Filosofi Kopi

By feranlestari - February 25, 2021


Selesai membaca Filosofi Kopi, rasanya, menyenangkan. Membaca prosa itu memang selalu menyenangkan buatku sih hehe. Dan tentunya, selain dibuat kagum dengan diksi-diksinya Dee, juga serasa dihangatkan karena cerita-ceritanya sangat relate dengan kehidupan sehari-hari. Apalagi ada yang namanya quarter-life-crisis yang tak kunjung berakhir :))))

Seperti kutipan pertama di buku ini, yang membuatku deg. Memang harus pandai-pandai mencari jalannya syukur ya :DD Jangan gagal melihat hal positif di hidup kita. Tidak boleh menyerah akan diri sendiri 😊

Seperti yang Dee sampaikan selanjutnya, "Hanya engkau yang berhak ada di dalam inti hatimu sendiri". Otomatis teringat dialog di drama Run On yang kira-kira isinya: "aku akan membersamai diriku sendiri dalam durasi yang paling lama. Maka dari itu, aku harus mampu berdamai dengan diriku sendiri". Yes, bahagia memang tidak bisa sendiri, tapi dimulai dari diri sendiri :D

Semua prosa di buku ini, rasanya cukup mencubit hatiku. Dan aku amazed bagaimana kejadian kecil yang bahkan terasa sangat insignificant bisa menjadi prosa bermakna di tangan Dee. Ada lagi kisah yang mana Dee mampu menjabarkan perbedaan para tokohnya secara implisit. Membuatku menebak-nebak kisahnya, kemudian mendapati akhir yang plot twist! Wow, daebak! Walaupun begitu, 1 jam adalah 60x60x1000 ms. Sebagai perfectionist, I found this annoying ✌

Membaca Filosofi Kopi, aku dibawa menjelajahi kehidupanku sendiri, kemudian dibuat terkagum-kagum, lantas dikagetkan dengan akhir yang naas, tapi masih ada rasa lain yang timbul di akhir buku ini. Humor! Tidak menyangka selera humor Dee cukup match denganku. Buktinya aku dibuat tertawa tak henti membaca Rico de Coro hahaha. Hampir lengkap sudah emosi yang ditimbulkan akibat membaca buku ini, kecuali menangis hehe.

Ingin membuktikan sendiri? Silakan baca Filosofi Kopi sesegera mungkin! Berikut spoiler kutipan-kutipan yang berkesan bagiku.







 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments