Kalau ada yang nakalin, lawan aja.
Kalau masih bisa bangun dari tidur, itu anugerah dari Allah.
Hubungan itu bukan seberapa banyak pertemuannya, tapi seberapa banyak quality timenya.
Setiap anak itu ada rezekinya masing-masing. Jadi nggak ada tuh istilah 'anak mahal'.
Uang yang udah keluar dari dompet, itu bukan milik kita lagi. Jangan terlalu berharap akan balik lagi. (Nanti kecewa).
Kalau udah memilih, jangan menyesal. Kan udah milih di awal. Jadi selesaikan sampai akhir.
Hidup itu yang penting barokah.
Yakin dengan qadar Allah, yang penting terus berusaha, banyak berdoa dan pembelaan.
Kalau beli makan, nggak usah nawar-nawar. Siapa tahu rezekinya orang itu emang melalui kita.
Rukun sama keluarga, orang lain mah belum tentu tulus.
Orang iman itu senjatanya doa.
Note terpenting dari retro hari ini, menurutku adalah tentang managing expectation. Key dalam memanage expectation ini nggak lain adalah komunikasi. Mulai dari client, PO, PMO, developer, QA, sampai ke SS.
Kalo kata temenku "setuju komunikasi itu penting, tapi komunikasi berdasarkan ilmu, bukan sekadar feeling".
Jleb. Emang kadang kita lupa bahwa feeling nggak selalu benar, bahwa telinga ada untuk mendengarkan, dan bahwa mulut itu ada untuk bicara.
Komunikasi itu adalah tentang ketersampaian suatu informasi, pun menerima timbal balik atas tersampaikannya informasi tersebut. Goalnya adalah bagaimana dalam suatu komunitas menerima pemahaman yang sama, punya standar yang sama, ada dalam framework yang sama. Dan saling mengisi dalam framework tersebut.
Dan kunci dari komunikasi adalah mau bicara sekaligus mau mendengarkan.
Kata temanku lagi "kalau lagi waras, biasanya ujung-ujungnya nggak diambil pusing paling banter mikir bentar trus malah ngewajarin kalo emang masih di bawah limit".
Well, tiap orang pasti punya timing masing-masing, ketika kita nggak mau diganggu, ego meningkat, mau menang sendiri, nggak mau mendengarkan. Tapi ya disitulah letak tantangannya. Manusia nggak bisa seterusnya hidup sendiri. Pasti butuh orang lain. Maka manusia harus pintar-pintar mengatur ritme hati, tenaga, dan pikiran supaya nggak fatigue karena harus terus-terusan bersinggungan dengan orang lain.
It is okay to take a rest. But life goes on, so we need to move on. Don't be tired of people. Keep communicating what we want people to know 🙂
Tidak bisa semua orang berada dalam jalan yang sama, berpikir hal yang sama. Mustahil.
Dulu, orang orang mengantuk ketika ngaji itu biasa. Kami maklum, karena kami tahu siangnya ia bekerja. Disini, hal itu tidak berlaku. Kemudian aku berpikir, "kenapa?". Kenapa mereka tidak melihat niat sekecil apapun itu, lebih baik mengaji meski ngantuk kan dibandingkan nggak ngaji sama sekali?
Tapi ternyata ini benang kusut.
Siapa yang tidak mau mengerti? Apakah mereka terhadap orang yang ngantuk? Atau aku terhadap mereka?
Kenapa aku tidak melihat niat sekecil apapun itu, ngaji ini hanya dua jam dibandingkan kerja delapan jam, kenapa masih ngantuk? Kenapa nggak mempersungguh?
Jadi, aku atau mereka? Atau kami?
Dia selalu ada. Bukan untuk dihindari, tapi dihadapi.
"Aku tahu aku kuat"
Hidup tidak pernah menuntut banyak hal. Ia hanya meminta manusia untuk berusaha. Berusaha menggapai impian, berusaha untuk tidak gabut, berusaha untuk tidak menjadi tak berguna.
Hidup ini seperti naik gunung. Manusia bisa saja memilih jalan lurus, tapi sulitnya minta ampun. Atau memilih memutar, tetapi lama. Peduli setan, toh pada akhirnya sama-sama sampai di tujuan, kan?
Hidup adalah misteri dan teka-teki. Sebagian manusia memilih mencari jawaban. Pergi kesana kemari demi suatu petunjuk, kemudian merangkainya satu per satu. Pun sebagian memilih tak peduli. Toh, meski tak mencari, pada akhirnya takdir itu akan tetap datang. Begitu kan?
Tapi hidup juga adalah tentang kesabaran. Manusia memilih terus berusaha dengan semangat menggebu nan konsisten. Akhirnya ya, ia menemukan bahagianya. Tapi sebagian manusia memilih berhenti demi tak kuat menahan ujian bertubi, tak sadar bahagianya selangkah lagi tergenggam.
Hidup ibarat memilih jalan. Manusia perlu tahu kapan berjalan lurus, belok kanan, belok kiri, serong kanan, serong kiri, atau bahkan memutar balik. Lebih hebat lagi, manusia wajib tahu kapan ia harus melanjutkan perjalanan, atau berhenti. Tak semua hal perlu memiliki lanjutan.
Hidup adalah makna. Jika hidup tak memiliki makna, maka pantas manusia memilih mati alih-alih menjadi mayat hidup. Lantas apa yang membuat hidup memiliki makna? Biarkan setiap individu itu memaknainya sendiri.
Hidup adalah bola. Ia tak memiliki sisi maupun sudut, tetapi lebih suka berputar. Terkadang di bawah atau di atas. Tapi, bagaimana manusia tahu bagian mana atas dan bawah? Kan terlihat sama dari bagian manapun?
Hidup bukan tentang menjadi juara, tapi babak kualifikasi. Manusia tidak seharusnya mengincar nomor satu. Mereka semestinya memutar otak untuk bertahan hidup. Seberapa suksesnya mereka, ibarat menjadi juara babak kualifikasi, tak terlalu signifikan, toh sama-sama lolos ke babak utama.
Hidup adalah benang kusut. Jalinan kisah semrawut saling berkaitan. Tak tahu mana awal dan akhirnya. Pun manusia tak perlu membetulkan, hanya perlu tak bikin tambah semrawut.
#304kata
Setelah bekerja, rasanya banyak hal yang berubah. Lingkup pertemanan yang semakin mengecil, kehabisan energi untuk mencoba menyenangkan semua orang (dan akhirnya aku menyerah), hidup terpisah dari orangtua, konflik hidup, dll. Yah, intinya life is about up and down. Tidak selamanya sukses dan tidak selamanya gagal. Akhir akhir ini mulai merasakan gimana sih susahnya hidup, berhubung dulu hidup tuh mudah banget sama orangtua.
Sekarang lagi mencoba memahami hidup. Mencoba menerima kekurangan diri sendiri, menerima kekurangan orang orang sekitar. Karena nggak akan ada satu orang pun yang sempurna. Setiap orang punya sisi baik dan sisi buruk. Dan aku, dulu, mungkin masih sampe sekarang, termasuk yang cukup gampang menjudge orang. Memang nggak kuungkapkan secara verbal, cukup dalam hati. Dan itu melelahkan.
Setelah dapet pelajaran dari video yang dishare di media sosial, akhirnya beneran menyadari, seberapa besar dampak "penggiringan opini". Abis baca sinopsis Pinnochio, juga liat video iklan Thailand, rasanya hidup orang lain bisa hancur dalam hitungan menit, 'hanya' karena asal ngeshare.
Aku bukan orang baik. Aku juga kadang masih asal nebak. Tapi coba deh dipikir ulang. Setiap mikir "ih si ini kok gini ya", coba deh ditimpalin "eh tapi kan aku gatau ya hidupnya dia kayak apa, mungkin aja dia bla bla bla". Setiap hal pasti ada latar belakangnya. Setiap hal yang orang lain lakukan, yang menurut aku ga bener, pasti ada sebabnya. Aku nggak tahu, dan tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya, karena aku tidak mengalami hidup yang mereka jalani. Sekalipun aku merasa paham, sebenarnya tidak, karena tidak menjalani. Rasa itu hanya empati, bukan benar benar tahu bagaimana rasanya.
Cobalah lihat dari sisi lainnya. Jangan memaksakan apa yang kita percaya hingga orang lain juga harus meyakini itu. Seperti ketika mengingatkan orang yang melanggar, gabisa pakai cara keras, harus langsung tobat dan berubah jadi paham. Perlu pendekatan yang bener. Cobalah memahami dari jauh, observe the big picture. Rasanya menyakitkan loh asal dijudge tanpa orang lain mau tahu kenapa kita bisa begini, bisa begitu. Rasanya nggak adil kan.
Jadi, ayo mulai sekarang berpikir ulang tiap kali punya opini. Lihat lebih dekat, cari informasi selengkap mungkin, observasi apa yang kurang sesuai. Jika dirasa ada yang tidak sesuai, silakan diskusikan, bukan asal mendakwa. Jika ada yang salah, silakan diingatkan, tanpa memaksa. Mengingatkan dan memaksakan itu dua hal yang berbeda loh.
Kenapa harus berpikir ulang setiap beropini? Kenapa harus melihat lebih dekat suatu permasalahan? Kenapa harus melihat suatu permasalahan secara runut dan lengkap? Semata mata agar kita bisa hidup damai tentram bahagia. Apa sih yang kita cari dalam hidup, kalau bukan kebahagiaan? Pernah nggak sih ngerasa cape karena mikirin orang yang kita sebelin? Padahal mungkin orang itu tidak salah, hanya kita terlalu dini mengambil kesimpulan. Mari biasakan berpikir masak, matang, dan dewasa. Karena kedewasaan akan mengantarkan kita pada hidup yang lebih baik.
Meskipun memang nggak ada yang baca, tapi rasanya sedih liat jumlah post bulan lalu yang amat minim. Jangan-jangan kemampuan menulis aku juga moody lagi adanya -______-
Tadi lagi liat blog seseorang. Di post terbarunya, dia menceritakan bahwa dia telat datang saat UAS bahasa Inggris, dia anak kuliahan. Then, dia sebenernya nggak bisa ngerjain tuh soal-soal UAS, mana waktunya mepet pula. Suddenly, sahabatnya dia ngasih jawaban. Yah, as you suggest, dia pakelah itu jawaban, dan akhirnya UAS dia penuh. Dan dia sangat berterimakasih pada si sahabat dan di penghujung post dia menegaskan bahwa sahabat lebih penting diatas hoki dan skill. *you know in what case he said*
But, this is my opinion. It's your problem if you don't have a same opinion with me. I don't care. Do you think he/she is your 'true' bestfriend? I don't think so. I agree that having bestfriend is true way in life. I know, maybe the reader will say, 'hey, this is a simple problem'.
Then, I will say, 'you are wrong. This is big complicated problem'. I know, if you have bestfriends, you will help them. Everywhere, whenever they need you. But, can you imagine this? You can help them NOW, but, how about tomorrow? Two years later? Or twenty years later? Can you help them? What does bestfriend mean for you?
I just wanna say that, being bestfriend isn't always keeping your friend in a 'safe' way. Being bestfriend means that you'll safe them in true way, not a safe way. Being bestfriend, sometimes, you have to make your friend in a bad case, so they will get mature.
Yah, I wanna say that being friend means that you get happy with them, have a same feeling, or hobby. But, you have to bring them in a better way of life if they are getting wrong. One year ago, Teh Anis give me worth advice. I can't express it in English, so, lemme tell you in Indonesian.
"kalau sekarang kamu ngerjain semuanya sendiri. Kamu bantuin terus temen kamu ngerjain ini itu, percaya sama saya, kalau sepuluh tahun lagi dia gagal, itu salah kamu. Salah kamu, makanya dia nggak bisa apa-apa. Salah kamu, dia nggak belajar apapun. Salah kamu, dia jadi orang nggak berguna. Jadi, segimanapun susahnya dia bekerja, biarin, bantu, tapi jangan seluruhnya, karena dia juga butuh untuk sukses. Jangan mau semuanya beres cepet, tapi temen kamu nggak dapet apapun dan nggak bisa ngapa-ngapain "
Hari ini, 11 April 2012, luka lama terbuka kembali. Peringatan dari Allah datang lagi. Pukul 15.30 WIB terjadi gempa skala 8,6 SR, dengan gempa susulan skala 6,2 SR dengan kedalaman 42 km.
Aku, seperti biasanya, hanya mendengar sekilas, melihat pemberitaan di TV. Tapi disana, seorang ibu menangis memeluk anaknya, ibu lainnya berdoa sambil menangis, dan lainnya berlarian memasuki masjid.
Sungguh, mereka masih trauma. Kita tak merasakannya. Tapi jika kita benar-benar melihat, mereka jauh dari apa yang kita sebut baik-baik saja. Mereka tidak baik-baik saja saat bahaya tsunami mengancam.
Rabb, semoga Engkau senantiasa mengasihi rakyat Aceh dan sekitarnya. Semoga Engkau senantiasa melindungi saudara kami. Amin