Theme : Great Minds
Dulu, jauh ketika aku masih SMA, ketika aku dengan lebaynya (lebay, karena kalau dipikir-pikir masalahku tuh waktu itu apaan sih? Cetek amat) curhat pada temanku, dia dengan mantap bilang "Fer, kamu kayak bukan orang beriman aja". Sakiiiiit, tapi bener HAHA.
Kemudian minggu lalu, 7 tahun setelahnya, salah seorang teman kembali menyentilku dengan ucapannya, "Ya itu mah cara pikir kapitalis/materialis (pardon me, I forgot the exact phrase) banget! Yang penting mah sabar aja udah, ntar juga ada jalannya". Ya ampun, tertohok banget Mak! Sampe diriku ini berpikir "Ya Allah segitu nggak syukurnya aku, segitu nggak tawakalnya aku"!
Well, sesuai dengan tema ini, yang ingin aku sampaikan adalah, aku terkadang iri dengan mereka, bisa open-minded banget! Tapi juga bukan tanpa prinsip. Meanwhile, aku tahu prinsipku, tapi aku masih belajar menerima bahwa tidak semua orang perlu satu pikiran denganku. Terlebih untuk beberapa kasus sensitif.
Kalau aku pas sedang ngobrol dengan mereka, selalu ada saja sesuatu yang wah yang terlihat dari diri mereka, entah itu cara pandangnya, ilmunya, cara problem-solvingnya, yah, apapun! Membuat diri ini introspeksi berkali-kali!
Mungkin masih banyak kekurangan mereka, tapi setidaknya yang terlihat olehku adalah hal-hal baik dari diri mereka. Mungkin karena frekuensi interaksi kami yang tidak setiap hari.
Being open minded maybe is not that wow. And maybe I will never be one of them. But at least I want to enjoy today and be happy 😁 and to do that, I want to be open to every difference I face 🙂
7 - Everything is better when we make peace with ourselves
I used to be sceptical about that. But today, I proved it.
Before, I often said to myself, 'we are just not good enough compared to other, we are slower, weaker. Just can't catch up'.
Most of my college friend doesn't really believe if I say 'it's hard for me to catch up in this worklife'. They believe it is just natural for me to be excellent regarding how I managed my college GPA. I just want to laugh at myself HAHA. I just realized what everyone said before: 'Real life starts when you end college life'.
Due to my inferiority, sometimes I just back and forth in planning. Nothing was done. I was just lost even before starting ever. But today, I realize that one thing prevent me to improve was none but my unreasonable fear.
It is fact that I am slower, I am weaker, I am more stupid. But nothing should drag me down. It is okay to be slower, it is okay to be weaker, and it is just okay to be more stupid than others. Everything is just okay as long as I keep improving myself. Just as what my supervisor said to me, 'it is better to improve slowly than never'.
I know it seems to be an excuse from me. And that's why I thank him a lot for saying it to me. It means a lot to me. To the inferior me back then. He always put hope on me when even I don't. He trust me when I'm not. Everyone says I can achieve more than I have, but just why I can't hold more into myself?
Today, I managed to finish what I had been scared of to even start. It takes more time for me to finish, maybe. But sure, I learned a lot! And this just prove that I am still worth enough as long as I don't give up 😊
One thing I should remember is it's okay to be more flexible, to believe in others. Everyone can accept me as long as I accept them too 🙂
Theme : Not Human
If I were a boy, would I be as intovert as I am now?
If I were born normal just like other kids, would I be more confidence than the present me?
If I were the first child in the family, would I be more tough than the present me?
In every question including "if I were" phrase, most of them are dragging me down. As if I am the lowest creatures in this universe. Well, it is not like I have no positive values, is it?
Everyone has their own goods and bads, and so do I. It is clear, I know that from the very beginning. But sometimes, as life is about up and down, I couldn't help but to think negatively. It's just normal, right?
Then, I realize that it is merely because I am human. Human is greedy today, and greedier tomorrow. We want more than just good or better. We just want the best in every aspects. Perfection.
So, to think if I were not human, I would be happy for sure! To think that I were a bird which could freely fly to every corner in this Earth, nothing would compare to it, except for the time if I will be in Heaven.
If I were a bird, I would pity every human in this universe as they are busy worrying about tomorrow despite living well today.
I wish I were not human, but reality hits me hard. To think like this regularly, is of course not an option. What I can do now, is to hang in there, just like what One Ok Rock say, "and then you realize that wherever you go, there you are. Time won't stop so we keep moving on".
Tema : Eavesdropper
"Setahun nabung 50 juta tuh susah loh."
Rasa-rasanya aku mendengar kalimat itu di bulan pertama aku bekerja. Omong-omong, aku masih betah nangkring di kantor pertama.
Saat itu, aku terhenyak, betul-betul kaget dengan ucapan itu. Bukan, bukan aku tidak setuju, tapi justru karena saat itu aku bahkan tidak berpikir akan mempunyai tabungan dengan nominal sebesar itu.
Gajiku saat itu terbilang standar (mungkin hingga sekarang) untuk karyawan di bilangan Jakarta Pusat. Saat itu hingga sekarang, aku memang tidak punya tanggungan. Tak ada satu pun yang wajib aku biayai. Pengeluaranku hanya sebatas membayar sewa kamar kost, infak, uang makan, dan foya-foya.
Meski begitu, saat itu, dengan realistis aku berkata dalam hati "sudah barang tentu, 50 juta tak akan terkumpul hanya dalam setahun".
