Sarinah - Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia

By feranlestari - March 30, 2020

A book by Ir. Soekarno

Kebanyakan orang laki-laki memandang perempuan sebagai "suatu blasteran antara Dewi dan seorang tolol"
-- Profesor Havelock Ellis
Ya ... "memuliakan" mereka ... Tetapi "memuliakan" mereka dengan memperlakukan mereka sebagai blasteran dewi dan si tolol.

Perempuan adalah budak, sebelum ada budak.

Melepaskan syahwat, membuat keturunan, adalah mudah - tetapi memelihara keturunan itu tidaklah mudah.

Pendek kata, idam-idaman kaum laki-laki adalah orang perempuan yang cukup memuaskan kebirahiannya, tetapi harus "halus" dan "lemah lembut", yang sesuai dengan status perhambaan dan ketaatan.

Sesungguhnya, --telah hancur tradisi yang membuat dia makhluk pingitan dan makhluk yang isi perutnya tergantung pada laki-laki saja, tetapi masih tetap berjalan tradisi yang membuat dia kuda-beban di dalam rumah tangga.

Diep op den bodem van de ziel vaniedere vrouw leeft dewens naar lief de en moederschap. Di dalam jiwa tiap-tiap wanita yang sedalam-dalamnya, bersemayam keinginan kepada cinta dan keibuan.

Tidakkah benar kalau saya katakan bahwa banyak perempuan cinta kepada rantai yang merantaikan mereka?

1. Om den men te bekoren : buat memikat hati laki laki.
2. Persamaan hak perempuan dan laki laki dalam kelasnya.
3. Dunia baru yang di dalamnya tidak ada pemerasan satu golongan terhadap golongan lain. Kemerdekaan kelas dan kemerdekaan sekse.

Kaum proletar harus membela sendiri kepentingan proletar. Suatu tentara menjelmakan sendiri pemimpinnya, dan tidak sebaliknya.
-- Lily Braun

Di sinilah pekerjaan masyarakat, pekerjaan masyarakat yang untuk kepentingan masyarakat, dan bukan lagi pekerjaan masyarakat untuk keuntungan perseorangan; pekerjaan masyarakat kolektivitas, dan bukan lagi pekerjaan masyarakat kapitalis-, di sinilah pekerjaan masyarakat dan cinta keibuan itu tidak bertentangan lagi satu sama lain, tidak mengantitesis satu sama lain. Di sini dua hal itu isi-mengisi satu sama lain, mensintese satu sama lain. Keaktifan pekerjaan masyarakat membahagiakan cinta dan keibuan, kebahagiaan cinta dan keibuan mengaktifkan pekerjaan masyarakat.

Sosialisme adalah kecukupan berbagai kebutuhan dengan pertolongan modernisasi yang telah dikolektivisasikan.

Laksana fase kanak-kanak dan fase dewasa dalam hidupnya nanusia atau binatang. Fase nasional dan fase sosial daripada revolusi kita ini dua-duanya sendiri-sendiri harus ada, tidak dapat fase sosial terjadi sebelum selesai lebih dahulu fase nasional, tidak dapat pula fase nasional dan fase sosial terjadi berbareng sekaligus.

Entah berapa tahun, entah berapa windu, tetapi nyata bukan hanya beberapa bulan saja.

Republik adalah milik kita bersama, milik seluruh bangsa Indonesia. Republik bukan miliknya orang Indonesia yang berdiam di Jawa dan Sumatera saja, Republik adalah juga miliknya saudara-saudara yang berdiam di Borneo, di Sulawesi, di Kepulauan Sunda Kecil; di Maluku, di Papua. Darah saudara-saudara ikut membasahi tanah tatkala kita menjelmakan Republik ini!

Tetapi saya mengucap suka-syukur kepada Tuhan, bahwa jiwa saya tidak kosong daripada idealisme dan romantik yang demikian itu. Saya merasa iba kepada orang-orang, yang tidak mempunyai ”Romantik Indonesia” itu. Saya merasa bahagia dalam keyakinan, bahwa ”romantik” saya itu bukan romantik yang merindukan sesuatu hal yang mustahil, tetapi merindukan sesuatu hal yang saya yakin dapat tercapai dan malahan pasti akan tercapai pula.

Undang-undang Dasar kita adalah undang-undang dasar satu Negara yang sifatnya di tengah-tengah kapitalisme dan sosialisme, undang-undang dasar satu Negara yang benar dengan kakinya masih berdiri di bumi yang burgerlijk, tetapi di dalam kandungannya telah hamil dengan kandungan masyarakat sosialisme, undang-undang dasarnya satu Negara dus yang tidak ”diam”, tidak ”statis”, melainkan dinamis, yaitu bergerak menuju ke susunan baru, berjoang menuju ke susunan baru. Negara kita adalah satu ”negara peralihan”, satu negara yang dengan sedar memperjoangkan peralihan, - satu negara yang revolusioner.

Tiap-tiap pergerakan yang menghantam, melemahkan, menggempur imperialisme adalah pergerakan revolusioner.

Mengetahui arti golongan sendiri dan tidak mau diper-kudakan untuk kepentingan golongan lain, - itulah makna perkataan sadar akan diri sendiri dan berkesadaran kelas.

Penyakit kita yang paling sangat ialah, bahwa kita senantiasa gemar mengajar kepada massa tetapi tidak pernah sudi belajar daripada massa!

Sebab, ya benar, percaya kepada diri sendiri adalah mutlak perlu self-help dan self-reliance adalah menguatkan dan mempositifkan jiwa, tetapi jikalau titik berat terlalu dijatuhkan di atasnya, maka menjadilah ia semacam politik katak di bawah tempurung.

Di dalam masyarakat keadilan sosial dan kesejahteraan sosial itulah engkau nanti menjadi wanita yang bahagia, wanita yang Merdeka!


Jadilah merdeka, perempuan. Mari kita menjadi merdeka, seluruh Perempuan Indonesia 🙂

  • Share:

You Might Also Like

0 comments