah, ya kita hrs bertahan supaya kita bisa ngerasain di atas. Anggep aja skrg kita bersakit2 untuk masa depan yg menyenangkan. Liat aja nanti. Org lain yg skrg seneng2 jg nanti bakal ada dibawah. Mungkin wkt mereka tua. Tp yg hrs km pegang tuh ini: kita ga akan menghargai manis kalau ga ngerasain pahit.
Apa maknanya menjadi 'kakak'? Apa maknanya menjadi seorang 'adik'? Kakak yang baik, adik yang baik. Bagaimana sosok kakak yang sebenarnya? Bagaimana sosok adik yang sebenarnya? Sampai sekarang saya masih nggak ngerti. Apa maknanya?
Menurut saya, sebenernya saya beruntung, karena punya kakak, punya adik. Bukankah enak? Ketimbang hanya memiliki kakak atau hanya memiliki adik? Tapi sampai sekarang, saya justru masih nggak ngerti hakikat seorang kakak dan adik.
Bukankah saya harusnya bisa? Bukankah saya bisa saja mencoba merefleksikan sosok kakak yang saya inginkan, kepada diri saya sendiri, supaya saya bisa jadi kakak yang baik? Bisa saja kan, ekspektasi saya terhadap kakak saya itu adalah sama dengan ekspektasi adik saya terhadap saya?
Sebagai seorang adik, saya ingin dipandang dewasa. Saya ingin jadi adik yang bisa diajak bicara sebagai partner oleh kakak saya. Saya ingin jadi adik yang terus mendukung apa yang kakak saya pilih dan lakukan. Saya ingin menjadi partnernya setiap saat. Saya ingin menjadi teman sejatinya.
Sebagai seorang kakak, saya ingin menjadi dewasa. Saya ingin membimbing adik saya. Saya ingin bisa menuntunnya menjadi lebih baik lagi. Saya ingin menjadi tempat curhatnya. Saya ingin melihat perkembangannya. Saya ingin menjadi tempatnya untuk bersandar. Saya ingin melihat kesuksesannya. Saya ingin dia bahagia.
Saya selalu berpikir bahwa saya akan tumbuh dewasa, saya akan lebih baik lagi. Tapi rasanya, sampai detik ini, saya masih saja belum dewasa. Saya masih belum bisa mewujudkan sosok kakak dan sosok adik yang saya impikan dalam diri saya sendiri. Lalu apakah saya pantas mengharap sesuatu yang baik dari kakak dan adik saya, jika bahkan saya saja belum bisa menjadi sosok adik dan kakak yang baik?
Ketika hati saya sakit, ketika hati dan pikiran saya dipenuhi oleh nafsu, saya akan berpikir bahwa kakak saya tidak cukup dewasa, adik saya terlalu kekanak-kanakan. Yah, menyalahkan orang lain.
Tapi, ketika saya mulai bisa berpikir jernih, bukankah justru pihak yang salah itu adalah saya sendiri? Merasa bahwa kakak saya tidak cukup dewasa, bukankah saya yang terlalu kekanak-kanakan, hingga tidak bisa memahami kedewasaannya? Merasa bahwa adik saya terlalu kekanak-kanakan, bukankah saya yang terlalu egois, karena tidak mampu dan mau memahaminya?
Menurut saya, menjadi kakak maupun adik itu sulit. Tidak mudah. Menjadi kakak sekaligus adik yang baik, itu juga sulit. Semoga saya bisa menjadi keduanya yang baik.
Menurut saya, sebenernya saya beruntung, karena punya kakak, punya adik. Bukankah enak? Ketimbang hanya memiliki kakak atau hanya memiliki adik? Tapi sampai sekarang, saya justru masih nggak ngerti hakikat seorang kakak dan adik.
Bukankah saya harusnya bisa? Bukankah saya bisa saja mencoba merefleksikan sosok kakak yang saya inginkan, kepada diri saya sendiri, supaya saya bisa jadi kakak yang baik? Bisa saja kan, ekspektasi saya terhadap kakak saya itu adalah sama dengan ekspektasi adik saya terhadap saya?
Sebagai seorang adik, saya ingin dipandang dewasa. Saya ingin jadi adik yang bisa diajak bicara sebagai partner oleh kakak saya. Saya ingin jadi adik yang terus mendukung apa yang kakak saya pilih dan lakukan. Saya ingin menjadi partnernya setiap saat. Saya ingin menjadi teman sejatinya.
Sebagai seorang kakak, saya ingin menjadi dewasa. Saya ingin membimbing adik saya. Saya ingin bisa menuntunnya menjadi lebih baik lagi. Saya ingin menjadi tempat curhatnya. Saya ingin melihat perkembangannya. Saya ingin menjadi tempatnya untuk bersandar. Saya ingin melihat kesuksesannya. Saya ingin dia bahagia.
Saya selalu berpikir bahwa saya akan tumbuh dewasa, saya akan lebih baik lagi. Tapi rasanya, sampai detik ini, saya masih saja belum dewasa. Saya masih belum bisa mewujudkan sosok kakak dan sosok adik yang saya impikan dalam diri saya sendiri. Lalu apakah saya pantas mengharap sesuatu yang baik dari kakak dan adik saya, jika bahkan saya saja belum bisa menjadi sosok adik dan kakak yang baik?
Ketika hati saya sakit, ketika hati dan pikiran saya dipenuhi oleh nafsu, saya akan berpikir bahwa kakak saya tidak cukup dewasa, adik saya terlalu kekanak-kanakan. Yah, menyalahkan orang lain.
Tapi, ketika saya mulai bisa berpikir jernih, bukankah justru pihak yang salah itu adalah saya sendiri? Merasa bahwa kakak saya tidak cukup dewasa, bukankah saya yang terlalu kekanak-kanakan, hingga tidak bisa memahami kedewasaannya? Merasa bahwa adik saya terlalu kekanak-kanakan, bukankah saya yang terlalu egois, karena tidak mampu dan mau memahaminya?
Menurut saya, menjadi kakak maupun adik itu sulit. Tidak mudah. Menjadi kakak sekaligus adik yang baik, itu juga sulit. Semoga saya bisa menjadi keduanya yang baik.
'hampir' selesai. Setelah 5 hari. Sehari lagi. Setelah 10 pelajaran selesai UASnya, tinggal satu pelajaran lagi. Fisika. Pamungkas, tapi ibunya pelajaran di sekolah yang tingkat stressnya paling tinggi!
Pengen rewiew dulu aaaah :p
Hari pertama. Matematika TIK. Lumayanlah. Walaupun pas matik, udah deg-degan, setengah jam lagi selesai, aku masih nomer 20an :p TIK, insya Allah, yang pasti udah belajar. Tinggal liat hasil aja deh
Hari kedua. Kimia agama. Kimia insya Allah. Belajar sih, tapi susah menurut aku mah. Tapi kata si chima, itu gampang pisan T.T agama, cihuy banget. Soalnya gampang :p rame jawabnya
Hari ketiga. Bahasa Indonesia Sejarah. Bahasa Indonesia masih lumayan nebaknya. Masih bisa diterka-terka. Meski gatau tebakan aku bener atau nggak. Sejarah yang belajar malemnya, lumayanlah. Minimal setengahnya bisa :p
Hari keempat. Biologi PKN. Biologi lapuuuuuuur T.T padahal udah belajar, tetep aja nggak bisaaaaa :( pkn juga jadi kayak sia-sia. Mau belajar pas istirahat, udah kesel sama biologi, tapi nggak belajar, belum dibuka bukunya T.T dua-duanya jadinya zonk pisan T.T
Hari kelima. Bahasa Inggris. Yah, gitu deh, ini juga pas-pasan T.T lumayan sih soalnya. Masih bisa jawab setengahnya. Tapii yakin ga yakin jawabnya juga. Bismillah deh, semoga lulus :)
Yah, lima hari telah berlalu, menatap masa depan fisika :p semoga semuanya nilainya bagus-bagus, lulus UN, SNMPTN :)
Regards,
Pengen rewiew dulu aaaah :p
Hari pertama. Matematika TIK. Lumayanlah. Walaupun pas matik, udah deg-degan, setengah jam lagi selesai, aku masih nomer 20an :p TIK, insya Allah, yang pasti udah belajar. Tinggal liat hasil aja deh
Hari kedua. Kimia agama. Kimia insya Allah. Belajar sih, tapi susah menurut aku mah. Tapi kata si chima, itu gampang pisan T.T agama, cihuy banget. Soalnya gampang :p rame jawabnya
Hari ketiga. Bahasa Indonesia Sejarah. Bahasa Indonesia masih lumayan nebaknya. Masih bisa diterka-terka. Meski gatau tebakan aku bener atau nggak. Sejarah yang belajar malemnya, lumayanlah. Minimal setengahnya bisa :p
Hari keempat. Biologi PKN. Biologi lapuuuuuuur T.T padahal udah belajar, tetep aja nggak bisaaaaa :( pkn juga jadi kayak sia-sia. Mau belajar pas istirahat, udah kesel sama biologi, tapi nggak belajar, belum dibuka bukunya T.T dua-duanya jadinya zonk pisan T.T
Hari kelima. Bahasa Inggris. Yah, gitu deh, ini juga pas-pasan T.T lumayan sih soalnya. Masih bisa jawab setengahnya. Tapii yakin ga yakin jawabnya juga. Bismillah deh, semoga lulus :)
Yah, lima hari telah berlalu, menatap masa depan fisika :p semoga semuanya nilainya bagus-bagus, lulus UN, SNMPTN :)
Regards,
8 Desember 2011
Kurang persiapan banget biologi. Lapur. Padahal pasang alarm, tapi nggak kebangun T.T walhasil, biologi suram. Walhasil, pkn gelap
Nyesel bangetlah, kurang belajar. Semoga lulus. Sisa dua pelajaran pamungkas. Bahasa Inggris kudu pol-polan. Fisika, semoga lulus.
Semoga, UAS terakhir selama SMA *amiiiin* ini, bisa lulus fisika, setelah kelas dua nggak pernah lulus UTS maupun UAS T.T
Regards,
Kurang persiapan banget biologi. Lapur. Padahal pasang alarm, tapi nggak kebangun T.T walhasil, biologi suram. Walhasil, pkn gelap
Nyesel bangetlah, kurang belajar. Semoga lulus. Sisa dua pelajaran pamungkas. Bahasa Inggris kudu pol-polan. Fisika, semoga lulus.
Semoga, UAS terakhir selama SMA *amiiiin* ini, bisa lulus fisika, setelah kelas dua nggak pernah lulus UTS maupun UAS T.T
Regards,
Aku yang salah ya?
Memang selalu aku yang salah kok
Memang sih
Tapi lama-lama capek juga
Muak jadinya, kalo lagi punya urusan sama kamu
Muak jadinya, kalo terus-terusan diprotes
Muak jadinya, kalo terus-terusan disudutkan
Kenapa nggak sekalian ambil alih aja?
Kenapa harus menekan?
Memang selalu aku yang salah kok
Memang sih
Tapi lama-lama capek juga
Muak jadinya, kalo lagi punya urusan sama kamu
Muak jadinya, kalo terus-terusan diprotes
Muak jadinya, kalo terus-terusan disudutkan
Kenapa nggak sekalian ambil alih aja?
Kenapa harus menekan?
Subhanallah, B.J.Habibie itu keren banget! Sarjana sampe doktoral di Jerman semuanya, predikat summa-cumlaude. Dan catata, di Jerman!
“I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don’t think we have enough.”(1998)
“Karena pola pikirnya tersebut, maka saya menganggap beliau sebagai bapak teknologi Indonesia, terlepaskan seberapa besar kesuksesan industri strategis ala Habibie. Karena kita tahu bahwa pada tahun 1992, IMF menginstruksikan kepada Soeharto agar tidak memberikan dana operasi kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN mulai memasuki kondisi kritis. Hal ini dikarenakan rencana Habibie membuat satelit sendiri (catatan : tahun 1970-an Indonesia merupakan negara terbesar ke-2 pemakaian satelit), pesawat sendiri, serta peralatan militer sendiri. Hal ini didukung dengan 40 0rang tenaga ahli Indonesia yang memiliki pengalaman kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika akan ditarik pulang ke Indonesia untuk mengembangkan industri teknologi tinggi di Indonesia. Jika hal ini terwujud, maka ini akan mengancam industri teknologi Amerika (mengurangi pangsa pasar) sekaligus kekhawatiran kemampuan teknologi tinggi dan militer Indonesia.”
Gila ya, saya benci oposisi jaman awal reformasi yang nolak Habibie mentah-mentah! Nggak tahu apa ya, kita 'hampir' saja sukses bidang teknologi, penyelenggaraan negara, pembangunan dari krisis, andaikan Habibie terus menjabat Presiden. Asal tahu aja, Habibie mah kagak rugi ditinggal Indonesia. Beliau pinternya gileee. Catat ya, Habibie itu adalah orang Asia pertama yang menjadi orang kedua tertinggi di perusahaan penerbangan di Jerman! Kalau ada orang Indo yang bangga sama Li Na, harusnya dia lebih bangga sama Habibie.
“I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don’t think we have enough.”(1998)
“Karena pola pikirnya tersebut, maka saya menganggap beliau sebagai bapak teknologi Indonesia, terlepaskan seberapa besar kesuksesan industri strategis ala Habibie. Karena kita tahu bahwa pada tahun 1992, IMF menginstruksikan kepada Soeharto agar tidak memberikan dana operasi kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN mulai memasuki kondisi kritis. Hal ini dikarenakan rencana Habibie membuat satelit sendiri (catatan : tahun 1970-an Indonesia merupakan negara terbesar ke-2 pemakaian satelit), pesawat sendiri, serta peralatan militer sendiri. Hal ini didukung dengan 40 0rang tenaga ahli Indonesia yang memiliki pengalaman kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika akan ditarik pulang ke Indonesia untuk mengembangkan industri teknologi tinggi di Indonesia. Jika hal ini terwujud, maka ini akan mengancam industri teknologi Amerika (mengurangi pangsa pasar) sekaligus kekhawatiran kemampuan teknologi tinggi dan militer Indonesia.”
Gila ya, saya benci oposisi jaman awal reformasi yang nolak Habibie mentah-mentah! Nggak tahu apa ya, kita 'hampir' saja sukses bidang teknologi, penyelenggaraan negara, pembangunan dari krisis, andaikan Habibie terus menjabat Presiden. Asal tahu aja, Habibie mah kagak rugi ditinggal Indonesia. Beliau pinternya gileee. Catat ya, Habibie itu adalah orang Asia pertama yang menjadi orang kedua tertinggi di perusahaan penerbangan di Jerman! Kalau ada orang Indo yang bangga sama Li Na, harusnya dia lebih bangga sama Habibie.
Capres Meksiko,
Enrique Pena Nieto bingung ketika diminta
menyebut tiga buku yang berpengaruh. Setelah terlihat bingung, Nieto
hanya bisa menyebut satu buku yang
pernah dibacanya, yakni Injil, kantor berita AP melaporkan, Senin (5/12/2011)
Gimana pendapat kalian? Nieto, setelah itu di'anggap' bodoh. Salah satu mahasiswa hukum disana bilang, bahwa itu 'memalukan'. Iyasih. Hey gitu, itu teh capres.
Yah, sebodo amat deh, urusan intern tetangga, nggak boleh ikut campur. Sorry ya XD mending ngebahas negara tercinta :p kebetulan, saya jadi inget sesuatu nih...
Oke, pernah denger acara Jhon Pantau? Kalo belum, pokoknya itu kayak inspeksi mendadak gitu. Bisa ke warga, atau pejabat.
Ceritanya, suatu hari, yang saya lupa kapan, Jhon Pantau itu temanya nasionalisme kalo nggak salah. Pokoknya jadi dia nanya-nanyain pancasila, ke hampir tiap kalangan.
Pertama, nanyain ke pengemis. Nggak bisa. Oke, memang nggak mampu sekolah. Kedua, ke anak SMA kalo nggak salah. Nggak bisa. Malu-maluin. Yang paling parah, ke pejabat, anggota DPR. Nggak bisa juga. Cacat -____-
Gila ya, DPR, Dewan Perwakilan Rakyat, bahkan nggak hapal pancasila. Tadi Nieto dibilang bodoh? Kalo gitu saya berani bilang, orang DPR yang nggak hapal pancasila itu super bodoh! Jangan-jangan nggak hapal urutan peraturan perundang-undangan lagi! Padahal urutan pertamanya kan UUD'45 dan disana tuh ada pancasila! Malu-maluin banget!
Kalo saya jadi dia, malunya super dah. Titel doang DPR, pancasila nggak hapal. Katanya DPR, bagian legislatif, yang tugasnya membuat peraturan, RUU, tapi nggak hapal pancasila? Ckckckck
Modal apa sih, bisa-bisanya jadi orang DPR? Nggak hapal Undang-Undang masih mending, da banyak. TAP MPR komo deui, tapi pancasila? How come? Gimana bisa nggak hapal, padahal Anda adalah wakil rakyat? Bagaimana bisa mewakili rakyat, sedang tidak tahu tujuan rakyat? Tujuan bangsa? Bagaimana bisa memimpin rakyat kalau bahkan mengingat dasar negara saja sulit?
Gimana bisa ngurus peraturan yang segitu banyak, kalau yang dasar, yang lima, itu nggak bisa? Masih punya nyali buat duduk di kursi DPR?
PANCASILA
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
3. PERSATUAN INDONESIA
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Enrique Pena Nieto bingung ketika diminta
menyebut tiga buku yang berpengaruh. Setelah terlihat bingung, Nieto
hanya bisa menyebut satu buku yang
pernah dibacanya, yakni Injil, kantor berita AP melaporkan, Senin (5/12/2011)
Gimana pendapat kalian? Nieto, setelah itu di'anggap' bodoh. Salah satu mahasiswa hukum disana bilang, bahwa itu 'memalukan'. Iyasih. Hey gitu, itu teh capres.
Yah, sebodo amat deh, urusan intern tetangga, nggak boleh ikut campur. Sorry ya XD mending ngebahas negara tercinta :p kebetulan, saya jadi inget sesuatu nih...
Oke, pernah denger acara Jhon Pantau? Kalo belum, pokoknya itu kayak inspeksi mendadak gitu. Bisa ke warga, atau pejabat.
Ceritanya, suatu hari, yang saya lupa kapan, Jhon Pantau itu temanya nasionalisme kalo nggak salah. Pokoknya jadi dia nanya-nanyain pancasila, ke hampir tiap kalangan.
Pertama, nanyain ke pengemis. Nggak bisa. Oke, memang nggak mampu sekolah. Kedua, ke anak SMA kalo nggak salah. Nggak bisa. Malu-maluin. Yang paling parah, ke pejabat, anggota DPR. Nggak bisa juga. Cacat -____-
Gila ya, DPR, Dewan Perwakilan Rakyat, bahkan nggak hapal pancasila. Tadi Nieto dibilang bodoh? Kalo gitu saya berani bilang, orang DPR yang nggak hapal pancasila itu super bodoh! Jangan-jangan nggak hapal urutan peraturan perundang-undangan lagi! Padahal urutan pertamanya kan UUD'45 dan disana tuh ada pancasila! Malu-maluin banget!
Kalo saya jadi dia, malunya super dah. Titel doang DPR, pancasila nggak hapal. Katanya DPR, bagian legislatif, yang tugasnya membuat peraturan, RUU, tapi nggak hapal pancasila? Ckckckck
Modal apa sih, bisa-bisanya jadi orang DPR? Nggak hapal Undang-Undang masih mending, da banyak. TAP MPR komo deui, tapi pancasila? How come? Gimana bisa nggak hapal, padahal Anda adalah wakil rakyat? Bagaimana bisa mewakili rakyat, sedang tidak tahu tujuan rakyat? Tujuan bangsa? Bagaimana bisa memimpin rakyat kalau bahkan mengingat dasar negara saja sulit?
Gimana bisa ngurus peraturan yang segitu banyak, kalau yang dasar, yang lima, itu nggak bisa? Masih punya nyali buat duduk di kursi DPR?
PANCASILA
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
3. PERSATUAN INDONESIA
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Hatiku perih meski tergores sedikit
Sedikit dan sebentar, tapi mengapa
Sakitnya kian lama di hatiku?
Minggu ini, kenapa begitu sulit?
Padahal awalnya sudah bagus
Kuawali dengan senyum
Kenapa kini berakhir dengan miris?
Allah memberiku teguran, lagi
Aku yang salah, betul-betul aku
Aku yang tidak membagi waktu
Aku yang merasa bisa
Alhamdulillah, sekarang, lumayan
Tapi setidaknya masih ada waktu
Empat hari lagi
Dan semua ini harus diakhiri
Juga dengan senyuman
Dengan menggenggam kemenangan
Insya Allah, aku bisa!
Sedikit dan sebentar, tapi mengapa
Sakitnya kian lama di hatiku?
Minggu ini, kenapa begitu sulit?
Padahal awalnya sudah bagus
Kuawali dengan senyum
Kenapa kini berakhir dengan miris?
Allah memberiku teguran, lagi
Aku yang salah, betul-betul aku
Aku yang tidak membagi waktu
Aku yang merasa bisa
Alhamdulillah, sekarang, lumayan
Tapi setidaknya masih ada waktu
Empat hari lagi
Dan semua ini harus diakhiri
Juga dengan senyuman
Dengan menggenggam kemenangan
Insya Allah, aku bisa!
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater
Kalimat yang sakral buat anak ITB. Nggak sakral sih, cuma katanya artinya dalem banget. Bener-bener dipegang teguh sebagai prinsip hidup mahasiswa ITB.
Itu tuh mungkin, kalo menurut aku, buat membakar 'kembali' semangat para mahasiswa ITB. Kan biasanya suka ada, udah masuk, tahun pertama mah santai aja dulu, da udah masuk. Mungkin pihak ITB-nya sendiri ingin menekankan bahwa ketika masuk ITB, perjuangan itu justru baru dimulai. Perjuangan untuk menimba ilmu dan mengabdikannya untuk kesejahteraan.
Kalau ditilik dari segi mahasiswa. Kalimat ini emang wah banget. Gengsinya anak ITB. Karena, kalimat ini bukan sekedar diucapkan oleh mereka, tapi juga diresapi maknanya, dan dipegang teguh untuk acuan hidup sebagai bagian dari civitas akademika ITB.
Waktu masuk, saya yakin betapa bangganya mereka, jadi salah satu dari sekian orang yang terpilih menjadi mahasiswa Ganesha. Dan setelah lulus, mereka juga ingin membuktikan, bahwa ITB juga akan bangga akan mereka sebagai lulusannya. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka pantas disebut sebagai alumni ITB.
Kalimat itu memang nggak main-main. Tapi serius. Mahasiswa ITB yang setiap harinya dikompori dengan kalimat itu, ketika lulus juga dikompori, bahkan 'dibebani' dengan janji lulusan yang setipe.
Janji Lulusan ITB
Kami
Segenap lulusan
Institut Teknologi Bandung
Demi Ibu Pertiwi berjanji
Akan mengabdikan ilmu pengetahuan
Bagi kesejahteraan bangsa Indonesia Perikemanusiaan dan perdamaian dunia
Kami berjanji akan mengabdikan
Segala kebajikan ilmu pengetahuan
Untuk menghantarkan bangsa Indonesia
Ke pintu gerbang masyarakat adil dan makmur
Yang berdasarkan pancasila
Kami berjanji akan tetap setia
Kepada watak pembangunan kesarjanaan
Indonesia
Dan menjunjung tinggi susila sarjana,
Kejujuran serta keluhuran ilmu pengetahuan
Di manapun kami berada
Kami berjanji
Akan senantiasa menjunjung tinggi
Nama baik almamater kami
Institut Teknologi Bandung
Serta bangsa dan Negara kami
Republik Indonesia
Jadi, ketika lulus, harus 'disumpah' seperti itu, supaya terus terngiang di telinga agar terus berkarya untuk bangsa. Istilahnya, jangan malu-maluin almamater. Jangan menang lulusan ITB doang, tapi buktiin kalau mereka memang berkualitas. Dan semua karya itu didedikasikan untuk bangsa, sebagai pembuktian kepada almamater, juga akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT
Kalimat yang sakral buat anak ITB. Nggak sakral sih, cuma katanya artinya dalem banget. Bener-bener dipegang teguh sebagai prinsip hidup mahasiswa ITB.
Itu tuh mungkin, kalo menurut aku, buat membakar 'kembali' semangat para mahasiswa ITB. Kan biasanya suka ada, udah masuk, tahun pertama mah santai aja dulu, da udah masuk. Mungkin pihak ITB-nya sendiri ingin menekankan bahwa ketika masuk ITB, perjuangan itu justru baru dimulai. Perjuangan untuk menimba ilmu dan mengabdikannya untuk kesejahteraan.
Kalau ditilik dari segi mahasiswa. Kalimat ini emang wah banget. Gengsinya anak ITB. Karena, kalimat ini bukan sekedar diucapkan oleh mereka, tapi juga diresapi maknanya, dan dipegang teguh untuk acuan hidup sebagai bagian dari civitas akademika ITB.
Waktu masuk, saya yakin betapa bangganya mereka, jadi salah satu dari sekian orang yang terpilih menjadi mahasiswa Ganesha. Dan setelah lulus, mereka juga ingin membuktikan, bahwa ITB juga akan bangga akan mereka sebagai lulusannya. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka pantas disebut sebagai alumni ITB.
Kalimat itu memang nggak main-main. Tapi serius. Mahasiswa ITB yang setiap harinya dikompori dengan kalimat itu, ketika lulus juga dikompori, bahkan 'dibebani' dengan janji lulusan yang setipe.
Janji Lulusan ITB
Kami
Segenap lulusan
Institut Teknologi Bandung
Demi Ibu Pertiwi berjanji
Akan mengabdikan ilmu pengetahuan
Bagi kesejahteraan bangsa Indonesia Perikemanusiaan dan perdamaian dunia
Kami berjanji akan mengabdikan
Segala kebajikan ilmu pengetahuan
Untuk menghantarkan bangsa Indonesia
Ke pintu gerbang masyarakat adil dan makmur
Yang berdasarkan pancasila
Kami berjanji akan tetap setia
Kepada watak pembangunan kesarjanaan
Indonesia
Dan menjunjung tinggi susila sarjana,
Kejujuran serta keluhuran ilmu pengetahuan
Di manapun kami berada
Kami berjanji
Akan senantiasa menjunjung tinggi
Nama baik almamater kami
Institut Teknologi Bandung
Serta bangsa dan Negara kami
Republik Indonesia
Jadi, ketika lulus, harus 'disumpah' seperti itu, supaya terus terngiang di telinga agar terus berkarya untuk bangsa. Istilahnya, jangan malu-maluin almamater. Jangan menang lulusan ITB doang, tapi buktiin kalau mereka memang berkualitas. Dan semua karya itu didedikasikan untuk bangsa, sebagai pembuktian kepada almamater, juga akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT
Hah. Saya kesel lagi. Oke. Saya emang nyebelin. Saya emang labil. Terserah deh.
Tapi apasih yang bakal kamu rasain kalau kamu dihina? Diejek? Kesel kan pasti. Memang sih, saya rada childish. Diejeknya juga sama anak kecil yang masih nggak bisa bedain mana yang bener mana yang salah. Tapi anehnya, hati saya tetep aja mencelos denger ejekan mereka.
Meski saya juga harusnya udah kebal. Toh, sudah hampir 12 tahun yang lalu, sejak saya sadar bahwa kekurangan saya ini bakal jadi bahan ejekan. Anehnya, hati saya tetep aja sakit. Lucu memang.
Tapi, bisakah menjaga mulut? Mulut itu memang pisau. Bahaya. Salah-salah malah bikin orang lain sakit hati. Saya nggak mau ngomong soal jaga mulut dengan orang yang dikenal. Saya bicara tentang menjaga mulut kepada orang asing. Orang yang nggak kita kenal.
Tolong, saya minta tolong, kepada kawan-kawan sekalian. Tolong. Kenapa harus bicara kalau akhirnya menyakiti? Cukup melihat, dan nggak perlu komentar. Sakit banget lho yang kami rasa.
Kami nggak pernah meminta kekurangan-kekurangan itu kok. Itu sudah qadar dari Allah SWT. Kami juga nggak minta kalian nemenin kami. Kami bisa cari teman lain yang lebih tulus. Kami nggak minta diperhatikan. Kami nggak minta diurusi. Kami nggak minta diistimewakan. Kami nggak minta yang muluk-muluk. Cukup diam. Diam saja. Kalau peduli, kami amat berterimakasih. Kalau tidak, silakan lepas tangan. Karena kami juga nggak pengen dikasihani.
Kami nggak ingin dipandang berbeda. Karena kami juga tidak merasa berbeda. Kami nggak perlu dilihat. Karena kami akan berusaha untuk unjuk gigi dengan kemampuan kami.
Kami nggak perlu disumbang. Kami nggak butuh apapun barang, harta, yang kalian beri. Nggak butuh. Kami hanya ingin dipandang sama. Dan catat, kami nggak ingin dipandang sebelah mata dan nggak ingin diejek.
Kami, hanya sekelompok manusia yang sedang diuji oleh Allah. Dan kami akan buktikan bahwa kami kuat. Kami adalah sekelompok manusia yang memiliki jalan hidup lebih rumit. Kami adalah sekelompok manusia dengan kekurangan fisik yang cukup jelas. Tapi kami nggak perlu dikasihani. Kami adalah para pasien dari operasi palatoplasty dll
Tapi apasih yang bakal kamu rasain kalau kamu dihina? Diejek? Kesel kan pasti. Memang sih, saya rada childish. Diejeknya juga sama anak kecil yang masih nggak bisa bedain mana yang bener mana yang salah. Tapi anehnya, hati saya tetep aja mencelos denger ejekan mereka.
Meski saya juga harusnya udah kebal. Toh, sudah hampir 12 tahun yang lalu, sejak saya sadar bahwa kekurangan saya ini bakal jadi bahan ejekan. Anehnya, hati saya tetep aja sakit. Lucu memang.
Tapi, bisakah menjaga mulut? Mulut itu memang pisau. Bahaya. Salah-salah malah bikin orang lain sakit hati. Saya nggak mau ngomong soal jaga mulut dengan orang yang dikenal. Saya bicara tentang menjaga mulut kepada orang asing. Orang yang nggak kita kenal.
Tolong, saya minta tolong, kepada kawan-kawan sekalian. Tolong. Kenapa harus bicara kalau akhirnya menyakiti? Cukup melihat, dan nggak perlu komentar. Sakit banget lho yang kami rasa.
Kami nggak pernah meminta kekurangan-kekurangan itu kok. Itu sudah qadar dari Allah SWT. Kami juga nggak minta kalian nemenin kami. Kami bisa cari teman lain yang lebih tulus. Kami nggak minta diperhatikan. Kami nggak minta diurusi. Kami nggak minta diistimewakan. Kami nggak minta yang muluk-muluk. Cukup diam. Diam saja. Kalau peduli, kami amat berterimakasih. Kalau tidak, silakan lepas tangan. Karena kami juga nggak pengen dikasihani.
Kami nggak ingin dipandang berbeda. Karena kami juga tidak merasa berbeda. Kami nggak perlu dilihat. Karena kami akan berusaha untuk unjuk gigi dengan kemampuan kami.
Kami nggak perlu disumbang. Kami nggak butuh apapun barang, harta, yang kalian beri. Nggak butuh. Kami hanya ingin dipandang sama. Dan catat, kami nggak ingin dipandang sebelah mata dan nggak ingin diejek.
Kami, hanya sekelompok manusia yang sedang diuji oleh Allah. Dan kami akan buktikan bahwa kami kuat. Kami adalah sekelompok manusia yang memiliki jalan hidup lebih rumit. Kami adalah sekelompok manusia dengan kekurangan fisik yang cukup jelas. Tapi kami nggak perlu dikasihani. Kami adalah para pasien dari operasi palatoplasty dll
UAS didepan mata. Saya masih setengah-setengah. Tadi, waktu dibagiin hasil ulangan Logaritma dan Eksponen, saya masih juga kesel.
Pertama. Ulangan matematika terakhir di semester 5. 98. Gede? Iya. Emang gede. Nggak ada yang bilang kecil. Cuma, keselnya, karena saya ceroboh banget, mana ada x.x - 5 = -5 dengan nilai x=6. Ceroboh. Kesel, soalnya nilai 100 tuh udah depan mata, tapi malah ancur karena salah ngitung. Oke, lagi-lagi perfeksionis.
