Kenapa rindu hadir?
Membawa serta kenangan yang lama terkubur
Rindu itu apa?
Waktu tidak akan kembali, kan?
Tapi tetap saja aku tersenyum
Pada akhirnya,
Aku senang mengingatmu
Jalan kita memang berbeda
Tapi pernah saling menyapa pun cukup
Tentang kita hanya ada dalam satu chapter
Bukan untuk selamanya, tapi untuk belajar
Aku senang belajar darimu
Membawa serta kenangan yang lama terkubur
Rindu itu apa?
Waktu tidak akan kembali, kan?
Tapi tetap saja aku tersenyum
Pada akhirnya,
Aku senang mengingatmu
Jalan kita memang berbeda
Tapi pernah saling menyapa pun cukup
Tentang kita hanya ada dalam satu chapter
Bukan untuk selamanya, tapi untuk belajar
Aku senang belajar darimu
Terkadang ia ragu
Di lain waktu ia mantap
Kemarin mengiyakan
Hari ini ingin berontak
Jadi, ia kuat atau lemah?
Entah di mana, dan kapan
Berencana tapi tak tahu tujuan
Berjalan saja menyusuri jalan
Ingin berlari, nyatanya terseok-seok
Jadi, ia bimbang atau tidak?
Berhari-hari kebingungan
Lalu dalam sekejap merasa bahagia
Kemudian, terjungkal lagi
Macam siklus sinus cosinus
Jadi, ia bahagia atau tidak?
Ia selalu dilempar seperti koin
Entah akan dapat angka atau muka
Seperti undian saja
Sudah dilempar,
Entah siapa pula yang akan menangkap
Jangan jangan justru dibiarkan jatuh
Kalau sudah jatuh begini,
Tak ayal jadi remuk,
Pecahannya terpelanting ke mana-mana
Si kepingan hati yang rapuh
Aku, kamu, atau dia?
Apa makna semua ini?
Aku tak sanggup menjawab keraguan
Tak sanggup menepis iri
Kukira sudah palung terdalam
Menengok kanan kiri, ternyata lebih curam
Diam-diam aku mengumpat diri
Detik-detik pertama, rasanya masih sakit
Sepuluh detik kemudian, mataku sudah merah
Bahkan hanya untuk berjalan di depannya
'Cukup curam, sangat bahkan'
Tapi, kini, setelah sekian ratus detik berlalu,
Semuanya baik-baik saja, wow
Kukira, dunia teramat kejam
Em, memang sih
Tapi, yah, setelah hujan, ada pelangi bukan?
Aku mengerti, yang kemarin itu,,
Hanya hujan rintik-rintik
Dan aku dalam masa penantian menunggu badai
Tapi, anggaplah sekarang ini
Aku sedang melihat sebentar
Pelangi setelah hujan rintik-rintik
Biar hujan menghujam tubuhku
Bukankah selanjutnya, bulan dan matahari kan menyinariku?
Meski badai menghantam jiwaku
Bukan badai pasti berlalu?
Bahkan jika hujan salju menumpuk diatas kepalaku
Bukan salju kan mencair?
Dan aku kan menunggu matahari menghangatkan diriku
Seutuhnya
Apa makna semua ini?
Aku tak sanggup menjawab keraguan
Tak sanggup menepis iri
Kukira sudah palung terdalam
Menengok kanan kiri, ternyata lebih curam
Diam-diam aku mengumpat diri
Detik-detik pertama, rasanya masih sakit
Sepuluh detik kemudian, mataku sudah merah
Bahkan hanya untuk berjalan di depannya
'Cukup curam, sangat bahkan'
Tapi, kini, setelah sekian ratus detik berlalu,
Semuanya baik-baik saja, wow
Kukira, dunia teramat kejam
Em, memang sih
Tapi, yah, setelah hujan, ada pelangi bukan?
Aku mengerti, yang kemarin itu,,
Hanya hujan rintik-rintik
Dan aku dalam masa penantian menunggu badai
Tapi, anggaplah sekarang ini
Aku sedang melihat sebentar
Pelangi setelah hujan rintik-rintik
Biar hujan menghujam tubuhku
Bukankah selanjutnya, bulan dan matahari kan menyinariku?
Meski badai menghantam jiwaku
Bukan badai pasti berlalu?
Bahkan jika hujan salju menumpuk diatas kepalaku
Bukan salju kan mencair?
Dan aku kan menunggu matahari menghangatkan diriku
Seutuhnya
can I try again?
is there any chance for me?
sometimes, I wanna back in time
I wanna pass it
I wanna take it, once again
I wanna hold all my strength on it
I wanna take challenge
I need it, I wanna reach it
why? I just keep asking why
maybe the world will give 'strong' advice for me
they keep telling me to give it up
am I wrong? am I fool?
am I mad if I wanna take it?
I just keep myself on fire
I just keep my dream on my way
on my way, that I believe I can reach it
isn't there chance for me even just once?
I keep asking why, again and again
and I keep asking if it is a reality
something I laid my strength on for
something I fight for
something I had dreamed all night
then, it'll be something I have to forget
will it be like that?
I kept asking why all these things happened
I kept asking if there is a chance for me even just once
I kept asking what will happen later
I am tired by all those things
and I just keep in trying
I keep in trying to believe myself
believe that I'll be struggle enough
believe that I am a strong wall
and I'll be stronger every second in my life
I keep in trying to always believe
believe in God
is there any chance for me?
sometimes, I wanna back in time
I wanna pass it
I wanna take it, once again
I wanna hold all my strength on it
I wanna take challenge
I need it, I wanna reach it
why? I just keep asking why
maybe the world will give 'strong' advice for me
they keep telling me to give it up
am I wrong? am I fool?
am I mad if I wanna take it?
I just keep myself on fire
I just keep my dream on my way
on my way, that I believe I can reach it
isn't there chance for me even just once?
I keep asking why, again and again
and I keep asking if it is a reality
something I laid my strength on for
something I fight for
something I had dreamed all night
then, it'll be something I have to forget
will it be like that?
I kept asking why all these things happened
I kept asking if there is a chance for me even just once
I kept asking what will happen later
I am tired by all those things
and I just keep in trying
I keep in trying to believe myself
believe that I'll be struggle enough
believe that I am a strong wall
and I'll be stronger every second in my life
I keep in trying to always believe
believe in God
Merasa terbang tinggi
Kukira aku ada di langit ke- entah berapa
Terlalu bodoh, atau mati konyol?
Bahkan aku berada di bawah pesawat
Berbahagia dan tertawa
Hidup ini indah sekali Kawan
Aku menikmati siang
Menyeruput senja
Menyeduh malam
Aku terjaga, tak terbangun
Menikmati hidup, deretan angka
Kukira itu cukup, ternyata masih level F
Failed
Ucapanku yang mana, patut dilisankan?
Wajahku sudah merah, mohon maaf
Kukira kita setara
Berada di anak tangga yang sama
Tak kusangka hanya ilusi semata
Kutengok sekilas dirimu jauh diujung sana
Sungguh aku tak berkutik
Maafkan aku Kawan
Aku mungkin terlalu cepat 10 tahun untuk bahagia
Aku mungkin terlalu cepat 1 abad untuk berbangga hati
Aku terlalu cepat 18 tahun untuk merasa indah
Kukira aku ada di langit ke- entah berapa
Terlalu bodoh, atau mati konyol?
Bahkan aku berada di bawah pesawat
Berbahagia dan tertawa
Hidup ini indah sekali Kawan
Aku menikmati siang
Menyeruput senja
Menyeduh malam
Aku terjaga, tak terbangun
Menikmati hidup, deretan angka
Kukira itu cukup, ternyata masih level F
Failed
Ucapanku yang mana, patut dilisankan?
Wajahku sudah merah, mohon maaf
Kukira kita setara
Berada di anak tangga yang sama
Tak kusangka hanya ilusi semata
Kutengok sekilas dirimu jauh diujung sana
Sungguh aku tak berkutik
Maafkan aku Kawan
Aku mungkin terlalu cepat 10 tahun untuk bahagia
Aku mungkin terlalu cepat 1 abad untuk berbangga hati
Aku terlalu cepat 18 tahun untuk merasa indah
menatap matanya yang begitu indah
membuat diriku tak jemu melihatnya
mendengar suaranya yang begitu syahdu
membuat diriku ingin selalu mendengar suaranya di setiap waktu
di dekatnya aku merasakan ketenangan
bersamanya aku merasakan kebahagiaan
sungguh sempurna dirimu di mataku
karena darimu kudapatkan kebahagiaan
yang tak ada akhirnya
Karya : Upit Indrayani
Capek ya lihat ke atas?
Lihat ke bawah, juga terlalu tinggi
Aku tahu, mataku ini, harusnya
berporos ke depan
Tapi, disana terlalu jenuh untuk dinikmati
Kodrat
Batu tetaplah batu
Meski jadi tanah, bukankah perlu waktu?
Angin tetap angin
Meski ringan atau berat
Jatuh tetap jatuh
Dan aku justru mencari lubang
Dunia memang gemerlap
Terlalu banyak lampu nyala dan redup
Sampai-sampai sesuatu yang jelas jadi buram
Terlalu cepat berputar
Sampai-sampai yang terlihat hanya terang
Dunia memang gemerlap
Aku asik menari dibawah nyala redup
Dia menikmati di tepi sudut
Aku asik menikmati nyala redup
Dia berkutat dibawah terang
Aku lambat, dia cepat
Dunia memang gemerlap
Terlalu banyak benda indah membuatmu semakin buruk
Regards,
Lihat ke bawah, juga terlalu tinggi
Aku tahu, mataku ini, harusnya
berporos ke depan
Tapi, disana terlalu jenuh untuk dinikmati
Kodrat
Batu tetaplah batu
Meski jadi tanah, bukankah perlu waktu?
Angin tetap angin
Meski ringan atau berat
Jatuh tetap jatuh
Dan aku justru mencari lubang
Dunia memang gemerlap
Terlalu banyak lampu nyala dan redup
Sampai-sampai sesuatu yang jelas jadi buram
Terlalu cepat berputar
Sampai-sampai yang terlihat hanya terang
Dunia memang gemerlap
Aku asik menari dibawah nyala redup
Dia menikmati di tepi sudut
Aku asik menikmati nyala redup
Dia berkutat dibawah terang
Aku lambat, dia cepat
Dunia memang gemerlap
Terlalu banyak benda indah membuatmu semakin buruk
Regards,
Kamu itu unik, kamu itu spesial
Rumit, tapi istimewa
Rumit, terlalu sulit ditebak
Tapi juga terlalu banyak celah
Kubilang, kamu itu indah
Kamu itu pelangi, indah
Bahkan setelah badai berlalu,
Kamu tetap indah, dan akan selalu indah
Kubilang, kamu itu asyik
Kamu itu sederetan misteri, kode
Abstrak, tak terjamah
Tapi kamu terlalu bersinar
Membuat adrenalin berpacu
Berhasil, lagi dan lagi,
Membuatku terpesona
Kubilang, kamu terlalu istimewa
Kamu membuatku terasa lengkap
Jadi, bolehkah aku terlihat lengkap bagimu?
Regards,
Rumit, tapi istimewa
Rumit, terlalu sulit ditebak
Tapi juga terlalu banyak celah
Kubilang, kamu itu indah
Kamu itu pelangi, indah
Bahkan setelah badai berlalu,
Kamu tetap indah, dan akan selalu indah
Kubilang, kamu itu asyik
Kamu itu sederetan misteri, kode
Abstrak, tak terjamah
Tapi kamu terlalu bersinar
Membuat adrenalin berpacu
Berhasil, lagi dan lagi,
Membuatku terpesona
Kubilang, kamu terlalu istimewa
Kamu membuatku terasa lengkap
Jadi, bolehkah aku terlihat lengkap bagimu?
Regards,
Penjahat, pantas mati
Pembunuh, pantas dipenggal
Penzina, pantas dirajam
Koruptor, pantas ditembak
Begitu? Aku pun setuju
Tak pelak, aku pun penjahat bukan?
Jadi, akupun pantas mati?
Tentu. Aku pantas, sangat pantas
Siapa bisa menggugat?
Dunia terlalu indah, terlalu menusuk
Matahari dan dunia, dua hal yang indah
Kunikmati setiap hari, tapi tak sanggup kugenggam
Bahkan hanya melihat saja, aku tak kuasa
Bukankah di alam sana ada yang lebih indah?
Kenapa aku terlalu buta untuk itu?
Aku ingin bangkit, aku ingin naik
Aku pantas mati, sangat pantas
Memang
Tapi bisakah, seindah anganku?
Semoga
Pembunuh, pantas dipenggal
Penzina, pantas dirajam
Koruptor, pantas ditembak
Begitu? Aku pun setuju
Tak pelak, aku pun penjahat bukan?
Jadi, akupun pantas mati?
Tentu. Aku pantas, sangat pantas
Siapa bisa menggugat?
Dunia terlalu indah, terlalu menusuk
Matahari dan dunia, dua hal yang indah
Kunikmati setiap hari, tapi tak sanggup kugenggam
Bahkan hanya melihat saja, aku tak kuasa
Bukankah di alam sana ada yang lebih indah?
Kenapa aku terlalu buta untuk itu?
Aku ingin bangkit, aku ingin naik
Aku pantas mati, sangat pantas
Memang
Tapi bisakah, seindah anganku?
Semoga
Putih, sudah putih..
Lantas? Selanjutnya apa?
Aku mengurai helai per helai
Merenungi detik demi detik
Egoku, masih saja terlalu tinggi
Putih, sudah putih..
Seolah waktu cepat nian berlalu
Tak kusangka, aku senista ini
Maaf, mohon maafkan aku
Rabb, mohon ampuni aku
Putih, sudah putih..
Aku mendua, meniga, mengempat
Aku berbilang selancar mungkin
Hingga aku lupa, bahwa aku
Sebenarnya memulai dari satu
Putih, sudah putih..
Waktu-waktu itu, kenapa seperti pasir?
Terlalu cepat luruh
Terlalu sulit untuk kugenggam
Rabb, inikah peringatan dari-Mu?
Putih, sudah putih..
Manusia macam apa aku ini?
Mencari dunia, melihat gemerlap nikmat
Lupakah aku pada penciptaan awalku?
Air susu kubalas tuba
Putih, sudah putih..
Rabb, apakah ini benar?
Rabb, apakah ini yang terbaik?
Kuyakin, Engkau memberikan padaku
Segalanya yang terbaik, melalui mereka
Putih, sudah putih..
Rabb, dalam hatiku, aku berdoa
Semoga Engkau meridhoi
Jalan yang kuambil
Semoga, semuanya berbahagia
Lantas? Selanjutnya apa?
Aku mengurai helai per helai
Merenungi detik demi detik
Egoku, masih saja terlalu tinggi
Putih, sudah putih..
Seolah waktu cepat nian berlalu
Tak kusangka, aku senista ini
Maaf, mohon maafkan aku
Rabb, mohon ampuni aku
Putih, sudah putih..
Aku mendua, meniga, mengempat
Aku berbilang selancar mungkin
Hingga aku lupa, bahwa aku
Sebenarnya memulai dari satu
Putih, sudah putih..
Waktu-waktu itu, kenapa seperti pasir?
Terlalu cepat luruh
Terlalu sulit untuk kugenggam
Rabb, inikah peringatan dari-Mu?
Putih, sudah putih..
Manusia macam apa aku ini?
Mencari dunia, melihat gemerlap nikmat
Lupakah aku pada penciptaan awalku?
Air susu kubalas tuba
Putih, sudah putih..
Rabb, apakah ini benar?
Rabb, apakah ini yang terbaik?
Kuyakin, Engkau memberikan padaku
Segalanya yang terbaik, melalui mereka
Putih, sudah putih..
Rabb, dalam hatiku, aku berdoa
Semoga Engkau meridhoi
Jalan yang kuambil
Semoga, semuanya berbahagia
Kadang aku bertanya, apa arti memaklumi?
Bumi pada langit, atau langit pada bumi?
Tikus pada kucing, atau kucing pada tikus?
Bunga pada kumbang, atau kumbang pda bunga?
Aku padamu, atau engkau padaku?
Sungguh, bagiku, terlalu kabur
Terlalu suram untuk kulihat dan kuterka
Ayam berkokok, kukira ini masalah waktu
Menjelang dhuha, kukira ini masalah hati
Matahari di atas kepala, kukira ini masalah komitmen
Senja menjelang, kukira ini masalah kasih sayang
Tengah malam, ternyata ini masalah kamu dan aku
Ini tentang kita
Bagaimana hey dirimu?
Bagaimana pula diriku?
Pernahkah kita bertanya?
Pernahkah kita memandang?
Meski lewat bahasa kalbu, pernahkah kita?
Aku sebenarnya membencimu
Teramat sangat sangat membencimu
Tapi kita justru sama-sama lingkaran dalam
Tapi kamu terkurung disini, justru bersamaku
Aku berusaha tak mencampurimu
Aku tak berontak saat kau mengekang
Aku tak berontak saat kau memaki
Tapi aku benci saat dirimu, dirimu yang seperti itu
Mendesakku yang seperti ini
Bahkan, aku tak mendesakmu
Aku tak butuh didesak,
Karena aku pun takkan mendesak
Bumi pada langit, atau langit pada bumi?
Tikus pada kucing, atau kucing pada tikus?
Bunga pada kumbang, atau kumbang pda bunga?
Aku padamu, atau engkau padaku?
Sungguh, bagiku, terlalu kabur
Terlalu suram untuk kulihat dan kuterka
Ayam berkokok, kukira ini masalah waktu
Menjelang dhuha, kukira ini masalah hati
Matahari di atas kepala, kukira ini masalah komitmen
Senja menjelang, kukira ini masalah kasih sayang
Tengah malam, ternyata ini masalah kamu dan aku
Ini tentang kita
Bagaimana hey dirimu?
Bagaimana pula diriku?
Pernahkah kita bertanya?
Pernahkah kita memandang?
Meski lewat bahasa kalbu, pernahkah kita?
Aku sebenarnya membencimu
Teramat sangat sangat membencimu
Tapi kita justru sama-sama lingkaran dalam
Tapi kamu terkurung disini, justru bersamaku
Aku berusaha tak mencampurimu
Aku tak berontak saat kau mengekang
Aku tak berontak saat kau memaki
Tapi aku benci saat dirimu, dirimu yang seperti itu
Mendesakku yang seperti ini
Bahkan, aku tak mendesakmu
Aku tak butuh didesak,
Karena aku pun takkan mendesak
Aku, terkadang merasa muak
Muak akan diriku, juga dirimu
Apakah kesamaan ini,
Membuat semuanya terasa lebih baik?
atau justru diambang kehancuran
Kau tahu? Aku merasakan keduanya
Kumohon, jangan bantah aku
Dengarkan aku barang sebentar
Kukira kita perlu bicara
Aku tahu, kita sama, nyaris sama
Aku bahagia, kau tahu itu
Tapi waktu mengikis semuanya
Mohon, jangan salahkan aku
Aku tak kuasa. Aku muak
Ketika kamu seperti ini, seperti itu
Meski aku juga pernah seperti itu
Tapi, tapi, bukankah aku selalu bertahan?
Aku bertahan untuk tidak meledak
Aku mencoba untuk menghadang
Aku berusaha mati-matian, asal kau tahu
Kukira itu akan lebih baik
Kukira aku bisa merasa lebih baik
Memang. Diriku terasa lebih tenang
Aku mencoba tenang, tapi
Kenapa kau justru meledak?
Aku menjauh, agar tak meledak, juga
Aku mencoba pergi, barang sejenak
Kukira itu bisa membuatmu tenang
Ternyata, mungkin aku salah
Aku merasa kita terlalu sama
Jadi, kita sebenarnya tak cocok
Tapi, setiap pikiran ini memuncak
Berkembang terus bersama otakku
Bisa kau bayangkan seberapa buruknya?
Tapi kau membuat seolah,
Semua salahku, dan
Aku seharusnya tak menjauhimu
Teganya, tega nian dirimu
Muak akan diriku, juga dirimu
Apakah kesamaan ini,
Membuat semuanya terasa lebih baik?
atau justru diambang kehancuran
Kau tahu? Aku merasakan keduanya
Kumohon, jangan bantah aku
Dengarkan aku barang sebentar
Kukira kita perlu bicara
Aku tahu, kita sama, nyaris sama
Aku bahagia, kau tahu itu
Tapi waktu mengikis semuanya
Mohon, jangan salahkan aku
Aku tak kuasa. Aku muak
Ketika kamu seperti ini, seperti itu
Meski aku juga pernah seperti itu
Tapi, tapi, bukankah aku selalu bertahan?
Aku bertahan untuk tidak meledak
Aku mencoba untuk menghadang
Aku berusaha mati-matian, asal kau tahu
Kukira itu akan lebih baik
Kukira aku bisa merasa lebih baik
Memang. Diriku terasa lebih tenang
Aku mencoba tenang, tapi
Kenapa kau justru meledak?
Aku menjauh, agar tak meledak, juga
Aku mencoba pergi, barang sejenak
Kukira itu bisa membuatmu tenang
Ternyata, mungkin aku salah
Aku merasa kita terlalu sama
Jadi, kita sebenarnya tak cocok
Tapi, setiap pikiran ini memuncak
Berkembang terus bersama otakku
Bisa kau bayangkan seberapa buruknya?
Tapi kau membuat seolah,
Semua salahku, dan
Aku seharusnya tak menjauhimu
Teganya, tega nian dirimu
Kamu pikir kamu hebat?
Seenaknya berkata-kata
Seenaknya berpikir singkat
Singkat, padat, dan tak jelas
Kamu pikir kamu berhak untuk seperti itu?
Haha, yang kamu inginkan hanya derajat
Tapi bahkan posisimu tak bergeser!
Tetap di derajat kuadran 1
Apa kamu berpikir untuk berada di kuadran 3?
Masih terlalu jauh, kukira
Kamu si level bawah
Berharap maju ke medan perang terkemuka?
Terlalu bermimpi, ckckckck
Masih terlalu dini untuk berpikir praktis
Masih terlalu dini untuk bergembira
Lihatlah dirimu dulu!
Tak lebih dari si penyusah bukan?
Jadi, kuharap, pandanglah dulu dirimu
Kukira kamu punya cermin
Kurasa cukup untuk melihat bayangmu
Dan jangan juga memakai cermin cembung!
Bukankah terlalu menyenangkan
Salah-salah kamu terlalu terhibur
Jangan-jangan, bayanganmu nanti terlalu besar
Terlalu besar untuk aslinya yang seburuk itu
Kusarankan, pakailah cermin datar
Atau justru, mungkin perlu juga
Sesekali memakai cermin cekung
Seenaknya berkata-kata
Seenaknya berpikir singkat
Singkat, padat, dan tak jelas
Kamu pikir kamu berhak untuk seperti itu?
Haha, yang kamu inginkan hanya derajat
Tapi bahkan posisimu tak bergeser!
Tetap di derajat kuadran 1
Apa kamu berpikir untuk berada di kuadran 3?
Masih terlalu jauh, kukira
Kamu si level bawah
Berharap maju ke medan perang terkemuka?
Terlalu bermimpi, ckckckck
Masih terlalu dini untuk berpikir praktis
Masih terlalu dini untuk bergembira
Lihatlah dirimu dulu!
Tak lebih dari si penyusah bukan?
Jadi, kuharap, pandanglah dulu dirimu
Kukira kamu punya cermin
Kurasa cukup untuk melihat bayangmu
Dan jangan juga memakai cermin cembung!
Bukankah terlalu menyenangkan
Salah-salah kamu terlalu terhibur
Jangan-jangan, bayanganmu nanti terlalu besar
Terlalu besar untuk aslinya yang seburuk itu
Kusarankan, pakailah cermin datar
Atau justru, mungkin perlu juga
Sesekali memakai cermin cekung
"kecil banget"
Dua kata teramat sakti
Cukup sakti untuk memberi rasa sakit
Cukup sakti untuk membuat hati sakit
Cukup sakti yang mengungkap jijik
Haha, sebuah yang besar
Untuk yang "kecil banget"!