Beberapa tahun sejak saat itu, tepatnya minggu lalu, aku mengobrol dengan temanku yang sedang melanjutkan studi pascasarjana. Dan kesimpulan kami saat itu, cukup membuatku introspeksi diri. Tabungan lima puluh juta setahun, bukan angan belaka, bahkan cukup realistis.
I know, there are terms and conditions applied. Ini berlaku untuk kami, dua muda mudi lajang tanpa tanggungan. Terlebih temanku itu juga tidak mengeluarkan biaya sewa kamar kos, karena ia bermukim di Jakarta.
Satu hal yang pasti, memang harus siap hidup sederhana. Pilihlah kamar kos yang cukup murah meriah dengan tetap memperhitungkan kenyamanan. Jika bisa mendapat kamar kos di bawah 1.5 juta atau bahkan di bawah satu juta rupiah, tentu uang yang bisa ditabung pun semakin besar.
Dengan asumsi biaya sewa kamar kos murah dan rajin memasak atau sanggup makan di warteg, biaya hidup sebulan bisa saja hanya sebesar 50% gaji. Untuk gaji di kisaran 6 hingga 7 juta per bulan, tabungan selama setahun sudah mencapai 36 hingga 42 juta. Terlebih untuk orang-orang dengan gaji di atas itu. Betul betul realistis. Dapat diwujudkan, meski dengan perjuangan.
Kesimpulannya, hampir semua hal bisa diwujudkan jika diusahakan. Memang tidak bisa instan, dan butuh kesabaran. Harus pintar mencari peluang dan memanfaatkan peluang yang ada.
Tema : Random Pages
"Bila kamu meninggalkan ruangan dan tidak ada orang lagi di situ, matikan lampunya."
Di rumah, aku acapkali ditegur ayah atau ibu karena lupa mematikan lampu kamar mandi atau kamar tidur. Atau lupa mematikan keran air ketika keluar kamar mandi. Sebaliknya, di rumah kosan, aku termasuk orang yang kesal jika temanku lupa mematikan lampu kamar mandi. Menurutku itu termasuk pemborosan energi, meski mungkin tak seberapa.
Selain tentang energi, menurutku mematikan lampu ketika meninggalkan ruangan itu adalah salah satu tata krama. Umumnya kamar mandi perlu ditutup agar aromanya tak tersebar keluar. Nah, bagaimana kita membedakan apakah kamar mandi itu tengah digunakan atau sedang kosong, bila lampunya terus menyala 24 jam?
Hal-hal kecil seperti mematikan lampu dan menutup pintu ketika meninggalkan ruangan akan memupuk kebiasaan disiplin, membiasakan hemat energi dan tertib menggunakan barang dan/atau jasa. Selain itu, secara ekonomi pun kebiasaan ini akan mengurangi biaya listrik bulanan, mengingat tarif listrik saat ini cukup mahal.
Kesimpulannya, banyak manfaat dari mematikan lampu ketika meninggalkan ruangan, tentu jika ruangan itu sudah tidak digunakan kembali. Jadi, jangan lupa matikan lampu ya!
Tema : The (plastic) World We Live Today
Hampir setiap hari aku membeli makanan di warung nasi Tegal. Dan hampir selalu dibungkus. Tak ayal, sampah plastikku menggunung. Aku bahkan tak perlu repot-repot menyediakan tempat sampah. Cukup aku gantung keresek di gagang pintu. Tunggu semalaman, kemudian esok paginya kubuang keresek berisi sampah tersebut ke tempat sampah depan kosan.
Ya. Itulah aku. Satu di antara milyaran manusia penyumbang sampah plastik. Aku termasuk kepada sekian persen masyarakat yang rutin menyumbang sampah plastik setiap hari.
Sungguh, bukan aku tak mencintai lingkungan. Setidaknya aku masih membuang sampah ke tempat sampah. Tapi amat sulit menghindari menggunakan plastik. Terutama ketika membeli makanan, sebab aku jarang sekali memasak. Mungkin jika aku rajin memasak, permasalahan ini akan mudah terselesaikan, atau setidaknya cukup mengurangi jumlah plastik yang kugunakan.
Meski begitu, saat ini aku masih belajar untuk terus mengurangi jumlah sampah plastik. Tapi aku tidak membeli stainless straw. I prefer using no straw. Aku masih berusaha membawa botol minum ke manapun.
Satu hal yang kusadari belum aku lakukan adalah menggunakan tas ketika berbelanja. Seharusnya aku selalu sedia tas lipat agar saat berbelanja tidak perlu membeli keresek. Suatu hari aku pernah berbelanja di minimarket, dan karena mereka sudah tidak memberikan keresek gratis, akhirnya seluruh belanjaan aku tenteng hingga ke tujuan. Sangat tidak efisien.
Menurutku, ada dua hal yang bisa kita lakukan mengenai plastik ini. Gunakan kembali atau kurangi pemakaian plastik. Silakan pilih salah satunya.
Jika dalam masalah keresek, aku lebih memilih mencoba mengurangi penggunaannya, namun ada juga kasus dimana aku akan menggunakan kembali plastik tersebut. Beberapa kali ketika aku membeli makanan via aplikasi ojek online, aku mendapatkan sendok dan garpu plastik. Untuk benda semacam ini, aku akan memilih menggunakan kembali. Sungguh, aku pun masih terus belajar memraktekkannya.
Semua hal dimulai dari diri sendiri, dan juga bertahap. Ayo sama-sama belajar dan tidak saling menghujat, tapi saling mengingatkan untuk mengurangi penggunaan plastik 😁