2 - Hidup Hampaku

By feranlestari - June 02, 2020

Sumber gambar : ini

Aku bosan. Tak ada yang bisa dinikmati di sini. Tak ada yang berkunjung, pun tak ada tetangga yang bisa digambuhi. Semua hanya datang ketika satu waktu saja. Lebaran. Ketika semua orang pulang kampung.

Aku bosan. Andai saja aku bisa pindah rumah. Lagipula aku tak berguna di sini. Hanya sebagai hiasan dan pengisi tempat. Sekadar setor muka. Untuk apa?

Aku terjebak bersama mereka di sini. Entah, mengapa aku? Andai bisa kupilih di mana aku dilahirkan.

Andai.
Mengapa?

Aku bukan dia yang bisa meringankan beban mereka. Aku bukan dia yang bisa membuat mereka berhenti merasa sakit. Dan aku bukan dia, yang mungkin mereka nantikan kehadirannya, si pelepah kurma.

Aku merasa punya sayap, tapi tak sanggup menaungi. Naunganku semu. Lantas untuk apa?

Everything drives me crazy. Aku tak bisa melakukan apa-apa, selain mendengar semua erangan jerit tangis mereka. Andai aku bisa membuat mereka tertidur selamanya. Pasti akan lebih baik daripada yang terjadi pada mereka saat ini.

***

Meski sepi, terkadang ada keributan yang tiba-tiba muncul. Pertarungan dua orang yang merasa sok kuat. Aku tak peduli siapa yang mengalahkan siapa. Hanya saja aku takut kalau kalau tertebas oleh golok mereka. Ah, bukan mauku terlahir di sini!

Lagipula, aku prihatin kalau-kalau mereka menginjak penghuni baru di sini, walaupun si penghuni tidak akan merasakan apapun, sih. Tapi rekan-rekanku di atas para penghuni baru itu yang kasihan! Sudahlah dipetik dari rumahnya, lantas diinjak semena-mena.

Masih saja mereka itu adu jurus. Tak lelah apa?

Nah, kan ... terkaparlah kau di tanah.

Aku tak tega melihatnya. Aku harap pak penjaga segera menemukannya. Semoga saja cepat-cepat jantungnya berhenti. Bajunya pun sudah lusuh seperti itu, hasil campuran warna darah dan tanah. Jangan lama lama, cepatlah jemput dia, Pak Izroil.

Tapi, kasihan juga kalau segera berpulang. Aku tak yakin ia akan pergi ke taman surga. Hari ini ia terjatuh, berhari-hari lalu dia justru menjatuhkan sekian banyak orang. Kurasa kematiannya juga tidak akan banyak membawa duka.

***

Semalam, tubuhnya dingin terguyur hujan. Belum ada yang menemukannya. Aku tidak kasihan, sih.

Kalau seperti ini, aku jadi berpikir, apakah dia akan segera bertemu Munkar Nakir? Tapi ia bahkan belum sah menjadi penghuni baru.

Aku mendengar suara langkah kaki. Mungkin itu pak penjaga.

"Aaaaaa. Toloooong". Seorang pemudi terjatuh duduk ketakutan sambil memegang seikat bunga.

Ah, akhirnya ada juga yang menemukannya. Sore itu, ia sah menjadi anggota baru komplek kami.

***

"Aaaaaaa. Hentikaaaan. Hentikaaaan. Toloooong. Tolooong"

Ah, si anggota baru sudah mulai beraksi. Suaranya bersahut-sahutan dengan penghuni lain, dengan korbannya yang entah seberapa banyak.

Aku lelah ada di sini. Aku lelah mendengar jeritan mereka. Pasti mereka sedang ditanya oleh Munkar dan Nakir.

Aku harap ada yang memetikku. Aku harap aku segera gugur.



#431kata

  • Share:

You Might Also Like

0 comments