"Si X ini gimana?"
"X mah lurus lurus aja. Nggak belok belok dia mah"
Kemudian jadi berpikir random.
***
Maknanya sebenarnya pada paham ya. Tapi kalau ditelaah lebih dalam lagi, kita bukan mau lurus-lurus aja, tapi jadi orang yang benar.
Kalau lurus lurus aja, tahunya jalannya emang belok karena buntu, apa iya mau nabrak bangunan di depan?
Bukan berarti jalan yang lurus-lurus aja itu salah, tapi tidak semua jalan itu rutenya hanya lurus. Nggak semua orang lewat tol Cipali.
Ada yang memang jalannya lurus, ya why not? Emang rejekinya. Tapi ya ada juga yang jalannya gabisa lurus, tapi harus belok kanan belok kiri dulu. Ada yang harus putar balik dulu. Everyone has their own journey.
Yang jadi pertanyaan adalah, apakah jalan yang disusuri itu sudah benar? Apakah jalan itu jalur yang tepat untuk ke tujuan? Makanya harus punya tujuan dulu supaya bisa tahu jalur mana yang benar. Jalan yang lurus belum tentu mengantarkan kita ke tujuan.
Ketika udah tahu jalan yang benar, selanjutnya adalah "how to stick to the road map?". Kalau memang hanya ada 1 jalan, tentu harus pikirkan berbagai cara supaya tidak tergoda oleh pancingan-pancingan dari berbagai arah.
Atau, bisa juga memang ada beberapa jalan menuju tujuan itu. Harus tahu juga kapan harus cari rute lain, ketika rute saat ini sudah nggak aman, dan justru akan membahayakan. Asalkan tetap ke tujuan yang sama, nggak masalah kan?
"X mah lurus lurus aja. Nggak belok belok dia mah"
Kemudian jadi berpikir random.
***
Maknanya sebenarnya pada paham ya. Tapi kalau ditelaah lebih dalam lagi, kita bukan mau lurus-lurus aja, tapi jadi orang yang benar.
Kalau lurus lurus aja, tahunya jalannya emang belok karena buntu, apa iya mau nabrak bangunan di depan?
Bukan berarti jalan yang lurus-lurus aja itu salah, tapi tidak semua jalan itu rutenya hanya lurus. Nggak semua orang lewat tol Cipali.
Ada yang memang jalannya lurus, ya why not? Emang rejekinya. Tapi ya ada juga yang jalannya gabisa lurus, tapi harus belok kanan belok kiri dulu. Ada yang harus putar balik dulu. Everyone has their own journey.
Yang jadi pertanyaan adalah, apakah jalan yang disusuri itu sudah benar? Apakah jalan itu jalur yang tepat untuk ke tujuan? Makanya harus punya tujuan dulu supaya bisa tahu jalur mana yang benar. Jalan yang lurus belum tentu mengantarkan kita ke tujuan.
Ketika udah tahu jalan yang benar, selanjutnya adalah "how to stick to the road map?". Kalau memang hanya ada 1 jalan, tentu harus pikirkan berbagai cara supaya tidak tergoda oleh pancingan-pancingan dari berbagai arah.
Atau, bisa juga memang ada beberapa jalan menuju tujuan itu. Harus tahu juga kapan harus cari rute lain, ketika rute saat ini sudah nggak aman, dan justru akan membahayakan. Asalkan tetap ke tujuan yang sama, nggak masalah kan?
Jangan terpaku dengan konsep yang masih subhat.
Jangan jadi orang lurus, tapi jadilah orang yang benar.
Jangan jadi orang lurus, tapi jadilah orang yang benar.
Tadi pagi aku melihat postingan IG Ong Yew Sin dan Teo Ee Yi perihal degradasi mereka dari Badminton Assossiation of Malaysia (BAM). Huft, sediiiih.
Tapi hebatnya mereka tegar banget! At least yang terlihat. Berbesar hati, dan berjanji akan terus melakukan yang terbaik. Padahal aku aja cukup kaget mereka didegradasi, tapi merekanya kuat kuat aja tuh. Emang kadang fans yang lebay tuh, bukan pemainnya haha.
Sepak terjang Ong/Teo sebenernya boleh dibilang cukup biasa aja, kalau melihat dari usia. Tapi ya, apalah arti usia ya, Daddies aja umur segitu masih tokcer. Intinya jalan masih panjang lah. Masih bisa berkarir sampe umur 35 kalo bisa jaga kondisi tubuh.
