Tetralogi Pulau Buru - Bumi Manusia

By feranlestari - April 27, 2018

Bukunya dibeli sejak masih di Bandung. Akhir 2016. Selesai dibaca awal 2018 haha. Bukan karena nggak rame, tapi ya karena agak sibuk aja, jadi bacanya kepotong-potong.

Aku masih berpikir ini agak aneh. Kenapa Sinyo bisa senekat itu mau langsung tinggal di rumah Annelies? Apakah cinta pada pandangan pertama itu sungguh ada? Aku pikir, tertarik itu wajar, tapi setertarik itukah sampai rela dan mau saja diajak tinggal serumah? Aku tidak mengerti. Menurutku hubungan mereka rumit, terlebih dengan eksistensi Robert dan Nyai.

Mungkin masih banyak sekali Annelies di dunia ini. Yang sungguh tidak bisa hidup tanpa seorang pria. Maksudku, dia hanya menghendaki seorang pria saja, katakanlah X. Dalam kasus ini, Annelies mampu mendapatkan X, meski akhirnya terpisahkan jua. Tapi pada kenyataannya, toh tidak semua cinta itu berbalas, kan? Jika ya, maka akan banyak sekali poligami karena banyak wanita mencintai seorang pria yang sama.

Aku belum pernah merasa sesak hingga rasanya sulit bernapas, 'hanya' karena si dia tak tergapai. Jadi rasanya sangat tidak adil jika aku menilai mereka salah. Hanya saja, aku bingung, karena tidak pernah merasakan, jadilah bertanya-tanya, bagaimanakah rasanya gerangan?

Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Walaupun bukan itu kuyakin, alasan ayah-anak Mellema 'terjebak' di rumah terkutuk itu. Apakah Nyai kurang cantik? Oh, bukan. Apakah bagi Tuan Mellema itu, istrinya di Belanda sana kurang memuaskan? Jika iya, kenapa tidak nikahi saja Nyai? Oh, sungguh jaman sudah berkembang hingga aku, meski paham keadaan jaman itu, tetap saja merasa jengah.

Kenyataannya, lelaki memang diuji dengan adanya wanita. Jika ibu Hawa tidak ada, mungkin Nabi Adam tidak tergoda bujuk rayu setan. Hanya deduksiku saja sih. Bagi para pria, wanita tercantik di dunia pun, mungkin setelah dinikahinya, malah jadi terlihat kurang menarik. Mungkin. Aku paham rasanya kok, walaupun bukan dalam konteks asmara. Aku juga sering membuat goal yang kupikir cukup wow. Tapi ketika sudah tercapai, rasanya pencapaian ini terlalu biasa, bukan hal yang patut kubanggakan. Manusia memang serakah. Aku pun.

Di sisi lain, aku cukup kagum dengan de la Croix bersaudara, dengan opini mereka. Bangsa ini tidak akan merdeka, kalau bukan kita sendiri yang mengusahakannya. Dan tidak bisa hanya sendiri. Butuh orang lain.

Dengan ini, saya cukupkan ulasan yang lebih banyak opininya dibanding ulasannya haha.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments