Aditya
Rizki Purnama (FI’09) mengambil berkas pendaftaran calon K3M pada Rabu (5/2)
pukul 09.35 WIB di gedung CC Barat Ruang 27. Aditya maju menjadi bakal calon
K3M untuk mewujudkan islamisasi dalam kampus dengan membawa visi ‘Indonesia
Mandiri dengan Syariat dan Khilafah Islam’.
Dewasa ini, kampus ITB marak pembicaraan mengenai
calon K3M periode 2014-2015. Terhitung Senin, 10 Februari 2014, terdapat lima
bakal calon K3M yang mengambil formulir pendaftaran ca-K3M. Kelimanya adalah
Aditya Rizki Purnama (FI’09), Ahmad Bismillahi N. (AS’10), Rochenry (AE’10),
Yayang Luthfiana Rizwan (STF’10), dan Jeffry Girranza (GL’10). Majunya kelima
bakal calon tersebut serta merta menuai isu serta kritik yang cukup pedas.
Dimulai besar IPK yang dinilai tidak pantas menjadi K3M, visi misi yang terlalu
tinggi, hingga isu curi start kampanye bakal calon K3M.
Majunya Aditya (FI’09) menjadi bakal calon K3M cukup
menarik perhatian massa kampus. Terhitung januari 2014, Aditya seharusnya
tengah mengambil semester 10. Apabila Aditya menjadi K3M periode 2014-2015,
maka ia harus menunda kelulusannya selama satu tahun. Sedangkan slot waktu
maksimal yang diperkenankan ITB untuk menempuh studi jenjang strata 1 hanya
selama enam tahun (12 semester). Namun, masih belum ada kejelasan apakah
akhirnya Aditya akan dicoret dari daftar nakal calon K3M atau tidak.
Di lain sisi, Aditya, -atau dikenal dengan nama Adit-,
dan timnya adalah yang paling gencar menyuarakan visi misinya bagi KM ITB. Terhitung
Selasa, 11 Februari 2014, Adit telah membuat akun khusus untuk menyuarakan ide-idenya,
yaitu akun twitter (@kampus_islami), serta situs web (kampusislami.com). Gerakan
Adit ini dinilai sebagai gerakan kampanye yang terlalu dini mengingat dirinya belum
tentu lolos seleksi berkas untuk menjadi ca-K3M.
Adit mengusung visi ‘Indonesia Mandiri dengan Syariat
dan Khilafah Islam’ disertai misi diantaranya :
1.
Membangun role model pergerakan mahasiswa : ideologi islam sebagai falsafah dasar kebangkitan.
2.
Membangun karakter mahasiswa ITB yang ideologis : pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan islam.
3.
Mengarahkan potensi intelektual civitas akademika ITB untuk
kemandirian Indonesia : kontribusi intelektual dalam membangun model peradaban
khilafah.
4.
Menyampaikan dan mengawal pemikiran islam ideologis sebagai solusi bagi masyarakat
dan negara : menjadikan model peradaban khilafah opini umum dan solusi
pemasalahan bangsa.
5.
Membangun gerakan mahasiswa yang berkelanjutan: melanjutkan
estafet perjuangan kepada mahasiswa selanjutnya
Tak pelik, visi misi
Adit ini menuai kontoversi. Di satu pihak, mahasiswa yang sependapat dengan
Adit mengemukakan bahwa islam sebagai mayoritas akan lebih berdampak bagi
kampus. Ideologi islam yang diusung Adit merupakan salah satu solusi yang akan
berdampak luas sebab perubahan mahasiswa muslim ke arah yang lebih baik
akan menyebabkan kampus menjadi lebih
baik pula.
Di lain pihak, banyak
yang merasa bahwa visi misi Adit mengandung SARA serta tidak cukup mengayomi
seluruh massa KM ITB. Banyak yang menilai bahwa ide-ide yang digagas Adit terlalu
mengedepankan kepentingan islam sehingga hanya relevan bagi mahasiswa muslim
dan tidak cukup menaungi kepentingan mahaiswa non muslim serta bertentangan
dengan sistem demokrasi dalam kehidupan kampus. Ideologi islam untuk KM ITB
dinilai terlalu riskan untuk direalisasikan sebab dapat memicu perpecahan antar
kelompok agama dalam kampus.
Secara umum,
islamisasi kampus yang ditawarkan Adit dirasa tidak sesuai sebab bergesekan
dengan prinsip setiap mahasiswa yang tidak semuanya menganut agama islam.
Beberapa kalangan merasa dinaungi sedang yang lainnya merasa terabaikan.
Respons ini tentu sudah diantisipasi oleh Adit. Di halaman webnya, Adit
menjabarkan bahwa setiap permasalahan memiliki solusinya masing-masing.
Permasalahan ini perlu ditinjau secara menyeluruh sehingga solusi permasalahan
tersebut tidak hanya berupa pemecahan masalah internal-teknis, tetapi juga
berupa penyelesaian yang sistematis.
Banyak yang menilai
bahwa pemaparan Adit di halaman webnya terlalu bertele-tele dan tidak sesuai
dengan pokok yang ingin dibahas sehingga menjadi rancu dan tak tentu arah. Hal
ini tentu membuat massa kampus tidak paham apa yang ingin disampaikan oleh Adit
serta memberikan dampak yang negative terhadap citra Adit sebagai bakal calon
K3M 2014-2015.
Beberapa program
kerja Adit bertujuan untuk mengoreksi kebijakan yang bertentangan dengan islam
seperti kebijakan seragam olahraga pria yang dinilai tidak cukup menutup aurat.
Program kerja lainnya yakni menggalakkan Jilbab Day mendapat respon yang cukup
baik dari kalangan mahasiswa muslim. Namun, banyak yang berpendapat bahwa
program kerja Adit seharusnya mengusung isu demokrasi berkeyakinan agama dengan
menggalakkan program-program yang mendukung kegiatan agama, tidak hanya Jilbab
Day, tetapi juga ibadah sabtu maupun mentoring setiap agama.
Dengan kata lain,
banyak yang berpendapat bahwa visi misi yang sesuai untuk kampus ITB bukanlah
visi misi mengenai ideologi islam, tetapi visi misi yang lebih mengutamakan
demokrasi berkeyakinan agama serta berupaya menggalakkan keharmonisan antar
umat beragama.
Terlepas dari seluruh
respon massa kampus, Adit tetap optimis bahwa ia dan visi misinya akan membawa
KM ITB ke arah yang lebih baik lagi. Untuk itu, mari kita nantikan hasil
verifikasi seleksi berkas para bakal calon K3M!
0 comments