TAN - Sebuah Novel

By feranlestari - December 06, 2017

Novel ini memang gila hingga aku dirundung bimbang. "Apakah kisah ini seluruhnya sungguh nyata? Atau hanya reka demi rupiah semata?" Terkadang aku setuju dengan Tuan, bahwasanya dalam perihal (mengisi) kemerdekaan, muslim atau bukan, tujuan kita tetaplah sama. Lalu dimana kepentingan mengurusi agama itu ada?

Ihwal perasaan, hatiku hanyut di pojokan. Lupakan Fenny, bagiku Enur adalah sosok sempurna bagi Tan. Muslim, teguh, pejuang, dan tentu ... pribumi. Bukankah pribumi boleh bersanding hanya dengan sesama pribumi?

Lantaran membaca cerita macam ini, keraguan itu tumbuh kembali. Sekeparat itukah aku bila bercita cita menimba ilmu ke Nederland? Haruskah aku mengais ilmu di tanah para kulit putih yang pernah mengeruk ribuan juta gulden dari bangsaku?

Memaafkan, tapi tidak melupakan. Dan maaf, aku mungkin terlalu bangga menyandang status sebagai pribumi. Meski jaman telah berubah, tapi sebab turunan masa penjajahan itulah masih ada saja saudara sebangsaku yang terbelakang.

Orang yang tidak mencintai dan bangga pada bangsanya, sebutan apa yang pantas bagi mereka? Mereka tak ubahnya para tuan tanah jaman Hindia Belanda yang berujung menjadi pesakitan!

Bandung, 7 Oktober 2016

  • Share:

You Might Also Like

0 comments