Tak terasa olehmu
tapi dipikul olehku
Tak disangka olehmu
tapi dialami olehku
"kecil banget", namun berharga
"kecil banget", namun perjuangan
"kecil banget", namun pemahaman
"kecil banget", namun penghargaan
"kecil banget", namun titik penghabisan
"Kecil banget", tapi bangga!
Bisakah kamu merasakannya?
Maukah kamu mencoba meresapinya?
Kami berusaha, kami mencoba
Kami bangga, dan kami bahagia
Tapi kamu mencela, jahat nian dirimu
Apakah kamu cukup tinggi?
Apakah kamu cukup indah?
Apakah kamu cukup superior?
Untuk mendeklarasikan,,
bahwa semua ini "kecil banget"?
bahwa aku adalah pecundang?
Apakah kamu cukup tangguh?
Untuk membuatku jatuh?
Apakah kamu cukup "sangat besar"?
Untuk mendeklarasikan bahwa aku "kecil banget"?
Sekecil itukah aku,,
di matamu?
Dua kata teramat sakti
Cukup sakti untuk memberi rasa sakit
Cukup sakti untuk membuat hati sakit
Cukup sakti yang mengungkap jijik
Haha, sebuah yang besar
Untuk yang "kecil banget"!
Tak terasa olehmu
tapi dipikul olehku
Tak disangka olehmu
tapi dialami olehku
"kecil banget", namun berharga
"kecil banget", namun perjuangan
"kecil banget", namun pemahaman
"kecil banget", namun penghargaan
"kecil banget", namun titik penghabisan
"Kecil banget", tapi bangga!
Bisakah kamu merasakannya?
Maukah kamu mencoba meresapinya?
Kami berusaha, kami mencoba
Kami bangga, dan kami bahagia
Tapi kamu mencela, jahat nian dirimu
Apakah kamu cukup tinggi?
Apakah kamu cukup indah?
Apakah kamu cukup superior?
Untuk mendeklarasikan,,
bahwa semua ini "kecil banget"?
bahwa aku adalah pecundang?
Apakah kamu cukup tangguh?
Untuk membuatku jatuh?
Apakah kamu cukup "sangat besar"?
Untuk mendeklarasikan bahwa aku "kecil banget"?
Sekecil itukah aku,,
di matamu?
Yahaha, melihat-lihat lagi note facebook, terus 'menemukan kembali' note gaje yang saya bikin di angkot dan saya post di fb tanggal 3 Maret 2011. Cuma lucu aja gitu, kok bisa bikin puisi kayak begini wkwkwk
Apa yang salah denganku?
Adakah gaya luar yang mempengaruhiku?
Membuatku memiliki percepatan negatif
Hingga akhirnya kemampuanku pun berlimit
Otak liarku harusnya tak berhingga bukan?
Ya, harusnya otak liarku ini tak berhingga
Tak berujung
Aku benci ini semua
Aku rindu engkau,,
Hai otak superku
Aku sungguh sungguh tak butuh derivatif
Aku hanya butuh engkau,,
Hai integral kawan tercintaku
Yang aku butuhkan
Hai engkau tekanan pascalku,,
Karena aku,,
Sungguh ingin memancar
Ke segala arah
Sama besar
*dengan sedikiiiiit pengubahan tanda baca
Apa yang salah denganku?
Adakah gaya luar yang mempengaruhiku?
Membuatku memiliki percepatan negatif
Hingga akhirnya kemampuanku pun berlimit
Otak liarku harusnya tak berhingga bukan?
Ya, harusnya otak liarku ini tak berhingga
Tak berujung
Aku benci ini semua
Aku rindu engkau,,
Hai otak superku
Aku sungguh sungguh tak butuh derivatif
Aku hanya butuh engkau,,
Hai integral kawan tercintaku
Yang aku butuhkan
Hai engkau tekanan pascalku,,
Karena aku,,
Sungguh ingin memancar
Ke segala arah
Sama besar
*dengan sedikiiiiit pengubahan tanda baca
Pelan-pelan, kuluruskan benang perasaan
Kemudian, kuselaraskan hati dan jiwa
Awalnya, kubentuk bulatan hati
Lama-lama, kurajut kehidupan
Tak terasa, kusulam mimpi-mimpi
Sungguh, aku larut dalam harmoni
Sungguh misteri, bagaimana jadinya ini?
Akankah rajutan ini rapi?
Sama tinggikah?
Apakah berlubang?
Atau justru berlebih?
Yang kupikirkan hanya satu,
Setiap baris yang kurajut
Setiap mimpi yang kusulam
Haruslah terbaik yang kumampu
Setidaknya, haruslah lebih baik
dari baris sebelumnya
dari mimpi-mimpi terdahulu
Terkadang, berpaling pada warna berkawan
Bukankah lebih indah?
