2 - Siklus Hidup

By feranlestari - June 02, 2019

Dilahirkan, sekolah, bekerja, menikah, punya anak, mengurus keluarga, menikmati masa tua, kemudian meninggal. Hidup bahagia mati masuk surga. Mudah terucap sulit dilaksanakan.

Banyak sekali hal yang sulit diterima dalam hidup. Terlalu banyak hal terjadi diluar harapan manusia. Kita sebut saja, takdir tak sejalan inginku.

Sejak dulu hingga kini, banyak kejadian membuatku berangan-angan, "Kenapa aku terlahir?" "Kenapa aku terlahir di keluarga ini?" "Kenapa ayah ibu begini?" "Kenapa ayah ibu begitu?".

Sudah barang tentu aku tak memperoleh jawabnya. Meski sampai akhir hayat. Pertanyaan lazim yang sering dipertanyakan setiap manusia, padahal jelas-jelas kita tahu tak akan mendapat jawabnya. Mengapa manusia selemah itu ya?

Ketika akhirnya aku sampai di fase hidup dimana perlu memikirkan spesifikasi calon pasangan hidup, aku kemudian menyadari bahwa manusia, pun termasuk aku, terlalu serakah.

Aku selalu ingin karakter keluarga yang mengerti aku, terlebih orang tua. Tapi kan sebetulnya, tidak ada sekolah untuk menjadi ayah dan ibu kan? Tidak ada standar terukur untuk menjadi ayah dan ibu yang siap 'kerja'.

Menjadi orang tua, mungkin adalah proses trial & error seumur hidup. Jadi kenapa aku meminta lebih saat aku tahu ayah ibu pun sedang belajar?

Jangan kira aku tak kontradiktif. Aku juga terkadang mempertanyakan, "Kenapa manusia nekad memiliki anak ketika tak sanggup belajar seumur hidup?" "Kenapa tidak pakai pengaman kalau memang tak mau jadi orang tua?" "Kenapa seegois itu sih?".

Tapi kemudian temanku mengingatkan bahwa menjadi orang tua itu terjadi karena memang sudah waktunya. Kembali ke konsep takdir.

Ketika terlalu mengeluh tentang orang tua, maka semakin pesimis pula manusia terhadap pernikahan dan bereproduksi. Kuyakin itu. Experience is the best teacher after all.

Satu pelajaran yang betul-betul perlu dihayati adalah, kita harus selektif dan cerdas memilih pasangan hidup. Pernikahan bukan tentang diri sendiri dan si dia, tapi tentang anggota keluarga lainnya juga tentang anak-anak kita nantinya. Salah memilih di awal, efeknya domino hingga beberapa generasi selanjutnya.

Maka dari itu, mari nikmati hidup, tak perlu tergesa-gesa. Lakukan segalanya di waktu yang tepat dan dengan pertimbangan.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments