25 - Bersyukur

By feranlestari - January 26, 2020

Kemarin, aku nimbrung obrolan ayah dan ami. Sampai di suatu topik ketika ada pekerja bangunan yang digaji 80k untuk 8 jam kerja. Jadi, secara tidak langsung, pekerja-pekerja ini dipaksa lembur agar bisa menghasilkan uang yang lebih banyak. Rasanya langsung 'deg'.

Terus langsung membandingkan sama diri sendiri, yang syukur alhamdulillah punya penghasilan yang lebih dari cukup. Langsung tertohok dan merasa kesindir. Jadi bersyukur sedalam-dalamnya.

Tapi kemudian merasa kesepet lagi. Jadi, harus liat orang lain merana dulu, biar diri sendiri bisa bersyukur? Kenapa?

Dulu sempet baca juga opini seseorang yang intinya bersyukur itu harusnya dari dalam diri sendiri. Bukan karena melihat orang susah jadi kemudian bersyukur.

Terus jadi pergolakan hati. Iya, kenapa ya sesulit itu mencari jalannya syukur? Kenapa jahat sih, lihat susahnya orang lain dulu, buat mensyukuri hidup sendiri. Tapi kan kita nggak bisa merasakan spesialnya senang, kalau nggak tahu artinya sedih?

Kenapa nggak boleh ngelihat orang lain dulu buat bersyukur, siapa tahu memang itu pesan dari Allah. Aku dulu pernah mengutarakan, "Bagi Allah membuat kita jadi sama itu mudah, banget banget banget. Lantas kenapa Allah membuat kita berbeda? Ya pasti karena Allah sudah mengqadarkan sesuatu kan?".

Lantas, kenapa kita nggak boleh belajar dari perbedaan itu? Walaupun aku pun yakin, dari sisi kemanusiaan, jahat sekali menggunakan kesulitan orang lain untuk menemukan kesenangan diri sendiri.

Ah, kenapa perihal bersyukur pun sebegini sulitnya?

  • Share:

You Might Also Like

0 comments