Jadi inget, tadi malem, ngaji di Sayati, nasehatnya, adalah supaya kita harus kewalahan syukur. Sekarang, saya justru kayak nggak ada syukur-syukurnya dapet 98. Padahal nilai segitu teh, kalo dikonversikan, jadinya A. Padahal masih banyak yang remed, yang dapet 22 aja ada. Nah, saya malah nggak bersyukur. Ya Allah, semoga Engkau mengampuni saya.
Kedua. UAS udah depan mata. Saya masih setengah-setengah. Gile. PKN, TIK, SEJ, dll, masih terbengkalai. Dan sekarang kesempatan akhir di semester 5 buat memperbaiki semuanya. Kesempatan terakhir.
Jadi inget lagi. Ada pepatah bilang, 'masuk ke lingkungan yang baik itu adalah keberuntungan'. Dan saya mengartikannya, seperti : 'masuk 3 adalah rahmat dari Allah, dimana saya beruntung, dapet saingan yang lebih dari saya, supaya saya bisa lebih meningkat lagi'. Dan sekarang?
Yah, masih aja gini. Padahal harusnya saya lagi-lagi kewalahan syukur, karena udah dikasih kesempatan untuk nyoba sekolah di 3, bersaing sama anak-anak yang hebat, dan fasilitas yang istimewa.
Yah, intinya saya salah, karena masih aja ngeluh. Maaf. Maaf banget.
Pertama. Ulangan matematika terakhir di semester 5. 98. Gede? Iya. Emang gede. Nggak ada yang bilang kecil. Cuma, keselnya, karena saya ceroboh banget, mana ada x.x - 5 = -5 dengan nilai x=6. Ceroboh. Kesel, soalnya nilai 100 tuh udah depan mata, tapi malah ancur karena salah ngitung. Oke, lagi-lagi perfeksionis.
Jadi inget, tadi malem, ngaji di Sayati, nasehatnya, adalah supaya kita harus kewalahan syukur. Sekarang, saya justru kayak nggak ada syukur-syukurnya dapet 98. Padahal nilai segitu teh, kalo dikonversikan, jadinya A. Padahal masih banyak yang remed, yang dapet 22 aja ada. Nah, saya malah nggak bersyukur. Ya Allah, semoga Engkau mengampuni saya.
Kedua. UAS udah depan mata. Saya masih setengah-setengah. Gile. PKN, TIK, SEJ, dll, masih terbengkalai. Dan sekarang kesempatan akhir di semester 5 buat memperbaiki semuanya. Kesempatan terakhir.
Jadi inget lagi. Ada pepatah bilang, 'masuk ke lingkungan yang baik itu adalah keberuntungan'. Dan saya mengartikannya, seperti : 'masuk 3 adalah rahmat dari Allah, dimana saya beruntung, dapet saingan yang lebih dari saya, supaya saya bisa lebih meningkat lagi'. Dan sekarang?
Yah, masih aja gini. Padahal harusnya saya lagi-lagi kewalahan syukur, karena udah dikasih kesempatan untuk nyoba sekolah di 3, bersaing sama anak-anak yang hebat, dan fasilitas yang istimewa.
Yah, intinya saya salah, karena masih aja ngeluh. Maaf. Maaf banget.
Hari ini. Lagi. fttm. Geografi. Kimia.
Kemarin sore. Kurang lebih jam setengah 5, ssc pelajarannya Kimia. Hidrokarbon. Lagi, keinget sama smart challenge. Bener-bener challenge. Jadi inget waktu belajar lagi hidrokarbon buat lcc. Meski kalah.
Hari ini. Mai bawa buku geografi. Bareng Ghaida, nekad aja jawab soal-soalnya, meski nembak. Rame juga. Dan jadi inget waktu belajar buat lcc. Jadi inget waktu sekitar 2 bulanan yang lalu, belajar dari buku-buku berbahasa Inggris itu.
Pengen belajar lagi. Pengen belajar lebih dalam lagi. Dan saya jadi pengen ngulang itu semua. Emang berkesan pisan. Hahaha.
Makasih bangetlah buat Riri, Ami. Juga makasih pisan buat anak fttm yang udah bikin acara itu.
Regards,
Kemarin sore. Kurang lebih jam setengah 5, ssc pelajarannya Kimia. Hidrokarbon. Lagi, keinget sama smart challenge. Bener-bener challenge. Jadi inget waktu belajar lagi hidrokarbon buat lcc. Meski kalah.
Hari ini. Mai bawa buku geografi. Bareng Ghaida, nekad aja jawab soal-soalnya, meski nembak. Rame juga. Dan jadi inget waktu belajar buat lcc. Jadi inget waktu sekitar 2 bulanan yang lalu, belajar dari buku-buku berbahasa Inggris itu.
Pengen belajar lagi. Pengen belajar lebih dalam lagi. Dan saya jadi pengen ngulang itu semua. Emang berkesan pisan. Hahaha.
Makasih bangetlah buat Riri, Ami. Juga makasih pisan buat anak fttm yang udah bikin acara itu.
Regards,