Sepanjang tahun 2019 ini, Ong/Teo berstatus runner up di Malaysia Open Super 500. Sisanya memang sepertinya tidak terlalu bagus di seri world tour (fyi, cuma liat dari wikipedia nih, jadi masih mungkin ada yang missed).
Tapi di Sudirman Cup 2019, Ong/Teo mencuri perhatian dunia di pertandingan heroik mereka kontra Kamura/Sonoda. Walaupun kalah, yang mana kalahnya pake acara duece super nyesek, tapi perlawanannya oke.
Belum lagi di Sea Games Manila 2019 lalu, Ong/Teo berhasil bawa tim Malaysia raih perak (samakan raihan tim putra Malaysia di 2017), meskipun turun dari raihan perak ke perunggu di nomor perseorangan.
Makanya kaget juga Ong/Teo didegradasi dari BAM. Di saat BAM lagi krisis pemain. Kupikir BAM akan memaksimalkan Ong/Teo sama Aaron/Soh supaya bisa kirim 2 wakil ke Tokyo 2020. Sangat mungkin, sama gedenya sama kemungkinan terjadi perang dunia ketiga di ganda putra Indonesia demi MD2 for Tokyo 2020.
Eh tahunya malah out dari BAM. Tapi nggak apa apa, semoga Ong/Teo nggak patah arang. Kalau bisa malah kayak Daddies yang setelah keluar pelatnas justru berbalik makin sangar.
Good luck Ong Yew Sin/Teo Ee Yi. Semoga lolos ke Tokyo 2020 ya! 😁 Walaupun tetap, aku harap winnernya dari Indonesia hehe 😬😬
Akhir-akhir ini aku lagi suka nonton anime. Padahal biasanya paling ogah, karena serinya suka panjang banget jadi males ngikutin. Paling banter anime yang ditonton itu tipe film kayak Spirited Away, The Borrower Arriety, sama Kimi no Na Wa. Atau anime anime 90an yang ada di TV.
Tapi waktu kuliah dulu pernah nonton Shigatsu wa Kimi no Uso. Entah waktu itu motifnya apa. Tapi pada akhirnya tamat dan sempet mewek pas nonton haha.
Sekarang, akibat terlalu mudah dihasut salah seorang teman, malah udah nonton Death Note, Haikyuu 3 season, dan on going nonton Shingeki no Kyojin.
Eh tapi, Death Note motifnya lebih karena penasaran sama jalan cerita aslinya. Sebelumnya udah pernah nonton Death Note live action, dan terkagum kagum sama sosok L. Tapi juga penasaran sama tokoh Near dan Melo, jadi akhirnya memberanikan diri nonton animenya.
Kesan setelah nonton animenya, kesel. Kenapa mudah saja bagi Near sih? Ini tuh yang kerja keras kan L ya? Julid kan jadinya. Kayak jaman Jojo juara Asian Games, padahal diriku Ginting garis keras. Ups.
Setelah nonton Death Note, karena pada dasarnya aku anaknya kepo, jadi tetep searching searching juga di IG. Akhirnya feeds isinya anime anime gitu. Kemudian muncul postingan tentang Haikyuu bagian Yamaguchi pinch serve. Wuoooh, kayaknya seru nih.
Akhirnya nonton Haikyuu sampe season 3!! Karena pada dasarnya aku suka olahraga, jadi Haikyuu is amazing banget! Jadi paham aturan-aturan voli, at least jenis-jenis pemainnya hehe. Please, Kageyama sama Sugawara ganteng banget dong! Btw, Januari ini ada season 4 dan new arc!
Setelah Haikyuu ini, nggak nonton anime lagi sih sebenernya. (Sok) Sibuk haha. Kemudian beberapa hari lalu temanku ngirim video live performancenya Linked Horizon pas nyanyiin Shinzou wo Sasageyo. Katanya, ini lagu rasanya udah kayak national anthem! Wkwk
Penasaran dong jadinya, abis artinya kira kira 'kupersembahkan jantungku'. Kan kepo haha. Maka nontonlah Shingeki no Kyojin. Baru season 1 sih. Rame! Paling ganteng Levi! Kuat gitu kesannya. Kalo Eren kayak masih labil, jadi kadang sebel liatnya. Tapi entah gimana perkembangan karakternya nanti.
Nah, btw, dari 3 anime series tadi (Death Note, Haikyuu, dan Shingeki no Kyojin), ada kesamaan yang membuat aku tertarik. Ketiganya sama sama mengusung petualangan, tapi versi perjalanan hidup, bukan bertualang kayak di One Piece (jujur aja, ketiduran nonton One Piece, ga seru menurutku ✌).
Dari 3 anime itu, jadi paham kenapa genre petualangan gini ceritanya panjang-panjang. Ya karena emang gaada sukses yang instan kan ya? Pasti butuh perjuangan dan kerja keras. Ada masa jatuhnya dulu. Well, pemain sekaliber Siwei Yaqiong aja pernah kalah sih. Jadi seru abis lah pokoknya jalan ceritanya!
Pantes ya ada orang-orang yang jadi otaku haha. Dulu aku tidak mengerti di mana serunya nonton anime, sekarang malah nungguin Haikyuu 4 haha.
Temanku pernah mengutarakan ini : "Lewat manga saya berpengetahuan luas dari konsep terminologi, ideologi, histori dll". Well, mari kita lihat, apakah aku bisa membuktikan hal itu atau nggak 😬
Hari ini aku ingin berbagi buah tangan hasil pengajian rutin malam jumat.
Rezeki anak Adam sejak dilahirkan hingga menghembuskan napas terakhir, seluruhnya sudah ditulis oleh Allah di Lauhul Mahfudz beribu tahun sebelum Bumi dan Langit diciptakan.
Andaikan X diberi rejeki satu gelas, maka jadilah satu gelas itu, cukup atau tidak. Andai kata gelas itu dituangkan air terus menerus, volume yang mampu ditampung gelas itu sifatnya tetap, tidak berkurang. Jadi, kenapa mengejar dunia terus menerus kalau tahu akan ada bagian yang tumpah dan selamanya tidak akan menjadi milik kita?
Setiap niat itu harus dijaga. Harus tepat dan tetap, tidak boleh bocor. Hasil dari niat karena Allah itu ibarat kemasan air minum plastik. Jika ia tertutup rapat, maka ia tepat secara ukuran dan tidak akan berubah secara volume. Andai kata ada satu saja titik bocor dalam kemasan itu, pada akhirnya volumenya akan habis tak bersisa.
Setiap hal dalam hidup ini punya takarannya masing-masing.
Sudah beberapa hari sejak aku mencetuskan resolusi untuk memperbaiki diri. 31 Desember kemarin, aku masuk kerja seperti biasa, meskipun hanya setengah hari. Pukul 14.00 WIB aku pulang ke kosan, urung melanjutkan kerja. Toh pekerjaanku sebagian sudah kubereskan.
Bersyukur sekali telah memutuskan pulang cepat. Ternyata hujan tak henti mengguyur Jakarta sejak sore kemarin. Karenanya pula, semangatku mendatangi Pengajian Akhir Tahun makin surut. Temanku, Intan, juga belum tiba di kosan hingga magrib tiba, padahal kan aku mau nebeng hehe.
Bermalas-malasan. Itu yang aku lakukan. Kemudian aku teringat resolusiku sendiri. Mau jadi apa aku ini, kalau resolusi yang belum ada satu minggu, sudah habis dimakan rasa malas? Terlebih ini pengajian! Bukan hal 'remeh' seperti resolusi ingin membaca buku setiap hari.
Akhirnya aku pun bersiap-siap. Alhamdulillahnya Intan tidak sepertiku, jadi aku pun terdorong untuk tetap datang Pengajian Akhir Tahun. Walaupun akhirnya kami telat datang, Bismillah saja.
Saat sesi terakhir sebelum tidur, kami nobar film animasi Bilal bin Rabbah.
"Hiduplah tanpa belenggu". Kira kira itu sebagian suratan film ini yang kuresapi. Melihat kisah Bilal, menjadi pengingat betapa sulitnya perjuangan di masa peperangan membela Jalan Allah. Ketika menunjukkan iman pada Allah sudah cukup untuk membuat leher ini ditebas.
Tentang Bilal, pikiranku berkelana, "seberapa indah suaranya?". Seberapa besar efeknya bila aku mendengarnya? Dari seluruh musisi yang ada di muka bumi ini, apakah ada yang mengalahkan suara indahnya ketika melantunkan adzan?
Di tengah cerita, setelah Hamza 'memancing' kaum kafir Quraisy di Perang Badar, muncullah para pasukan Malaikat yang Allah turunkan untuk memperkuat 313 pasukan muslim, seperti yang sudah dijelaskan dalam Quran dan hadits. Sungguh, aku menangis ketika menontonnya.
Aku jadi membayangkan, bagaimanakah rasanya berada di tengah-tengah kaum muslim ketika itu? Bagaimana rasanya berperang melawan musuh Allah, bersama Rasulullah SAW? Bagaimana rasanya ketika betul-betul merasakan pertolongan Allah dalam perang yang menakjubkan?
Namun setelahnya aku pun malu. Bahkan hanya sekadar datang Pengajian Akhir Tahun, ke mesjid yang aman, tak perlu berperang, aku masih ragu di awal. Apakah pantas?
Dalam film animasi ini, aku kira kisahnya akan berlanjut hingga Shafwan bin Umayyah masuk islam. Nyatanya tidak. Tapi sungguh, Allah Maha Pembolak-balik Hati. Shafwan yang sebelumnya kejam dan memerangi Rasulullah, akhirnya berbalik membentengi Nabi.
Allah Maha Pembolak-balik Hati. Maka memintalah pada Allah agar ditetapkan dalam keimanan, dalam niat karena Allah. Karena sungguh mudah bagi Allah menjadikan seseorang berpindah keyakinan, bahkan ulama sekalipun.
Memintalah pada Allah, niscaya Allah adalah Dzat yang paling Maha Pengasih bila hambaNya meminta.
Beberapa hari lalu, aku teringat hutang 'setor' tulisan terakhir. Memang tidak tepat jika kukatakan menyetor. Eventnya sudah lewat hampir 5 bulan lalu hehe. Tapi aku bertekad ingin menyelesaikannya, meski hanya dengan sekitar 15 tulisan. Kukira aku masih punya banyak waktu untuk mencari inspirasi. Then, here I am, about 10 hours to 2020, and still thinking what to write haha. Let it flow lah ya. So here we go.
Theme : Grateful
Dari hari aku memikirkan hutang itu, hingga saat ini, sudah banyak hal terjadi dalam hidupku. Tertawa, merenung, menangis, tersenyum, dan masih banyak lagi. Di penghujung tahun 2019 ini, hidup bagai roller coaster. Atau selalu ya? Haha
Ada waktu ketika aku merasa sedih. Menangis sendiri bukan hal yang asing bagiku. Merasa tidak memiliki tempat, teman, yah semacamnya. Well, it was just I ignored them loh ternyata. Kadang kita sendiri yang menolak perhatian yang orang lain berikan. Takut merepotkan, tapi justru membuat orang lain khawatir dengan tidak terbuka.
Tapi di saat-saat seperti itu juga, selalu menyadari, I always have Allah with me. Setelah sebelumnya merasa tertampar (lagi, dan lagi. Terlebih oleh orang yang sama. Thank you loh!) karena ibadahku masih saja belum tertib, dalam banyaak hal. Betul betul menyadari bahwa all these messy things are due to being away from Allah.
Lalu membuat resolusi, aku harus menjadi pribadi yang lebih baik, dalam versiku. Mulai membuat to-do list, semoga bisa konsisten. Aku ingin hidupku lebih baik. Aku ingin rutin berolahraga, membaca buku, menjaga hubungan dengan orang lain, belajar mandiri. Aku ingin bahagia. Dan aku butuh waktu untuk memperbaiki diri.
Ayah bilang, untuk terbangun lagi hari ini, itu adalah anugerah, kesempatan yang Allah berikan untuk kembali bersyukur, terutama atas nikmat hidayah. Jadi, ya, aku bersyukur masih hidup hingga detik ini.
Aku bersyukur atas apa yang aku lalui. Terlebih setelah membuat rangkuman 1 dekade hidupku. Saat selesai menulis dan membacanya kembali, aku menyadari bahwa yang kutuliskan pada dasarnya adalah kenangan-kenangan indah. Tidak ada kenangan buruk yang betul-betul menyakitkan.
Entah karena Allah yang Maha Penyayang sehingga hidupku terlalu mulus, atau memang aku yang tak mengingatnya? Aku jadi teringat ketika wawancara beasiswa saat kuliah dulu. Pewawancara menanyakan padaku tentang momen paling buruk yang pernah aku alami.
Entah saat itu moodku sedang bagus atau bagaimana, aku berpikir sebentar, dan langsung menjawab “tidak ada”. Tak pelak Beliau tertawa, dan berkata “Wah, hidupmu selalu bahagia ya”. Lantas aku menjawab kurang lebih: “Tentu ada hal sedih, tapi untuk apa diingat-ingat?”. Aku amazed pada diriku sendiri haha.
Aku bersyukur aku cukup struggle dalam menghadapi hidup. Dan aku berdoa semoga aku bisa lebih bijak menghadapi hidup. Semoga Allah memberiku kekuatan untuk mengarungi kehidupan ini, karena kuyakin tidak ada hidup yang mudah. Selamat datang hidup yang lebih baik 😁