Terhitung sejak 31 Januari 2014, Gita Wirjawan resmi
mengundurkan diri sebagai Menteri Perdagangan Indonesia periode 2009-2014. Isi
mundurnya Gita tersebut serta merta mengundang banyak kontroversi.
Hal ini wajar mengingat Gita mundur di tengah kemelut
maraknya beras asal Vietnam ilegal yang meresahkan para petani lokal. Ditambah
pula timbulnya ketegangan dengan Menteri Pertanian, Suswono, akibat pernyatan
Gita yang mengungkapkan bahwa beredarnya beras impor asal Vietnam merupakan
kebijakan yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian.
Belum lagi alasan pengundurkan diri Gita disebabkan
oleh keinginannya untuk fokus dalam bursa pemilihan capres partai Demokrat. Padahal,
Gita masih harus bersaing dengan sepuluh bakal calon presiden Partai Demokrat
lainnya (http://www.voaindonesia.com/
content/menteri-perdagangan-gita-wirjawan-mengundurkan-diri/1841610.html). Gita
terlalu percaya diri dan gegabah bakal dicalonkan sebagai capres Partai
Demokrat hingga mengundurkan diri dari jajaran menteri. Alhasil, pengunduran
diri Gita yang diiringi konflik tak urung mempengaruhi citranya sebagai pelaku
pemerintahan.
Meski citra Gita memburuk, masih banyak golongan yang
percaya bahwa Gita cukup kompeten untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
Golongan tersebut tak lain merupakan golongan penikmat bulutangkis yang menilai
Gita mampu menentukan program-program yang dapat meningkatkan kekuatan-kekuatan
yang strategis bagi Indonesia. Sebelumnya Gita sebagai Ketua Umum PBSI sukses
mengantarkan para pemain Indonesia menuju World’s
top ten serta Tim Thomas Indonesia sebagai ungulan pertama pada perhelatan
Piala Thomas Mei mendatang. Tak dipungkiri, sejak Gita menjabat, prestasi para
pebulutangkis nasional kian cerah di kancah internasional.
Sejak resmi dilantik sebagai Ketua Umum PBSI pada
tanggal 14 Desember 2012, Gita aktif menyuarakan visi misinya untuk mewujudkan
PBSI yang berprestasi, mengembalikan era kejayaan bulutangkis Indonesia, serta
memperjuangkan kesejahteraan civitas pebulutagkisan Indonesia, termasuk pelatih
(http://www.republika.co.id/berita/
olahraga/raket/12/12/10/metjlv-jumat-gita-wirjawan-dilantik-jadi-ketua-pbsi).
Gita optimis mampu membawa PBSI menuju perubahan dan kemajuan. Di tengah
terpuruknya pebulutangkisan Indonesia akibat nihil medali dan absennya medali
emas dari cabor bulutangkis untuk pertama kalinya sejak 1992 pada Olimpiade
London 2012 lalu, secara lugas Gita menjanjikan emas Olimpiade Rio de Janeiro
2016 mendatang sebagai puncak prestasi di akhir masa jabatannya.
Untuk itu, Gita aktif melakukan pembenahan-pembenahan
dengan mengusung program-program baru serta melakukan pendekatan-pendekatan
personal agar dapat merekrut para mantan pemain nasional untuk ikut aktif
mengembangkan PBSI. Puncaknya, Gita mampu membawa pulang Rexy Mainaky untuk
menjadi orang nomor satu di bidang teknis PBSI.
Rexy dikenal sebagai pemain nasional yang multi
talenta yang sukses menjuarai seluruh turnamen bergengsi termasuk All England
dan Olimpiade Atlanta 1996. Rexy juga dikenal sebagai pelatih bertangan dingin
yang sukses mengantarkan pemain Malaysia menjadi juara Asian Games 2006.
Bersama Rexy, Gita semakin gencar melakukan revolusi di PBSI khususnya pelatnas
guna menghasilkan pemain-pemain berkualitas yang mampu menjadi pemain nomer
satu serta mengibarkan Merah Putih di kancah Internasional.
Dengan program-program yang kini dijalankan di
pelatnas, PBSI kian berprestasi serta potensi pemain semakin meningkat. Dengan
dirombaknya jajaran pelatih pelatnas yang kini ditempati oleh para mantan
pemain nasional, pelatnas telah menerapkan aturan-aturan baru guna mendisiplinkan
para pemain untuk mencetak para juara-juara baru yang sanggup meneruskan dan
membangkitkan prestasi bulutangkis Indonesia.
Hasilnya, Gita dkk mampu mengantarkan para pemain
nasional menjuarai turnamen bergengsi pada dua tahun belakangan. Contohnya saja,
Lilyana/Tontowi mampu mencetak hattrick
di turnamen bergengsi sekelas All England. Tak ayal, para pemain bulutangkis
mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia di tengah buruknya citra Indonesia
sebagai negara dunia ketiga.
Dengan sekian prestasi Gita dalam membawa perubahan di
dunia pebulutangkisan Indonesia, Gita percaya diri mencalonkan diri untuk
menjadi capres Partai Demokrat menggantikan SBY. Meski banyak yang mendukung
Gita sebab prestasinya membawa perubahan bagi dunia pebulutangkisan Indonesia,
namun yang perlu Gita sadari adalah tingkat elektabilitasnya tidak cukup tinggi
untuk mampu bersaing pada level calon presiden.
Suara pendukung Gita hanya berasal dari masyarakat
yang berbasis olahraga terutama bulutangkis. Belum lagi prestasi Kementerian
Perdagangan yang sebelumnya dipegang oleh Gita sejak 2009 lalu tidak membuahkan
banyak prestasi positif. Jumlah pendukung Gita tentu tidak cukup untuk meraih
suara mayoritas guna meningkatkan suara Demokrat serta memenangi pilpres
mendatang.
Mengingat faktor-faktor tersebut, tidaklah pantas Gita
terlalu percaya diri untuk menjadi calon presiden. Prestasinya memajukan PBSI
tidak serta merta menjadi parameter prediksi keberhasilan Gita membawa
perubahan bagi Indonesia. PBSI hanya mencakup sebagian kecil dari Indonesia.
Banyak aspek-aspek yang tidak termasuk dalam PBSI justru menjadi sisi yang
krusial dalam perkara politik selevel presiden. Lantas, jika Gita bersikukuh
maju menjadi calon presiden, terlalu riskan bagi Demokrat bila terus menjadi
basis politik pendukung Gita. Demokrat bisa saja kehilangan banyak suara.
Akan lebih baik bagi Gita untuk terus berkiprah di
bidang pebulutangkisan Indonesia. Bidang tersebut nampaknya lebih tepat
dipegang oleh Gita ketimbang Indonesia secara utuh. Dengan segenap prestasinya,
mungkin Gita dapat terus menerus melakukan terobosan baru demi mewujudkan
visinya untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia. Atau justru Gita
dapat masuk ke bursa calon Menteri Olahraga sehingga mampu memcanangkan
program-program baru guna meningkatkan prestasi Indonesia di bidang olahraga.
0 comments