Kim Ji Young, Lahir 1982

By feranlestari - July 27, 2020

cr: Gramedia

Hal yang sangat aku syukuri setelah membaca buku ini adalah, aku bersyukur dilahirkan di Indonesia. Di negara mayoritas muslim yang mengakui dan menghargai wanita sebagai entitas manusia yang sederajat dengan pria.

Well, kalau sudah menikah mungkin akan beda perkara, dunno, I'm lack of experience. Setidaknya, kondisi di Indonesia, wanita bisa berkarir setinggi apapun, kalau memang kompeten. Kupikir jarang ditemukan, nggak bisa naik jabatan hanya karena kita wanita.

Tapi, ada hal lain yang membuatku kesal. Cih, lagi-lagi kolot. Mana ada wanita mau dilecehkan. Bahkan dengan pakaian setertutup itu. Heuh, emosi. Mencegah tindak kekerasan seksual itu, dua pihak. Mana ada ketentraman hanya diusahakan oleh satu pihak? Nonsense!

Aku bersyukur terlahir di era modern, dalam hal duniawi. Setidaknya, perasaan seperti, "I am too intimidating for some men" tidak perlu dirasakan setiap hari. Well, you are in disadvantages for losing me, Man. Aku bersyukur lahir dalam era yang lebih merdeka. Walaupun sulit mengisinya, tapi setidaknya sudah one step ahead, kan?

Sebenernya tentang too intimidating ini, menarik dibahas di buku lainnya. Tapi in another perspective sih. Will write in another post, insya Allah.

"Ternyata aku orang seperti itu. Orang yang mencari uang, orang yang berkeliaran naik kereta bawah tanah, walaupun dalam keadaan hamil".

Sigh, I just imagine how it is when I am getting pregnant myself :(((

Is that a sin to have a desire to be a career-woman? We're not born from men, were we? Being pregnant is not equal to losing ourselves, right? A mother is always has unlimited love for the kids. But we love ourselves, too. Of course, we should know when we have to quit. But not due to other perspective on us.

Dan, setelah membaca buku ini, aku pun merenung. Iya ya, kenapa aku menginginkan anak laki-laki. I myself am a woman. I know that we are equal when we both love and loved. Ah, tanpa sadar, dalam beberapa kesempatan, aku pun sexist :((

"Para pembaca buku ini harus bersama-sama mencari jawabannya. Karena kita semua adalah Kim Ji Yeong".

Di buku ini, endingnya sangat open. Tidak jelas bagaimana kondisi akhir Kim Ji Young. But this just makes sense. The ending is up to us, cause we will cross the same problem eventually.

Mungkin tidak separah Kim Ji Young. Tapi mana ada seorang ibu berkarir yang tidak bimbang antara full time mengasuh anaknya atau sambil tetap melanjutkan pekerjaannya? Mana ada ibu berkarir yang tidak frustasi, sambil meratapi keputusan-keputusan yang telah dibuat, meski tahu it can't be undone?

This is just life.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments