1 - Selamat Tinggal

By feranlestari - June 01, 2020

Sumber Gambar : ini

Seorang lelaki dan perempuan makan es krim stroberi berdua. Mereka duduk menatap jalanan yang sibuk. "Aku tak bisa begini terus." ujar si lelaki, mengeluh.

Perempuan itu hanya termangu. Tak yakin harus menjawab apa. Lagipula, hati dan pikirannya bahkan tak sinkron untuk mengendalikan perasaanya sendiri. Es krim miliknya bahkan leleh di pangkuan.

Es krimnya habis, lelaki itu siap bicara lagi. "Mau sampai kapan seperti ini? Kamu pikir aku sanggup menemanimu setiap hari? Aku juga sibuk Ndah!"

Indah, perempuan itu, meski hatinya sedang tidak indah. Masih saja termenung.

"Jangan diem aja. Jawab! Mau sampai kapan? Sampai rumput bergoyang betul-betul bicara? Hah?"

"Kamu pikir hidupku hanya untuk kamu? Kapan kamu bisa bangkit sendiri? Hah? Aku juga capek ngomong sampai berbusa. Kamu itu kurangnya apa sih?"

Kemudian turun hujan dari matanya. Semakin tak indah. Tidak deras, masih rintik-rintik. Tak ada pula suara petirnya. Hanya hujan rintik-rintik.

"Aku capek. Kita selesai di sini. Ada hal lebih penting yang menungguku besok."

Lelaki itu pun pergi. Lagi lagi, Indah merasa sendiri.

***

Aku tidak bisa begini terus.
Benar, aku harus bangkit.
Hanya aku yang bisa menolong diriku sendiri.
Benar.
Lagipula orang lain selamanya tak akan menolongku.
Benar. Aku harus bangkit.

Indah melihat sekeliling, lalu bergerak merapikan barang di kamarnya yang sungguh berantakan ini. Bergegas mandi dan berhias diri. Aku harus bangkit.

Indah mengambil tas besar, kemudian memasukkan beberapa potong pakaian, dan semua barang yang dirasa perlu. Ia harus pergi. Tidak ada gunanya tinggal di tempat yang tidak membuat nyaman.

Sebelum pergi, Indah tatapi lamat-lamat kamar itu. Kamar sarat kenangan. Sayangnya, lebih banyak sedihnya dibandingkan senangnya.

Indah menutup mata dan mengambil napas perlahan. Mencoba mengumpulkan tekad. Perlahan membuka mata. Benar, ini yang terbaik.

Lantas pergi meninggalkan rumah itu. Menuju rumah lain di lembaran hidup yang lain.

***

Rama masih saja mengetuk pintu, memencet bel, dan memanggil Indah. Tak satupun berbalas.

"Argh, sial. Pergi ke mana lagi kali ini!!"

Lagi dan lagi. Ia sudah lelah, tapi juga tak bisa hanya berdiam diri. Sampai kapan pun, ia tak bisa mengabaikan Indah.

Rama langsung mengambil telepon genggamnya. Bergegas menelepon Indah. Berharap mendengar suaranya.

Rama terkaget ketika dia justru mendengar dering telepon dari dalam rumah Indah. Di ruang tamu. Ada yang tidak beres di sini.

Ia langsung mendobrak pintu rumah Indah, lantas mengambil barang kecil itu di meja tamu. Hadiah pertamanya untuk Indah.

Ada pesan suara belum dibuka. Entah dari nomor mana. Tak tersimpan.

"Selamat tinggal". Suara Indah.

Tapi bukan itu yang ingin ia dengar.

***

Tiga hari berlalu. Dan Indah belum kembali.

Telepon Rama berdering.

"Selamat siang. Apa betul ini dengan Bapak Rama?"

"Ya, betul. Saya sendiri."

"Saya Risma dari RS. Batara. Apakah Bapak kenal dengan seseorang bernama Indah Sukmawati?"

"Ya betul. Ada apa?"

"Saya ingin mengabarkan bahwa jasadnya kini ada di RS. Batara. Hanya ada kartu nama Bapak di antara dokumen-dokumen identitas yang bisa ditemukan. Silakan Bapak mengonfirmasi jasadnya nanti."

Deg. Jantungnya serasa berhenti. Dunia terasa gelap.

Aku benar-benar tak bisa menemaninya lagi.

#480kata

  • Share:

You Might Also Like

0 comments