Laut Bercerita

By feranlestari - July 13, 2021




Judul : Laut Bercerita

Penulis : Leila S. Chudori
Tanggal Terbit : Maret 2021
Tebal : 379 halaman
ISBN : 978-602-424-694-5
Bahasa : Indonesia

Jakarta, Maret 1998
Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.

Jakarta, Juni 1998
Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul.

Jakarta, 2000
Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya. 

Laut Bercerita, novel terbaru Leila S. Chudori, bertutur tentang kisah keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan akan anaknya, dan tentang cinta yang tak akan luntur. 



Review
Laut Bercerita menggambarkan kondisi Orde Baru dengan menceritakan pergerakan yang dilakukan Biru Laut bersama Winatra dan Wirasena. Mahasiswa-mahasiswa kritis yang berpikir jauh ke depan dan paham bahwa kondisi perpolitikan Indonesia saat itu sungguh sangat tidak sehat. Selalu ada perlombaan siasat antara aparat dan mahasiswa, sebab salah-salah, keesokan hari hanyalah tinggal nama.

Aku suka sekali dengan sekuens Leila bercerita. Dengan alur maju mundur yang sedemikian rupa sehingga alih-alih membingungkan, justru membuat ceritanya sangat tepat konteks. Pesan yang ingin disampaikan terasa sangat menohok sampai aku betul-betul bersyukur hidup setelah era Orde Baru.

Novel ini sejatinya mengajarkan kita untuk berempati sekaligus lebih kritis terhadap kondisi masyarakat. Leila mengajak kita untuk menghargai dan memanfaatkan kesempatan berpendapat dengan sebaik-baiknya, sebab ketika kesempatan itu kembali tiada, hancurlah hidup kita.

Penggambaran Laut dkk yang disekap, diinterogasi, dan dianiaya tentu saja bukan tanpa rujukan sejarah. Sudah rahasia umum bahwa Orde Baru menggunakan tentara untuk 'menertibkan' masyarakat. Tapi apakah kita paham rasa sakitnya? Terbayang pedihnya? Itulah yang coba dijelaskan oleh Leila dalam Laut Bercerita.

Maka akhirnya, Leila mengajak kita untuk menyadari adanya Aksi Kamisan untuk memperjuangkan penuntasan pelanggaran HAM berat. Penuntasan pelanggaran HAM, semestinya bukan jadi bahan janji politik yang hanya hangat ketika masa pemilu tiba. Seluruh presiden sejak Gusdur sampai Jokowi, sejatinya punya hutang moral, dan entah bagaimana pertanggungjawabannya di akhirat nanti. Pernahkah mereka membayangkan anak mereka dihilangkan tanpa sebab dibenarkan dan entah di mana hingga saat ini?

Laut Bercerita mencoba menggambarkan sejarah Orde Baru dengan lebih sederhana tanpa melewatkan luka-luka yang ada. Dan seperti yang Dian Sastro ucapkan dalam interviewnya, Laut Bercerita penting dibaca oleh generasi muda agar kita paham apa yang terjadi sebelumnya, sehingga kita mampu merencanakan, akan dibawa ke mana bangsa ini.



Kepada mereka yang dihilangkan dan tetap hidup selamanya.

Matilah engkau mati
Kau akan lahir berkali-kali....

  • Share:

You Might Also Like

0 comments