Bukankah lebih padu?
Hmm, asyik, terlarut aku dibawanya
Kubawa teman bergabung bersama
Merajut dengan benang berbeda
Lebih asyik, lebih larut
Tapi hati bertanya-tanya
Sepanjang apa mampu kurajut?
Kemudian, kuselaraskan hati dan jiwa
Awalnya, kubentuk bulatan hati
Lama-lama, kurajut kehidupan
Tak terasa, kusulam mimpi-mimpi
Sungguh, aku larut dalam harmoni
Sungguh misteri, bagaimana jadinya ini?
Akankah rajutan ini rapi?
Sama tinggikah?
Apakah berlubang?
Atau justru berlebih?
Yang kupikirkan hanya satu,
Setiap baris yang kurajut
Setiap mimpi yang kusulam
Haruslah terbaik yang kumampu
Setidaknya, haruslah lebih baik
dari baris sebelumnya
dari mimpi-mimpi terdahulu
Terkadang, berpaling pada warna berkawan
Bukankah lebih indah?
Bukankah lebih padu?
Hmm, asyik, terlarut aku dibawanya
Kubawa teman bergabung bersama
Merajut dengan benang berbeda
Lebih asyik, lebih larut
Tapi hati bertanya-tanya
Sepanjang apa mampu kurajut?
Senandung indah,
Nyanyian sederhana,
Melodi yang bergoyang nan elok
Mengalun dengan gemulai
Hmm, enak nian di telinga ini
Menikmati tak sekedar mendengar
Mirip, tapi tak sama
Terus mengalun bergetar
Layaknya burung beterbangan di angkasa
Lahir dari jemari-jemari lihai
Lihatlah, betapa mengagumkannya
Candu dibuatnya aku
Sampai-sampai aku bermimpi
Adakah aku mampu mengalun?
Dengan jemariku?
Merdunya,
Meski aku tak mengerti
Walau aku tak sanggup mencerna
Tapi aku tahu, aku tersedot
Masuk ke lubang ini
Lubang penuh deretan angka
Lubang penuh bulatan berbendera
Padahal, adakah aku mengerti?
Kuakui, aku bukanlah ahlinya
Tak ada mampuku sama sekali
Tapi, bolehkah aku bercerita?
Betapa indahnya melodi itu?
Betapa menikmatinya aku?
Betapa aku berpikir
Bisakah kuhasilkan yang sama?
Jemariku, aku tahu, kita tak bisa
Otakku, aku tahu, kita sudah terlalu lelah
Egoku terlalu tinggi, kita sama-sama tahu
Biarkan kulepas satu mimpi
Tapi, kuminta, ayolah
Kita nikmati melodi ini bersama
Larut dalam dendangan senandung
Mendengarkan senandung bercerita
Nyanyian sederhana,
Melodi yang bergoyang nan elok
Mengalun dengan gemulai
Hmm, enak nian di telinga ini
Menikmati tak sekedar mendengar
Mirip, tapi tak sama
Terus mengalun bergetar
Layaknya burung beterbangan di angkasa
Lahir dari jemari-jemari lihai
Lihatlah, betapa mengagumkannya
Candu dibuatnya aku
Sampai-sampai aku bermimpi
Adakah aku mampu mengalun?
Dengan jemariku?
Merdunya,
Meski aku tak mengerti
Walau aku tak sanggup mencerna
Tapi aku tahu, aku tersedot
Masuk ke lubang ini
Lubang penuh deretan angka
Lubang penuh bulatan berbendera
Padahal, adakah aku mengerti?
Kuakui, aku bukanlah ahlinya
Tak ada mampuku sama sekali
Tapi, bolehkah aku bercerita?
Betapa indahnya melodi itu?
Betapa menikmatinya aku?
Betapa aku berpikir
Bisakah kuhasilkan yang sama?
Jemariku, aku tahu, kita tak bisa
Otakku, aku tahu, kita sudah terlalu lelah
Egoku terlalu tinggi, kita sama-sama tahu
Biarkan kulepas satu mimpi
Tapi, kuminta, ayolah
Kita nikmati melodi ini bersama
Larut dalam dendangan senandung
Mendengarkan senandung bercerita
Pasang, surut, pasang, surut
Indah? Mungkin iya, mungkin juga tidak
Nyatanya justru mengerikan
Tulang belulang yang kini entah dimana
Darah daging yang kini tak tahu
dimana sang perantara kelahirannya
Apakah cukup indah?
Semua bisa melupa, semua bisa menua
Tapi hati takkan sama
sampai kapan berakhir?
Mungkin juga semua ini tanpa akhir
Siapa tahu? Hati sudah terlanjur merana
Meski berusaha melupa
Meski mencoba pergi
Bukankah kenangan tetaplah kenyataan?
Tapi, bisakah jadi kenangan indah?
Ragu, semua ini terlalu menyakitkan
Bagaimana kau rasa?
Pasang, surut, pasang, surut
Lalu, byur, dia memuncak, lalu lisis
Tiba-tiba segalanya hancur seketika
Bisakah kau bayangkan?
Meski tujuh tahun berlalu
Kejadiannya masih membekas
di setiap sel-sel saraf
Masih terekam jelas
Masih bisa kureka ulang
Bisakah kau mengerti?
Meski tujuh tahun berlalu
Rasanya seperti kemarin
Kawan, tujuh tahun sudah
Jangan ragu, jangan bimbang
Kami ada disini, untukmu
Karena kita adalah satu
Satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa
Satu hati, satu jiwa
*didedikasikan untuk mengenang 7 tahun pasca tsunami Aceh 26 Desember 2004
Indah? Mungkin iya, mungkin juga tidak
Nyatanya justru mengerikan
Tulang belulang yang kini entah dimana
Darah daging yang kini tak tahu
dimana sang perantara kelahirannya
Apakah cukup indah?
Semua bisa melupa, semua bisa menua
Tapi hati takkan sama
sampai kapan berakhir?
Mungkin juga semua ini tanpa akhir
Siapa tahu? Hati sudah terlanjur merana
Meski berusaha melupa
Meski mencoba pergi
Bukankah kenangan tetaplah kenyataan?
Tapi, bisakah jadi kenangan indah?
Ragu, semua ini terlalu menyakitkan
Bagaimana kau rasa?
Pasang, surut, pasang, surut
Lalu, byur, dia memuncak, lalu lisis
Tiba-tiba segalanya hancur seketika
Bisakah kau bayangkan?
Meski tujuh tahun berlalu
Kejadiannya masih membekas
di setiap sel-sel saraf
Masih terekam jelas
Masih bisa kureka ulang
Bisakah kau mengerti?
Meski tujuh tahun berlalu
Rasanya seperti kemarin
Kawan, tujuh tahun sudah
Jangan ragu, jangan bimbang
Kami ada disini, untukmu
Karena kita adalah satu
Satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa
Satu hati, satu jiwa
*didedikasikan untuk mengenang 7 tahun pasca tsunami Aceh 26 Desember 2004
Lupa, khilaf, sungguh
Benar-benar tak tahu diri
Syukur alhamdulillah
Syukur alhamdulillah
Alhamdulillah
Allah masih sayang
Alhamdulillah
Sepanjang jantung berdegup
Selama nafas memburu
Kali pertama, nafasku tercekat, sesak
Apakah aku salah? Tapi tidak
Kulihat kembali si pengeksekusi
Tetap saja kulihat, semuanya sama seperti pertama kulihat
14. Empat belas. E M P A T B E L A S
Jantungku terus berdegup kencang
Apa kata orangtuaku?
Kurasakan wajah ini panas
Menahan malu
Sungguh, jika ini terjadi 2 tahun yang lalu
Mungkin akan berbeda
Tapi nyatanya, ini terjadi sekarang
Lelah. Aku ingin pergi
Malu. Lelah. Sesak. Semuanya satu rasa
Setelah 24 jam lebih berlalu
Akhirnya, hatiku kembali berfungsi normal
Lagi-lagi Allah selalu ada untukku
Allah selalu sayang padaku
Bukankah sudah cukup bukti?
Semua ini, peringatan dari Allah bukan?
Atas kesombonganku
Atas ketidaktahudirianku
Atas ambisi-ambisiku
Atas kesalahan-kesalahanku
Ini peringatan Allah
Untukku, untuk hamba yang ingin Dia tunjukkan jalan yang terbaik
Aku berharap. Amin.
Benar-benar tak tahu diri
Syukur alhamdulillah
Syukur alhamdulillah
Alhamdulillah
Allah masih sayang
Alhamdulillah
Sepanjang jantung berdegup
Selama nafas memburu
Kali pertama, nafasku tercekat, sesak
Apakah aku salah? Tapi tidak
Kulihat kembali si pengeksekusi
Tetap saja kulihat, semuanya sama seperti pertama kulihat
14. Empat belas. E M P A T B E L A S
Jantungku terus berdegup kencang
Apa kata orangtuaku?
Kurasakan wajah ini panas
Menahan malu
Sungguh, jika ini terjadi 2 tahun yang lalu
Mungkin akan berbeda
Tapi nyatanya, ini terjadi sekarang
Lelah. Aku ingin pergi
Malu. Lelah. Sesak. Semuanya satu rasa
Setelah 24 jam lebih berlalu
Akhirnya, hatiku kembali berfungsi normal
Lagi-lagi Allah selalu ada untukku
Allah selalu sayang padaku
Bukankah sudah cukup bukti?
Semua ini, peringatan dari Allah bukan?
Atas kesombonganku
Atas ketidaktahudirianku
Atas ambisi-ambisiku
Atas kesalahan-kesalahanku
Ini peringatan Allah
Untukku, untuk hamba yang ingin Dia tunjukkan jalan yang terbaik
Aku berharap. Amin.