merindumu

By feran.lestari - November 13, 2011

Lagi, lagi, dan lagi
Harusnya berlalu begitu saja, tapi sulit
Semuanya, terlalu jelas untuk dilupakan
Terlalu lama untuk dianggap tak pernah ada
Terlalu bermakna untuk dianggap tak penting
Terlalu indah dan terlalu bagus untuk disepelekan
Dan aku menyia-nyiakan semuanya
Sedih, kecewa, marah. Hanya itu
Tiada lagi yang bisa kukatakan
Hanya itu. Terlalu banyak yang terasa
Hingga mungkin kata-kata saja tak cukup
Ah, aku terlalu mementingkan ego dan emosi. Kuakui itu
Dan kini, terasa begitu sakit disini. Di dadaku
Kukenang lagi masa-masa itu. Hanya sakit yang terasa
Kuingat lagi ruangan megah itu
Masih kuingat betapa bahagia dan beruntungnya aku
Masih kuingat perjalanan-perjalanan itu
Masih kuingat masa-masa itu
Terekam jelas dalam kepalaku
Tapi, apalah mau dikata?
Bukankah dulu aku mendua?
Bukankah dulu aku mencaci?
Bukankah dulu aku ingin bebas?
Dan kini aku merindunya lagi?
Hah, inilah balasannya. Balasan untukku
Atas ego, amarah, dan kekanak-kanakanku
Atas ketidakkonsistenan diriku
Atas apa yang kuputuskan tapi tak ku pegang teguh
Atas apa yang kupilih tapi tak dapat kupertahankan
Hanya satu yang ingin kuungkapkan
Aku merindumu dan aku merindukan saat-saat kita bersama
Aku merindumu dan berat tubuhmu
Aku merindumu dan suaramu
Aku merindumu dan goyangan tubuhmu
Aku merindumu dan saat-saat aku memainkanmu
Aku merindumu, sungguh merindumu
Kini, hanya satu yang dapat kulakukan
Berdoa agar suatu hari nanti
Tekadku masih bulat dan masih berpijak kokoh di hatiku
Semoga nanti aku kembali merengkuh dirimu
Membuat kita terlarut dalam melodi indah itu
Membuat kita menyatu kembali dalam harmoni



  • Share:

You Might Also Like

0 comments