Pertemuan tiga sisi
Tempat cecak memadu kasih
Saling menyapa dan mencumbu
Hanya ada cinta dan naluri
Saat itu ia membahagiakan
Pertemuan tiga sisi
Tanpa cahaya, hanya ada gulita
Penuh misteri dan jeritan
Suaranya tertawa ringkih ringkih
Saat itu ia menakutkan
Pertemuan tiga sisi
Sudut sudut yang tercemar
Menggigil saat hujan datang
Dan tak lupa meninggalkan jejak
Saat itu ia menjijikan
Pertemuan tiga sisi
Tempat canda dan tawa berkumpul
Ketika takut dibuntuti oleh obsesi
Ada dua mata memberi cinta
Saat itu, apa yang terasa?
Kenapa ya ada yang namanya writer's block? Rasanya bingung sendiri. Aku 'hanya' ingin menulis. Mencoba mencurahkan apa yang kurasa. Tapi juga tak tahu apa yang kurasa. Alhasil bingung apa yang perlu diceritakan. Aku tak tahu kenapa aku bingung. Aku tak tahu sebenarnya apa yang kurasakan.
Wah, memahami diri sendiri saja sudah sekompleks ini ya?
Lantas aku mencoba menjelajahi tulisan-tulisanku terdahulu. Yah, bagaimana pun aku mengagumi diriku sendiri yang mampu menemukan diksi yang cukup pas di masa lampau. Well, I am a good writer. Setidaknya ada yang terhibur dengan tulisanku haha.
Kenapa aku tak menemukannya saat ini? Di manakah kamu wahai para ide?
Aku mencoba menemukan momentum agar jiwa menulisku terpanggil lagi. Mencoba menemukan challenge yang berserakan di mesin pencari. Well, I am lost. Aku tak tahu. Tak ada yang menarik. Entah karena terlalu privasi atau pun terlalu menantang sampai-sampai merasa tak sanggup.
Emang banyak maunya ya!
Iya, gimana dong? Ingin menulis. Ingin menemukan diksi. Tapi hidupku justru lagi kehabisan bensin sampai-sampai nggak ada ide. Mengambang tidak jelas tak tentu arah.
Padahal biasanya menulis adalah jalan ninjaku. Caraku untuk self healing. Tapi, saat sedang rungsing begini pun, betul-betul tidak ada ide. Tak tahu apa yang perlu ditumpahkan. Self healing yang sudah tak mempan kah? Apakah ini pertanda bahwa aku sudah sangat lelah?
Entah ...
But what if, at the end,
It is just only pain with no gain.
Hmm, apaan sih dark mulu
Bukan kita takut nyatakan cinta
Hanya tak sanggup menguji ekspektasi
Hanya tak sanggup menguji ekspektasi
Bukan kita takut dipanggil Tuhan
Hanya takut tak dapat Rahmatullah
Bukan kita takut kematian
Hanya enggan minum nanah wok
Bukan takut beraksi
Tapi takut akan reaksi
Setiap anak manusia, mungkin adalah papan kayu dengan paku di mana mana. Semrawut. Banyak paku yang dicabut secara paksa. Banyak yang dibiarkan begitu saja.
Terlalu banyak luka yang ditorehkan. Terlalu banyak luka yang dibiarkan menganga. Terlalu banyak luka basah yang tidak disadari.
Sampai kapan?
Terlalu banyak luka yang ditorehkan. Terlalu banyak luka yang dibiarkan menganga. Terlalu banyak luka basah yang tidak disadari.
Sampai kapan?
kalau suatu saat kita bertemu
aku tahu ada banyak hal
perlu kita bicarakan,
permintaan maafku yang
telah berlaku sebelum waktunya
kalau suatu saat kita bertemu
kuharap saat itu aku siap
tidak berharap menyakiti
diri sendiri terus menerus
kuharap, tidak ada yang pergi
tanpa bicara sepatah kata
kuharap, selalu ada kembali
untuk setiap pergi
kalau suatu saat kita bertemu
semoga dalam dimensi yang sama
rasa yang beresonansi dan terkoneksi
bukan rasa yang berdiri sendiri
bukan harap yang hanya dalam anganku
bukan dunia yang kubuat sendiri
tak ingin lagi terjebak
jaring yang dirakit diri sendiri
kalau suatu saat kita bertemu
maafkan aku telah menempuh
jalan yang salah, bahkan saat aku tahu
kali kedua, maaf
kuharap nanti adalah ketiga, dan terakhir
sungguh tak ingin merasakannya lagi
meski mungkin sanggup
kalau suatu saat kita bertemu
kuharap aku telah sembuh
pun semoga kamu teguh
bersama saling menyembuh
dengan rasa cinta yang bergemuruh
menuju Firdaus yang jauh
mari bersama kita tempuh
aku tahu ada banyak hal
perlu kita bicarakan,
permintaan maafku yang
telah berlaku sebelum waktunya
kalau suatu saat kita bertemu
kuharap saat itu aku siap
tidak berharap menyakiti
diri sendiri terus menerus
kuharap, tidak ada yang pergi
tanpa bicara sepatah kata
kuharap, selalu ada kembali
untuk setiap pergi
kalau suatu saat kita bertemu
semoga dalam dimensi yang sama
rasa yang beresonansi dan terkoneksi
bukan rasa yang berdiri sendiri
bukan harap yang hanya dalam anganku
bukan dunia yang kubuat sendiri
tak ingin lagi terjebak
jaring yang dirakit diri sendiri
kalau suatu saat kita bertemu
maafkan aku telah menempuh
jalan yang salah, bahkan saat aku tahu
kali kedua, maaf
kuharap nanti adalah ketiga, dan terakhir
sungguh tak ingin merasakannya lagi
meski mungkin sanggup
kalau suatu saat kita bertemu
kuharap aku telah sembuh
pun semoga kamu teguh
bersama saling menyembuh
dengan rasa cinta yang bergemuruh
menuju Firdaus yang jauh
mari bersama kita tempuh